Debat memang penting, namun yang lebih penting dari semuanya adalah rekam jejak. Karena rekam jejak atau track record-lah yang bisa dijadikan ukuran.
Debat Pilpres adalah sesuatu yang paling ditunggu, khususnya bagi mereka yang belum menentukan pilihan, atau masih bingung terhadap dua pilihan yang sudah ada. Entah itu memilih Jokowi-Ma'ruf atau Prabowo-Sandi, debat capres tetap menjadi rujukan.
Dari debat ini, kita bukan hanya bisa mendapatkan visi dan misi dari pasangan calon presiden dan wakil presiden. Akan tetapi, kita juga bisa sedikitnya mengetahui kemampuan mereka untuk mewujudkan apa yang menjadi visi-misi pasangan yang berkontestasi di Pilpres 2019. Meskipun semua itu baru dinyatakan dalam kata-kata.
Sebagai sebuah tontonan, acara debat Capres tentu saja sangat menarik untuk diikuti. Apakah debat ini benar-benar akan mampu mempengaruhi hasil Pilpres mendatang? Bagi orang-orang yang ada di tim sukses, mengakui bahwa debat ikut mempengaruhi perolehan suara.
Debat capres, bukanlah ajang orasi biasa, dimana orang bicara untuk dirinya sendiri, tanpa ada lawan bicara yang mengkritisinya, bahkan membantah dan memberikan jawaban yang lebih realistis.
Kita pun tak jarang menyaksikan capres atau cawapres, ketika berkampanye di depan pendukungnya, seperti halnya mereka berorasi untuk dirinya sendiri. Tak ada dialog, yang ditunjukan hanya monolog. Akibatnya, justru menimbulkan polemik dan pertentangan di tengah masyarakat, ketika apa yang disampaikannya itu didengar oleh orang-orang yang kebetulan tidak berada di tempat kejadian.
Bagaimana mungkin warga Boyolali misalnya, dibuat "marah" karena ucapan Prabowo yang dianggap menghina. Begitu pula, bagaimana mungkin warga masyarakat yang kebetulan memilih ojek online sebagai sumber penghidupannya, dinilai rendah oleh capres nomor urut 02 ini.
Ketika debat ditayangkan secara luas, semua orang akan memperhatikannya. Di sinilah, rekam jejak dan pengalaman seorang calon, akan tampak dari kelihaiannya menjawab segala jenis pertanyaan, baik yang ajukan moderator maupun oleh lawan debat.
Sangat beralasan, jika debat Pilpres ini menjadi perhatian dari undecided voters atau swing voters. Dari arena debat inilah, para kandidat harus mampu menujukkan performanya agar bisa menyakinkan dan memantapkan pilihan mereka.
Oleh karena itu, masuk di akal jika kemenangan Jokowi atas Prabowo di Pilpres 2014 lalu, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan Jokowi dan Jusuf Kalla di ajang debat terbuka tersebut. Bagaimana pun ketika itu, baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama untuk kali pertama bertarung di kontestasi Pilpres.
Debat Hilangkan Keraguan
Termasuk penulis sendiri, yang seakan merasa ragu terhadap Jokowi yang memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya. Dalam pandangan penulis atau mungkin juga teman-teman lain, KH Ma'ruf Amin sudah cukup uzur.
Dengan usia yang 76 tahun, penulis menilai bahwa KH Ma'ruf Amin akan mengalami banyak kesulitan ketika berdebat dengan Sandiaga Uno yang belum genap berusia 50 tahun.
Namun, kenyataannya di luar perkiraan. KH Ma'ruf Amin mampu berdebat dengan cukup baik, bahkan melebihi ekspektasi penulis selama ini.
Dari debat inilah, keraguan yang selama ini ada bisa sedikit demi sedikit hilang. Dan, keyakinan pun semakin kuat bahwa KH Ma'ruf Amin bisa bekerja dengan baik bersama Jokowi, apabila keduanya terpilih kelak.
Penulis justru merasa kurang yakin terhadap pasangan nomor urut 02, dimana cawapresnya seakan tampak lebih dominan. Sehingga di kemudian hari akan muncul dua matahari kembar yang membuat perjalanan pemerintahan justru semakin tidak efektif.
Akhirnya, penulis ingin sedikit bertanya, masihkan debat ke-4 ini berpengaruh menaikkan elektabilitas Prabowo-Sandi? Atau justru debat ini makin memperkuat Jokowi-Ma'ruf.
Terlepas dari debat pilpres, kita semua harus melihat dari realitas yang ada. Siapa yang sudah membuktikannya secara nyata, apa-apa yang dikerjakannya untuk rakyat, dan siapa pula yang baru sebatas kata-kata.
Debat memang penting, namun yang lebih penting dari semuanya adalah rekam jejak. Karena rekam jejak atau track record-lah yang bisa dijadikan ukuran mampu-tidaknya pasangan calon menjalankan Pemerintahan dengan baik dan efektif, tanpa harus belajar dahulu.
Selain itu, memilih pemimpin berdasarkan rekam jejaknya, jauh lebih penting daripada sekadar program yang baru sebatas kata-kata. Melalui rekam jejak pula, kita bisa mengetahui watak dan cara kepemimpinan seseorang, yang kesemuanya itu akan memberikan pengaruh yang besar bagi kepemimpinan dan rakyat yang dipimpinnya.
Bagaimana, Bro 'n Sis?
Salam dan terima kasih!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews