2024

Bagaimana pun, kita adalah penentunya. Rakyat Indonesia yang sungguh-sungguh waras, yang terbukti tak mempan dihempas aneka hoaks dan tak bisa diayunkan oleh politik identitas.

Jumat, 13 November 2020 | 12:53 WIB
0
211
2024
Ma'ruf AMin (Foto: pinterpolitik.com)

Tiga tahun lagi -- dan mungkin sudah dimulai tahun depan -- hingar-bingar diskusi dan aksi terkait tampuk kepemimpinan nasional Indonesia setelah Jokowi akan meramaikan linimasa media-media sosial, media massa, dan tentu warung-warung kopi.

Ya, tahun 2024 memang masih lama tapi inilah tahun untuk pertama kalinya setiap orang rasanya punya kans hehe. Konstitusi membatasi periode pemerintahan Jokowi hanya dua periode. Dan di negara demokrasi ini, kekuasaan tak diwariskan.

Ingat cerita mengapa Kiai Ma'ruf Amin menjadi (calon) wakil presiden pada pilpres lalu? Semula Prof. Mahfud MD yang digadang-gadang, bahkan sudah mengurus surat persyaratan pencalonan. Di menit-menit akhir, para pemilik dan pemimpin partai keberatan.

Mahfud bisa menjadi pengganjal dan memupus kesempatan tokoh-tokoh yang sudah menatap 2024 jauh-jauh hari. Kiai Ma'ruf adalah jalan tengah. Ia tak membuat Muhaimin Iskandar dan PKB-nya lari dari koalisi, tak membuat Megawati Soekarnoputri khawatir soal nasib PDIP dan trah Soekarno di tahun 2024 nanti. Singkatnya, Kiai Ma'ruf tak akan tampil sebagai calon Presiden petahana!

Kini, aneka selentingan tentang suksesi tahun 2024 sudah mulai dilontarkan. Tokoh-tokoh mulai berkemas. Saya malah mendengar ada yang sudah bertanya: Pak Jokowi akan mendukung siapa nanti sebagai calon penggantinya? Pertanyaan yang tentu tak akan pernah dijawab sang presiden.

Lalu siapa? Tak ada, sejauh ini. 2024 adalah sehamparan padang yang datar. Orang-orang, para tokoh, berdiri di tanah lapang yang rata. Tak ada yang menonjol di ketinggian. Satu dua orang mungkin menjejak tanah gundukan, tapi hanya ujung poni rambutnya yang tampak, tak jelas benar mukanya.

Di atas kertas, yang bakal punya tiket hanya beberapa pemilik dan pemimpin partai besar. Kita sebut saja nama mereka: Prabowo Subianto dengan Gerindra, Puan Maharani dengan PDIP, Muhaimin Iskandar dengan PKB, Airlangga Hartarto dengan Partai Golkar.

Di luar itu? Ada tokoh-tokoh populer, para gubernur seperti Anies Baswedan dari DKI, Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah, Khofifah Indar Parawansa dari Jawa Timur, Ridwan Kamil dari Jawa Barat, atau Nurdin Abdullah dari Sulawesi Selatan. Atau wajah lama yang masih anteng jadi pusat perhatian untuk setiap gerak-geriknya, seperti Jusuf Kalla, Gatot Nurmantyo, Yusril Ihza Mahendra, Sri Mulyani, Erick Thohir dll.

Tahun 2024 masih lebih tiga tahun lagi. Tapi selentingan tentang para tokoh sudah mulai terlontar. Saya dengar malah sudah ada yang membentuk tim tak resmi untuk memantik-mantik isu.

Bagaimana pun, kita adalah penentunya. Rakyat Indonesia yang sungguh-sungguh waras, yang terbukti tak mempan dihempas aneka hoaks dan tak bisa diayunkan oleh politik identitas. Mereka tak bisa digiring oleh ambisi-ambisi yang dibungkus atas nama ras dan agama, apalagi sekadar nasi bungkus. Rakyat punya logika, idola, dan impiannya sendiri yang bisa beririsan, bisa juga berjarak sungguh jauh dari misi tim sukses.

Saya sendiri selalu berharap ada tokoh yang baru, yang datang dari tempat nan jauh dan tak disangka-sangka. Politik ini butuh kejutan. Terutama kejutan yang membawa harapan. Agar kita bisa tidur dengan nyenyak dengan mimpi-mimpi tentang masa depan. Dan tentu saja, agar tak bosan. Kita butuh sesuatu yang baru dan segar, demi merawat cinta kepada Indonesia!

***