Cornelis| Presiden Dayak Pemberani

Setidaknya, dengan semboyan ciptaannya, Cornelis menggelorakan salah satu nilai dan keutamaan orang Dayak: Berani.

Sabtu, 26 Juni 2021 | 00:51 WIB
0
985
Cornelis| Presiden Dayak Pemberani
What makes somone one a great person?

"Orang Dayak, sebagai pewaris dan penduduk asli bumi Borneo, jangan sampai tidak punya tanah. Jika ada tanah kosong, tanam, tanam, sekali lagi: tanam! Tanam apa saja! Lama-lama, tanah kosong itu ada yang punya. Saya tidak mau kita, orang Dayak, seperti ayam mati di lumbung padi."

Begitu suatu ketika, Cornelis berkata kepada saya. Cukup kaget saya mendengar katanya.Lelaki kelahiran 27 Juli 1953 itu memang sering daksyat. Dan kuat kuasa. Lagi tajam kata-kata yang diucapnya.

Cornelis.

Lengkapnya: Drs. Cornelis, M.H.

Siapa tak kenal pria Kanayatn ini? Ia pemimpin besar orang Dayak. Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ke-2, setelah Teras Narang. Suksesinya berjalan lumayan mulus. "Saya lega. Pekerjaan besar telah purna," ujarnya menyebut estafet kepemimpinannya ke Dr. Marthin Billa di hotel Peninsula, bilangan Slipi, Jakarta 18 Juni 2021.

Tak banyak yang mafhum. Sebelum Sambutannya yang "menghehohkan" di podium, sebenarnya telah terjadi kesepakatan di antara 9 pemutus atau pengambil suara. Yakni dengan berpedoman pada Anggaran Rumah Tangga MADN, yakni Pasal 9 ayat 2 poin b. Tim Nominasi terdiri atas Pengurus MADN dan seorang Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi mewakili DAD Provinsi Kalimantan ditambah utusan DAD di luar Kalimantan yang berjumlah keseluruhannya sembilan orang.

Sedemikian rupa, sehingga  pemilihan Presiden MADN yang punya hak suara adalah:

Unsur Dewan Pertimbangan MADN= 1 Suara
Unsur Pengurus MADN = 2 Suara.
Unsur DAD Provinsi di Kalimantan= 5 Suara.
Utusan Luar DAD Kalimantan di Wakilkan DAD DKI JAKARTA= 1 Suara.
Total = 9 Suara.

Apa pun, kemudian soal komunikasi. Nah, dalam rapat tertutup, 9 suara bagai "bulat air dalam buluh". Cornelis hanya mengumumkan saja hasil muasyawarah-mufakat itu. Bahwa ada ribut-ribut kecil, itu adalah "ribut tukang".

Terlepas dari Munas V MADN yang sempat viral, Cornelis sosok pemimpin yang positif. Yang memandang, dan merancang, segala sesuatu dari kacamata positif. Mengutamakan kekuatan. Lihatlah semboyannya. Yang mulai dari nilai positif, salah satu keutamaan, kebijaksanaan, kebajikan (virtue, value) umat manusia yang berlaku universal; tapi yang menjadi penciri-utama sifat orang Dayak: BERANI.

Saya sedang menulis biografinya. Tebal: 33 halaman. Sedianya, akan launching menandai hari ulang tahunnya ke-68, 27 Juli 2021.

Seperti kita mafhum. Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ke-2 periode 2015-2021, yang juga kerap disebut "Presiden Dayak"  itu kini anggota DPR-RI, Komisi II. Untuk mudah dan singkatnya, orang kerap menyingkat  Presiden MADN dengan hanya "Presiden Dayak" saja. Tentu, bukan dalam ranah politik. Sebab, jika menyibak kamus, makna "presiden" juga berarti: ketua, yang dituakan, yang utama, yang memimpin.

Kade' Barani, Ame' Gali'-gali'; Kade' Gali', ame' barani-barani. Artinya: Jika berani, jangan takut-takut; jika takut jangan berani-berani! Ia bukan hanya moto, tapi juga pikiran yang menjadi tindakan.

Kariernya di bidang birokrasi dan pemerintahan, jangan ditanya. Ia menitinya mulai dari bawah sekali. Pernah menjadi juru-antar surat sebuah partai di Pontianak. Kemudian, baru menjadi Kaur Bangdes Kecamatan Mandor, Kab. Pontianak (1979-1986). Camat (1989-1999). Bupati Landak (2001-2001). Lalu Gubernur Kalimantan Barat (2008-2018).

