Setidaknya pengungkapan program sawah baru di bawah kementerian pertahanan ini bisa membuat kita lupa pada kalung anti Covid yang lagi digalakkan menteri pertanian.
Tentara akan mengerjakan sawah. Besar-besaran. Di Kalimantan Tengah. Di bawah tanggung jawab Menteri Pertahanan Prabowo Subijanto. Itulah keputusan terbaru Presiden Jokowi di bidang pangan. Minggu lalu. Yang mengumumkannya juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Dahnil sudah menjadi juru bicara sejak Pranowo masih calon presiden dulu. Yang ternyata terus dibawa Prabowo, pun sampai saat Prabowo jadi menteri pertahanan. Minggu lalu Prabowo memang menghadap Presiden Jokowi di istana. Ternyata agenda pertemuan itu membahas soal pangan. Itu tidak mengejutkan. Soal pangan memang bisa gawat akibat pandemi ini.
Yang mengejutkan adalah: menteri pertahanan itu ditunjuk sebagai penanggung jawab proyek pencetakan sawah baru di Kalteng itu. Kok bukan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL)? Syahrul Yasin adalah tokoh Bugis yang pernah menjadi gubernur Sulsel dua periode. Produksi beras di Sulsel sangat tinggi.
Maka muncul banyak pertanyaan di seputar penunjukan Menhan itu: ada apa? "Bagi orang Bugis, ini siri," tulis Zainal Bintang di blog pribadinya. Bintang adalah tokoh Bugis di Jakarta. Ia politisi Golkar, bintang film, dan wartawan senior –kakak kandung Ilham Bintang.
Saya kenal lama dengan Bintang. Pernah satu asrama di Wisma Seni Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya Jakarta. Saya tiga bulan tinggal di Wisma Seni itu. Saat magang menjadi wartawan di TEMPO. Bintang sudah jadi bintang film: tinggi, besar, ganteng, berkumis rapi. Bintang kami angkat sebagai kepala suku di situ. Ia masih tetap di Wisma Seni ketika saya kembali ke Samarinda.
Tapi SYL tenang saja. Komentarnya di media sangat datar. Tidak ada perasaan tersinggung atau terlangkahi. Tidak ada siri. Saya hanya bisa menduga-duga. Mungkin Presiden Jokowi menilai Prabowo punya kapasitas di bidang pertanian. Prabowo adalah ketua umum organisasi tani: Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Bertahun-tahun. Pun sampai sekarang.
Pidato swasembada pangan Prabowo selalu berapi-api. Sejak dulu. Tapi kan ia menteri pertahanan? Apakah karena di dalam pertanian ada unsur ketahanan pangan? Ada sebersit keterangan dari Bapak Presiden. Bahwa yang mengerjakan sawah baru itu nanti adalah tentara.
Apakah tentara mampu? Di jajaran tentara memang ada batalyon Zeni. Yang tugas utamanya membangun infrastruktur. Batalyon itu memiliki kemampuan membangun jalan, jembatan, gedung, bikin sungai, dan seterusnya.
Di saat perang sering terjadi ini: jalan dan jembatan dihancurkan musuh yang lagi mundur. Agar tidak bisa dikejar. Tentara harus bisa memulihkan jalan dan jembatan itu. Agar tank dan kendaraan militer bisa lewat.
Di Korea Utara lebih mampu lagi. Saya pernah meninjau kota baru di pusat Kota Pyongyang. Di situ dibangun 29 gedung pencakar langit. Beserta lingkungan perkotaan yang indah. Taman-taman dan pencahayaannya cantik. Semua dikerjakan oleh tentara. Adalah juga biasa di sana kalau di pinggir jalan terlihat banyak tentara memasang kabel. Seperti kontraktor telekomunikasi atau listrik.
Apakah di Kalteng nanti akan begitu? Atau tentara menjadi pemegang penugasan saja lalu pekerjaan disubkan ke kontraktor? Meniru kebiasaan di BUMN yang terlambat saya ketahui?
Saya sangat setuju bidang pertanian diprioritaskan di masa Covid-19 ini. Sektor pertanianlah yang masih bisa ditumbuhkan di masa lesu ini. Berkali-kali saya mengemukakan hal itu.
Jangan salahkan kalau beberapa sektor ekonomi lesu. Bukan karena menteri pariwisata tidak kerja keras kalau sektor wisata lesu. Andai kerja keras pun hanya akan menghabiskan anggaran –tanpa hasil.
Tapi sektor pertanian bisa digenjot-habis tanpa banyak risiko memperburuk pandemi. Ciri-ciri pekerjaan di bidang pertanian relatif aman: bisa dikerjakan dengan jaga jarak, di udara terbuka, di bawah terik matahari.
Tapi kenapa buka sawah baru di Kalteng? Area yang disiapkan pun luas sekali: 1,4 juta hektare. Yang tahap pertamanya dimulai dengan 30.000 hektare. Semula saya perkirakan tidak begitu. Kalau pun pemerintah menggalakkan pertanian saya pikir akan dikaitkan dengan upaya mengatasi kemiskinan dan penyerapan lapangan kerja di pedesaan.
Saya salah dalam memperkirakan. Saya kira penggenjotan pertanian itu akan dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ditambah Bali, Lampung, Lombok dan Sulsel.
Atau mendorong Sumbawa, Sumba, dan Gorontalo untuk jagung.
Dengan begitu saya perkirakan bisa mengurangi penderitaan orang miskin. Dalam jumlah besar. Sekaligus bisa meningkatkan produksi pangan dengan lekas.
Saya sudah belajar banyak di bidang ini. Kesimpulan saya: meningkatkan produksi pertanian di daerah yang sudah jadi akan lebih berhasil daripada di daerah yang masih baru.
Sama-sama menargetkan peningkatan produksi beras 5 juta ton, misalnya, akan lebih berhasil lewat intensifikasi dari pada ekstensifikasi. Kecuali proyek ekstensifikasi tersebut untuk jangka panjang. Yang tidak dikaitkan langsung dengan penanganan dampak Covid-19.
Terserahlah.
Setidaknya pengungkapan program sawah baru di bawah kementerian pertahanan ini bisa membuat kita lupa pada kalung anti Covid yang lagi digalakkan menteri pertanian. Ke mana-mana SYL mengenakan kalung anti Covid-19. Termasuk ketika ke DPR. Sampai-sampai ada anggota DPR yang memintanya melepas kalung itu.
Ternyata kalung itu berisi minyak kayu putih di bandulnya. SYL yakin itu bisa menangkal Covid-19. Keyakinan itulah yang banyak dipersoalkan orang. Bisa-bisa masyarakat mengikuti jejak SYL. Padahal tidak ada dukungan riset ilmiahnya.
Tapi SYL sangat pede. Kampanye kalung itu ia anggap sebagai bagian dari tugasnya sebagai menteri pertanian. Maksudnya: bukankah pohon minyak kayu putih itu hasil budidaya tani?
Dahlan Iskan
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews