Mamiek ke Prabowo: "Kamu Pengkhianat, Jangan Injak Kakimu di Rumah Saya Lagi!"

Mengapa keluarga Cendana menjadi sahabat Prabowo Subianto dalam Pilpres ini. Apakah ada kepentingan khusus dan apa kepentingannya?

Selasa, 2 April 2019 | 06:28 WIB
0
9497
Mamiek ke Prabowo: "Kamu Pengkhianat, Jangan Injak Kakimu di Rumah Saya Lagi!"
Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto (Foto: Detik.com)

Siti Hediati Hariyadi, yang akrab dipanggil Titiek Soeharto, memuji penampilan calon Presiden 02, Prabowo Subianto, dalam debat ke-4 calon Presiden di Hotel Shangri-La, Jakarta, 30 Maret 2019 lalu. Titiek yang merupakan anak ke-4 mendiang Presiden Soeharto itu terlihat aktif mendukung eks suaminya, Prabowo Subianto.

Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya sesungguhnya wajar saja jika ia mendukung eks suaminya, mengingat Partai Berkarya yang dipimpin oleh adiknya, Hutomo Mandala Putra, akrab dipanggil Tommy Soeharto, mendukung calon Presiden 02.Akan tetapi, jika kita menengok ke belakang, tepat ke tahun 1998, hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar.

Pada tanggal 20 Mei 1998, 21 tahun yang lalu, setelah Magrib, usai bertemu Habibie, Prabowo datang ke Cendana. Di ruangan dalam, ia melihat Presiden Soeharto duduk bersama anak-anaknya dan Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto.

Semula Prabowo ingin bergabung, namun putri bungsu Soeharto, Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek) menghampirinya dengan marah dan mengatakan, ”Kamu pengkhianat. Jangan injak kakimu di rumah saya lagi.” Akhirnya, Prabowo tidak jadi bergabung, dan pulang ke rumahnya. Keesokan harinya, Presiden Soeharto mundur.

Prabowo mengisahkan, pada tanggal 22 Mei 1998, sehari setelah Presiden Soeharto mundur, ia mendapat kabar seorang Kolonel atas perintah KSAD Subagyo Hs datang ke Markas Kostrad untuk mengambil pataka (panji-panji) Kostrad. Ia kaget karena itu berarti kedudukannya sebagai Panglima Kostrad akan berakhir. Ia menghubungi KSAD, dan ia diminta untuk menghadap. Ia kemudian menemui Presiden Habibie untuk meminta penjelasan mengapa ia diganti.

Dari Presiden Habibie ia menerima penjelasan bahwa pergantian itu dilakukan atas permintaan Soeharto, mertuanya. Lalu oleh Soeharto, ia bahkan didorong untuk tinggal di luar negeri. (Hari-hari Terpanjang Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto, dan beberapa peristiwa terkait, James Luhulima, Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2008)

Yang menjadi pertanyaan besar, bagaimana bisa Prabowo yang menjadi musuh besar keluarga Cendana, kini menjadi sahabat keluarga Cendana?

Namun, kita diingatkan bahwa di dalam politik itu tidak ada musuh dan kawan yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan. Ungkapan pemimpin China Deng Xiaoping mengonfirmasi itu, ”Tidak penting kucing itu hitam atau putih, selama kucing itu bisa menangkap tikus.”

Adagium, tidak ada musuh dan kawan yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan, muncul ke permukaan pertama kali pada tahun 1972, ketika Presiden Amerika Serikat Richard Nixon berkunjung ke Beijing. Taiwan yang menjadi sahabat Amerika Serikat dalam mengepung China, sejak tahun 1950an, tiba-tiba ditinggalkan oleh Amerika Serikat. Melalui diplomasi pingpong (tenis meja), Amerika Serikat tiba-tiba memperbaiki hubungannya dengan China. Kepentingannya adalah untuk mengepung Uni Soviet (Rusia).

Dan, siapa yang mengira bahwa pada tanggal 19 November 1985, Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Uni Soviet Mikhail Gorbachev. Pertemuan yang dirintis oleh Presiden Amerika serikat Ronald Reagan itu dikukuhkan dalam pertemuan antara Presiden Amerika Serikat George HW Bush dengan Pemimpin Tertinggi Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada tanggal 3 Desember 1989 di lepas pantai Malta.

Pertemuan itu menjadi awal berakhirnya Perang dingin. Amerika Serikat merangkul musuh bebuyutannya karena adanya kepentingan, yakni peredaan ketegangan dan perdamaian dunia.

Yang menarik untuk kita soroti adalah mengapa keluarga Cendana menjadi sahabat Prabowo Subianto dalam pemilihan Presiden untuk periode 2019-2024. Apakah memang ada kepentingan khusus, kalaupun ada apa kepentingan itu? Atau itu hanya sekadar bagian dari time heals all wounds, akhirnya waktu jua yang menyembuhkan luka?

***