Nadiem Makarim bukan seorang akademisi dan tidak bergelar Profesor Doktor, tapi bisa jadi Mendikbud-Ristek. Lalu, apa kehebatan seorang Nadiem?
Nadiem Makarim--yang setelah masuk kabinet Jokowi dipanggil Mas Menteri--telah dipilih jadi Mendikbud-Ristek. Tidak ada yang salah secara hukum, karena penunjukan menteri merupakan prerogatif presiden yang dilindungi undang-undang. Siapapun dengan latar pendidikan apapun, sepanjang memenuhi syarat administrasi dan hukum bisa dipilih presiden untuk jadi menteri bila dipandang mampu.
Soal siapa yang "mampu" jadi menteri pada suatu kementerian tertentu di mata presiden bisa mengesampingkan latar belakang pendidikan menteri tersebut.
Mampu bagi presiden bukan semata latar belakang ilmu tertentu dan strata pendidikan tertinggi terkait langsung bidang kementerian, namun lebih dari itu, yakni bersifat multi dimensional. Cara pandang presiden tersebut seringkali sulit dipahami orang awam, bahkan para ilmuwan atau pakar.
Periode pemerintahan Jokowi yang pertama Susi Pudjiastuti dipilih jadi Menteri Kelautan dan Perikanan walau latar belakang pendidikannya "cuma" lulusan SMP. Sementara di Indonesia ini banyak orang bergelar Profesor Doktor bidang perikanan dan kelautan yang secara legal formal diakui kepakarannya di bidang tersebut.
Demikian juga sekarang menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin bukan berlatar belakang pendidikan kesehatan. Beliau "cuma" sarjana fisika nuklir, yang justru lebih banyak berkarier dalam bidang keuangan, perbankan dan BUMN. Padahal bidang kesehatan termasuk bidang sangat teknis atau khusus, dan di ranah tersebut banyak orang bergelar Profesor Doktor dan Dokter yang diakui kepakaran ilmunya dalam bidang kesehatan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) termasuk bidang bersifat teknis. Banyak pakar pendidikan dan kebudayaan serta ahli dalam riset dan teknologi yang bergelar profesor doktor di bidangnya.
Pada masa pemerintahan presiden-presiden sebelumnya, posisi Mendikbud hampir pasti dijabat orang bergelar profesor doktor dan aktif sebagai akademisi bidang pendidikan dan kebudayaan, yang artinya secara de facto dan de jure dianggap mampu jadi menteri.
Namun dalam pemerintahan presiden Jokowi, justru Nadiem Makarim yang bukan akademisi bergelar profesor doktor jadi menterinya.
Seorang Nadiem Makarim bukan politikus partai dan bukan titipan partai politik---yang seringkali unsur "kemampuan teknis" bukan merupakan faktor utama, melainkan keterjagaan "stabilitas politik pemerintahan".
Nadiem Makarim seorang independen dan berprestasi di bisnis startup yang kini sudah masuk level decacorn. Bisnis ini erat kaitannya dengan teknologi terkini, dan pengembangannya sarat aktivitas riset. Cakupan bisnisnya multi jasa/pelayanan dan bersifat internasional atau lintas negara, serta melibatkan banyak mitra-tenaga kerja dan putaran uang yang besar.
Citra yang melekat pada Nadiem adalah orang muda yang berprestasi dalam inovasi bisnis dan teknologi, sehingga menjadi inspirasi banyak orang muda di negeri ini. Selain itu, sosoknya sebagai Mas Menteri sangat familiar di kalangan anak sekolah, guru dan stake holder bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
Ketika pertama kali dipilih jadi menteri, banyak orang mempertanyakan aktivitas dan pengalaman Nadiem Makarim dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Nadiem Makarim tidak pernah secara khusus bergerak di kedua bidang tersebut.
Kemampuannya jadi Mendikbud pun diragukan. Tak heran ketika beberapa kali isu reshuffle kabinet bergulir, Mas Menteri Nadiem Makarim termasuk dalam gosip-gosip politik sebagai salah satu menteri yang akan diganti.
Tapi kini justru Mas Menteri Nadiem Makarim jadi pemimpin di kementerian hasil penggabungan dua kementerian, yakni Kemendikbud dan Kemenristek menjadi Kemendikbud-Ristek. Tanggung jawab dan bebannya sangat berat dibandingkan sebelumnya. Beban tersebut tidak akan diberikan kepada orang yang dipandang tidak mampu menurut kacamata Presiden Jokowi.
Keterpilihan Mas Menteri Nadiem Makarim sebagai Mendikbud-Ristek lagi-lagi "melangkahi" para akademisi-peneliti bergelar profesor doktor. Kacamata presiden sebagai seorang pemimpin dalam melihat kemampuan seseorang pun lagi-lagi diluar kemampuan cara pandang banyak pihak.
Lalu apa kehebatan Nadiem Makarim sehingga terpilih jadi menteri? Ada adigium : "Banyak orang yang dipandang mampu, tapi sedikit orang yang dipilih". Kehebatan Nadiem Makarim adalah mampu terpilih jadi Mas Menteri di Kemendikbud-Ristek.
Kalau aku sih rapopo...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews