Kehebatan Mas Menteri Nadiem Melangkahi Para Profesor Doktor

Keterpilihan Mas Menteri Nadiem Makarim sebagai Mendikbud-Ristek lagi-lagi "melangkahi" para akademisi-peneliti bergelar profesor doktor.

Sabtu, 1 Mei 2021 | 01:49 WIB
0
297
Kehebatan Mas Menteri Nadiem Melangkahi Para Profesor Doktor
Sumber gambar ; detik.com

Nadiem Makarim bukan seorang akademisi dan tidak bergelar Profesor Doktor, tapi bisa jadi Mendikbud-Ristek. Lalu, apa kehebatan seorang Nadiem?

Nadiem Makarim--yang setelah masuk kabinet Jokowi dipanggil Mas Menteri--telah dipilih jadi Mendikbud-Ristek. Tidak ada yang salah secara hukum, karena penunjukan menteri  merupakan prerogatif presiden yang dilindungi undang-undang. Siapapun dengan latar pendidikan apapun, sepanjang memenuhi syarat administrasi dan hukum bisa dipilih presiden untuk jadi menteri bila dipandang mampu.

Soal siapa yang "mampu" jadi menteri pada suatu kementerian tertentu di mata presiden bisa mengesampingkan latar belakang pendidikan menteri tersebut.

Mampu bagi presiden bukan semata latar belakang ilmu tertentu dan strata pendidikan tertinggi  terkait langsung bidang kementerian, namun lebih dari itu, yakni bersifat multi dimensional. Cara pandang presiden tersebut seringkali sulit dipahami orang awam, bahkan para ilmuwan atau pakar.

Periode pemerintahan Jokowi yang pertama Susi Pudjiastuti dipilih jadi Menteri Kelautan dan Perikanan walau latar belakang pendidikannya "cuma" lulusan SMP. Sementara di Indonesia ini banyak orang bergelar Profesor Doktor bidang perikanan dan kelautan yang secara legal formal diakui kepakarannya di bidang tersebut.

Demikian juga sekarang menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin bukan berlatar belakang pendidikan kesehatan. Beliau "cuma" sarjana fisika nuklir, yang justru lebih banyak berkarier dalam bidang keuangan, perbankan dan BUMN. Padahal bidang kesehatan termasuk bidang sangat teknis atau khusus, dan di ranah tersebut banyak orang bergelar Profesor Doktor dan Dokter yang diakui kepakaran ilmunya dalam bidang kesehatan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) termasuk bidang bersifat teknis. Banyak pakar pendidikan dan kebudayaan serta ahli dalam riset dan teknologi yang bergelar profesor doktor di bidangnya.

Pada masa pemerintahan presiden-presiden sebelumnya, posisi Mendikbud hampir pasti dijabat orang bergelar profesor doktor dan aktif sebagai akademisi bidang pendidikan dan kebudayaan, yang artinya secara de facto dan de jure dianggap mampu jadi menteri.

Namun dalam pemerintahan presiden Jokowi, justru Nadiem Makarim yang bukan akademisi bergelar profesor doktor jadi menterinya.

Seorang Nadiem Makarim bukan politikus partai dan bukan titipan partai politik---yang seringkali unsur "kemampuan teknis" bukan merupakan faktor utama, melainkan keterjagaan "stabilitas politik pemerintahan".

Nadiem Makarim seorang independen dan berprestasi di bisnis startup yang kini sudah masuk level decacorn. Bisnis ini erat kaitannya dengan teknologi terkini, dan pengembangannya sarat aktivitas riset. Cakupan bisnisnya  multi jasa/pelayanan dan bersifat internasional atau lintas negara, serta melibatkan banyak mitra-tenaga kerja dan putaran uang yang besar.

Citra yang melekat pada Nadiem adalah orang muda yang berprestasi dalam inovasi bisnis dan teknologi, sehingga menjadi inspirasi banyak orang muda di negeri ini. Selain itu, sosoknya sebagai Mas Menteri sangat familiar di kalangan anak sekolah, guru dan stake holder bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Ketika pertama kali dipilih jadi menteri, banyak orang mempertanyakan aktivitas dan pengalaman Nadiem Makarim dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Nadiem Makarim tidak pernah secara khusus bergerak di kedua bidang tersebut.

Kemampuannya jadi Mendikbud pun diragukan. Tak heran ketika beberapa kali isu reshuffle kabinet bergulir, Mas Menteri Nadiem Makarim termasuk dalam gosip-gosip politik sebagai salah satu menteri yang akan diganti.

Tapi kini justru Mas Menteri Nadiem Makarim jadi pemimpin di kementerian hasil penggabungan dua kementerian, yakni Kemendikbud dan Kemenristek menjadi Kemendikbud-Ristek. Tanggung jawab dan bebannya sangat berat dibandingkan sebelumnya. Beban tersebut tidak akan diberikan kepada orang yang dipandang tidak mampu menurut kacamata Presiden Jokowi.

Keterpilihan Mas Menteri Nadiem Makarim sebagai Mendikbud-Ristek lagi-lagi "melangkahi" para akademisi-peneliti bergelar profesor doktor. Kacamata presiden sebagai seorang pemimpin dalam melihat kemampuan seseorang pun lagi-lagi diluar kemampuan cara pandang banyak pihak.

Lalu apa kehebatan Nadiem Makarim sehingga terpilih jadi menteri? Ada adigium : "Banyak orang yang dipandang mampu, tapi sedikit orang yang dipilih". Kehebatan Nadiem Makarim adalah mampu terpilih jadi Mas Menteri di Kemendikbud-Ristek.

Kalau aku sih rapopo...

***