Mau Jadi Pemimpin Anti Asing, Apakah Sekuat Itu?

Senin, 21 Januari 2019 | 20:59 WIB
0
440
Mau Jadi Pemimpin Anti Asing,  Apakah Sekuat Itu?
Prabowo dan Trump (Foto: Dennysiregar.com)

Amerika meradang! Impor perdagangan dari China (Tiongkok) tak bisa dibendung. Negara adidaya yang di masa perang dingin begitu kuatnya menguasai blok barat, kini melawan negara tirai bambu di sektor ekonomi mulai kewalahan. Daging Babi dan Anggur adalah komoditas andalan China yang disukai masyarakat Amerika. 

Kesimpulannya Amerika pun ketergantungan terhadap negara lainnya. 

Lalu berkisar jarak 14.969 km, sekitar 9.301 mil atau 8.082 mila laut dengan jarak dihitung antara pusat geografis Amerika Serikat dan Indonesia, di sebuah negara ada seorang calon presiden dari sebuah koalisi mendekalarasikan dalam pidato kebangdaannya bahwa dia dan tim pemenangannya anti asing. 

Sang penantang ini sesumbar bahwa Indonesia bisa berdiri sendiri, tidak perlu asing dan aseng (China maksudnya). Lalu dia pun berencana ketika terpilih menjadi presiden ke-8 dalam sejarah perpolitikan Indonesia. 

Tentu kita ingat, dahulu kita pernah memiliki seorang Ideologis, seorang kutu buku, seorang agamis karena sejak usia 15 tahun sudah mengaji pada tokoh besar islam saat itu. Kemudian saat remaja lalu beranjak dewasa pemikiran pemikirannya mengenai asing (bangsa penjajah) membawanya ke sebuah pertarungan politik tingkat dunia.

Rusia, dahulu Uni Soviyet pernah mengundangnya namun orang ini minta ada syaratnya . Jika mampu menemukan makam Perawi hadist Bulhori Muslim, maka dia mau berkunjung ke negara penguasa blok timur. Saat itu dia sudah menjadi Presiden negeri ini. Begitupun kepada Sikap Amerika dengan tegas menolak campur tangan CIA ke Indonesia. Pengaruhnya terhadap bangsa asia afrika lepas dari penjajahan banyak membuat orang orang terinspirasi olehnya. 

"Go to Hell Ameika atau bahasa lengkapnya Go to Hell With Your Aid! Orang itu melakukannya bukan di Indonesia, tapi justru di markas besarnya Amerika yaitu Gedung Putih. Kujungan saat itu bermula untuk bertemu dengan Presiden AS, Dwight D Eisenhower . Beliau mendapat undangan khusus saat itu.  Di Tahun 1960, saat negara kita berumur 15 tahun .

Kalau kalian paham, kenapa diundang khusus, rupanya si panglima Amerika pemenang perang dunia ke-2 melawan dominasi Hitler (Jerman) itu lagi panas kupingnya. Eisenhower penasaran kenapa Sukarno selalu mengkritik AS sebagai negara kapitalis tak berbudi baik. 

Tidak ramahnya sang tuan rumah kepada orang itu membuat ia marah marah dan mendatangi protokoler. Kesalahan besar presiden paman sam yang telah membuatnya marah dan akhirnya hinaan yang didapat oleh sang presiden. Segala bantuan yang coba ditawarkan ditolak oleh si Bung Besar itu. 

Beranikah sang lawan yang bertarung melawan Jokowi. Ah melihat banyaknya bule yang menjadi konsultan politiknya membuat yakin publik bahwa orang ini hanya omong besar. 

Apalagi visi misi kebangsaanya yang incremental (tambal sulam) saling tindih dan tak terukur narasinya. Mungkin karena hasil terjemaahan bahasa asing, maka apa yang dikatakannya selalu split of tongue.

Padahal orang yang dikritiknya antek asing, antek aseng sudah menunjukan kelasnya melawan dominasi asing. Petral dibubarkan, Cevron kembali dikuasai pertamina, Freeport dikuasai mayoritas sahamnya. Aset harta koruptor di swiss dan negara lainnya diburu dan lain sebagainya.  Apa buktinya Jokowi Antek Asing kalau begitu? 

Coba ada yang bisa menjelaskan! 

***