Saking peduli, dan baik, pada orang Madura yang dipersepsikan berbeda oleh umumnya orang sana, orang Madura punya nama sendiri untuk Cornelis. Dan menganggapnya Madura juga: Kolis.

Penghargaan dari Pemerintah, Negara, LSM, dan dari berbagai instansi banyak diterimanya. Suatu pengakuan atas prestasi, jasa, kiprah, motivasi, serta pemberdayaan kepada masyarakat yang telah dilakukannya. Jumlahnya 52. Dari penghargaan sebagai Pengembang Keluarga Mandiri hingga Museum Rekor Indonesia (MURI). Dari Bintang Yudha Utama hingga Satyalencana. Dari dalam dan luar negeri. Lengkap sudah. Laman web ini tidak cukup menulis semuanya.

"Saya ini sudah selesai," katanya. "Mau apa lagi? Camat, sudah. Bupati, sudah. Gubernur, sudah. Presiden sudah!" katanya, sembari tertawa lebar.

Selama menjadi Gubernur Kalbar, ia dicintai segala suku bangsa yang ada dan hidup di sana. Bahkan, orang Madura, jika ditanya, "Siapa Gubernur kalian?"

Dijawab, "Pak Kolis!"

Saking peduli, dan baik, pada orang Madura yang dipersepsikan berbeda oleh umumnya orang sana, orang Madura punya nama sendiri untuk Cornelis. Dan menganggapnya Madura juga: Kolis.

Ya, Pak Kolis memang bisa jadi apa saja, dan siapa saja!

Fokuskan perhatian kita pada moto/ semboyan Cornelis ini:

Kade' Barani, Ame' Gali'-gali'; Kade' Gali', ame' barani-barani.

Artinya: Jika berani, jangan takut-takut; jika takut jangan berani-berani!

Perpatah petitih itu, dalam bahasa ibunya: Kanayatn.

Cornelis tunjukkan, dan buktikan, pepatah itu bukan semboyan mati. Tapi sungguh hidup dan menghidupi dirinya. Jika ngomong sesuatu, meski keras dan pedas, tapi fakta yang disampaikannya.

"Saya sampai heran. Saya pernah ucapkan di ruang rapat tertutup mengenai suatu hal. Saya membuka fakta, membacanya dari sejarah, dan buku yang ditulis para pakar. Keluar ruang rapat ucapan saya  itu, oleh 'orang dalam', mungkin yang gak senang. Lalu ada yang nuntut. Saya hadapi. Saya berani. Fakta kok yang saya ucapkan," paparnya.

Merah memang warna khasnya. Pria kelahiran 27 Juli 1953 ini, tampak tegas dari tulang rahangnya. Naik turun. Bergerak-gerak jika geram. Jika sudah demikian, orang mafhum, ia akan berkata dan berbuat apa.

Di masanya jadi Gubernur Kalbar, juga Presiden MADN, orang Dayak tak ada yang berani menista dan menghinanya. Beberapa tokoh/ orang yang secara sengaja mencabas/ menistakan orang Dayak, diajukan ke pengadilan adat. Dijatuhkan hukum adat. Dikenakan sanksi. Dan membayar denda.

Sisi lain semboyannya punya makna. Bahwa apa pun yang akan kita ucapkan, dan lakukan, kalkulasi, pikirkanlah semua itu. Hitung untung ruginya.

Sisi lainnya. Maju (berperang) untuk menang. Jika dirasa tidak (bisa) menang, lebih baik tidak usah maju. Bukan hanya membuang waktu, pikiran, dan uang; melainkan juga mengorbankan harga diri dan kemuliaan.

Semboyannya ini, "Kade' Barani, Ame' Gali'-gali'; Kade' Gali', ame' barani-barani", tak ada orang Kalbar, yang tak hafal.
Tamsil ini berlaku untuk segala bidang kehidupan. Di mana pun. Kapan pun.

Setidaknya, dengan semboyan ciptaannya, Cornelis menggelorakan salah satu nilai dan keutamaan orang Dayak:  Berani.

Namun, bukan asal berani. Berani karena benar.

***