OVERVIEW
Baik Prabowo-Sandi maupun Jokowi-Maruf, keduanya tidak tampil maksimal dalam debat kali ini. Debat tadi malam tidak menyentuh pada substansi. Kedua paslon tidak mampu berargumentasi secara dalam, terlalu fokus pada hal-hal yang superfisial.
JOKOWI-MA'RUF
Tidak seperti tahun 2014, dalam debat tadi malam Jokowi terlihat tegang dan kaku. Jokowi terlihat sangat berhati-hati dalam berkata-kata. Kalau kata kawan saya seorang mahasiswa ilmu politik, Jokowi kalau salah sedikit saja, dibully-nya bakal gede, sementara dia kan presiden. Itu menyebabkan Jokowi sangat berhati-hati.
Tema debat tadi malam memang bukan sektor kekuatan paslon 01. Namun, bukan berarti Jokowi tidak punya keuntungan. Sebagai petahana, Jokowi seharusnya tinggal menyampaikan pencapaiannya dan menyampaikan program yang berangkat dari sana. Hal ini tidak terlihat di debat tadi malam.
Serangan Jokowi ke Prabowo, sangat baik. Kalau MotoGP ini mirip manuver Valentino Rossi terhadap Casey Stoner di Laguna Seca tahun 2008. On the limit but deemed legal. Terutama terkait caleg mantan napi korupsi, serangan ini berhasil membuat Prabowo mati kutu.
Solusi yang ditawarkan Jokowi terkait korupsi adalah hal yang sudah sering dibawa sejak jadi Walikota Solo. Merampingkan birokrasi dan transparansi anggaran. Ini solusi yang pas dan seharusnya diambil, meskipun pada periode pertama ini, Jokowi belum berhasil merapikan birokrasi secara keseluruhan.
Sementara Yai Maruf dalam debutnya tampak belum menguasai situasi. Yai Maruf banyak membuang waktu saat berbicara, membuat jeda antar kata dan antar kalimat yang terlalu panjang. Namun, Yai Maruf terlihat sangat memahami materi radikalisme.
Closing statement paslon ini begitu 'mengerikan'. Paslon 01 menegaskan rekam jejak yang bersih dari riwayat masa lalu untuk meyakinkan penonton bahwa mereka dapat bekerja baik di sektor ini. Meskipun terdengar keren, namun bagi saya ini adalah manuver yang kurang diperlukan.
PRABOWO-SANDI
Prabowo-Sandi terlihat luwes berkata-kata. Prabowo sudah berpengalaman debat publik pada tahun 2014, sedangkan Sandi masih fresh dari Pilgub Jakarta 2017. Prabowo-Sandi terlihat lebih percaya diri dan santai.
Namun, bukan Prabowo kalau tidak mengeluarkan hoaks atau salah data. Berkali-kali Prabowo salah data, seperti terkait kepala desa yang dihukum karena dukung dia atau terkait besar wilayah Jawa Tengah dibandingkan Malaysia, terkait tax ratio, juga tentang jumlah negara miskin.
Sandi, seperti biasa, membawa nama seseorang dalam argumennya. Menarasikan kisah orang itu untuk membangun argumen. Kedengaran cerdas, namun sulit diverifikasi dan kadang-kadang tidak nyambung.
Sayangnya dari debat ini, saya menangkap bahwa paslon 02 akan melestarikan mental kere. Menaikkan gaji aparat tidak akan menyelesaikan korupsi, apabila celah-celah korupsi di birokrasi belum ditutup. Pun, kalau memang orangnya bermental kere, gaji berapapun tidak akan menjamin dia tidak korupsi.
Paslon 02 juga terlalu melebar ke mana-mana. Apa-apa dikaitkan ke ekonomi. Terlihat tidak fokus pada pokok permasalahan dan tema debat. Dan argumen soal menaikkan tax ratio, kok saya rasa kontradiktif sama program salah satu partai pendukungnya yang mau hapus pajak.
Closing statement, meskipun jauh lebih halus, namun semakin menegaskan bahwa paslon ini membina mental kere.
PENILAIAN
Saya rasa saya akan memberi nilai individual sebagai berikut untuk debat malam tadi (skala 0-100, KKM: 70):
1. Jokowi : 60
2. Maruf : 30
3. Prabowo : 40
4. Sandi : 40
Sehingga nilai rata-rata
1. Jokowi Maruf : 45
2. Prabowo Sandi : 40
Kedua paslon tidak menyentuh substansi debat, tidak memberikan argumen yang baik, terlalu superfisial. Namun, Jokowi masih punya beberapa poin plus dalam hal program meskipun tampil sangat kaku dan tegang.
Yai Maruf perlu latihan untuk berbicara secara efisien dan tepat. Prabowo dan Sandi sangat pandai dalam komunikasi, namun tidak tampak punya program bagus selain melestarikan mental kere.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews