Konsekuensi menggambarkan Jokowi seorang pemain catur politik yang hebat sama saja menganggap Jokowi adalah pemimpim yang tega mengorbakan rakyat kecil demi sebuah kemenangan politik.
Bermain catur atau dalam bahasa Jawa sering menyebutnya "skak" pada dasarnya miniatur atau penggambaran dari suatu pemerintahan, bisa juga kerajaan. Setiap buah catur mempunyai tugas atau peran masing-masing.
Dan catur juga bisa mempunyai makna filosofis atau tafsir tersendiri, setiap orang punya sudut pandang masing-masing dalam mengambil filosofi permainan catur.
Dalam barisan terdepan ada delapan pion dan ini jumlah buah catur paling banyak dibanding buah catur yang lainnya. Pion langkahnya maju satu langkah dan tidak boleh ke samping atau mundur, kecuali saat memukul "en passant" (sambil lalu).
Pion tak ubahnya seorang prajurit atau simbol dari rakyat kecil. Karena berada di barisan depan, maka pion punya tugas membuka jalan lebih dulu dibanding yang lainnya.
Ketika pion sudah maju satu langkah, maka ia hanya punya dua pilihan, yaitu memakan atau dimakan atau membunuh atau dibunuh. Dan ini risiko dari seorang prajurit.
Terus di dua sudut belakang ada dua Benteng yang jalannya bisa lurus ke depan dan ke samping atau herizontal. Tugasnya tak ubahnya seperti benteng pertahanan dalam arti sesungguhnya yaitu sebagai pertahanan yang mengitari sebuah bangunan kerajaan. Benteng ibarat meriam yang ditembakkan lurus ke depan atau ke samping.
Dan ada dua perwira Kuda yang jalanya tidak lurus tetapi berbentuk huruf L atau gambaran dari kuda yang melompat. Kalau sudah kena skak-ster, hanya ada dua pilihan,raja menghindar dan patih bakal jadi santapan kuda.
Ada dua Gajah atau peluncur yang jalan atau pergerakannya ke arah sudut. dan di Barat nama "gajah" tidak dikenal, mereka tahunya Bishops (pendo'a), hanya di Indonesia disebut Gajah,
Dan ada Menteri atau panglima yang punya peran sangat sentral atau punya kewenangan luas dalam tugas yang sangat menentukan arah kalah atau menang dalam bermain catur. Ada satu Raja dan ini menandakan tidak boleh ada dualisme pimpinan atau "matahari kembar". Pergerakannya bisa maju atau mundur dan ke samping kiri atau kanan. Tetapi hanya boleh berjalan satu langkah seperti pion. Pergerakannya sangat terbatas karena harus selalu membawa singgasananya. Kemana-mana selalu dikawal.
Bahkan dalam catur ada istilah rokade (Jawa: lukir) demi menyelamatkan atau melindungi dari serangan lawan.
Permainan catur sejatinya gambaran perang dalam arti sesungguhnya, yaitu yang menang atau kalah sama-sama menderita kerugian baik harta atau nyawa. Bahkan seperti istilah perang Puputan yaitu perang sampai titik darah penghabisan atau tak tersisa.
Dalam permainan catur, Raja tidak boleh dibunuh melainkan menyerah atau kalah. Dalam hukum internasional, Presiden dalam keadaan perang juga tidak boleh dibunuh, kecuali Saddam Husein yang dibunuh rakyatnya sendiri. Atau ditawan disuruh menyerah.
Nah, terkait perpolitikan Tanah Air, ada sebagian pendukung atau pecinta Jokowi yang menggambarkan atau menarasikan bahwa Jokowi adalah seorang pemain catur politik yang hebat. Tentu ini di mata pendukungnya atau pecintanya. Sebaliknya di mata para pembencinya, apa yang dilakukan Jokowi bukan permainan catur, tetapi akal-akalan semata.
Bagi pecintanya, Jokowi digambarkan lihai dalam permainan catur politik yang selalu bisa mengalahkan lawan dan berakhir dengan kemenangan.
Penggambaran atau menarasikan Jokowi adalah seorang pemain catur politik yang hebat, menurut pandangan subjektivitas tidaklah tepat atau tidak pas.
Mengapa demikian?
Konsekuensi menggambarkan Jokowi seorang pemain catur politik yang hebat sama saja menganggap Jokowi adalah pemimpim yang tega mengorbakan rakyat kecil demi sebuah kemenangan politik. Atau suka mengorbankan rakyat kecil demi kepentingan sesaat.
Padahal dalam kenyataannya, Jokowi bukanlah Presiden yang menjadikan rakyat sebagai tumbal atau korban untuk kepentingan politiknya.
Jadi penggambaran Jokowi sebagai pemain catur politik kuranglah tepat.
Kali ini "Jokowi lover's" salah besar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews