Adil Sejak dalam Pikiran

Hidup dalam berbangsa dan bernegara, harus punya tenggang rasa, tidak bisa mengedepankan ego dan kesombongan.

Selasa, 24 November 2020 | 18:42 WIB
0
251
Adil Sejak dalam Pikiran
Foto : pixabay.com

Semua pasti sudah tahu apa maknanya Zalim, yakni lawan katanya Adil, jadi sangat mudah di tudingkan kepada siapa saja. Tapi pada dasarnya kita pun sering berlaku Zalim, karena kita hanya manusia yang tidak sempurna, yang adil itu hanyalah Allah SWT.

Dalam Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 8 dikatakan kurang lebih begini: “janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum berlebih-lebihan, sehingga tidak bisa bersikap adil, sementara adil itu sendiri, dekat kepada Takwa.

Betapa sulitnya mengamalkannya, karena kadang kebencian yang ada didalam pikiran kita, mengurangi sikap adil, itulah penanda kita sebagai manusia, sulit bagi kita untuk tidak berlaku zalim, tapi perilaku itu sangat mudah kita tudingkan pada orang lain.

Selama 10 bulan kita sama-sama berjuang untuk memerangi Covid-19, sesuai dengan kapasitas masing-masing, berusaha menegakkan aturan, dengan berusaha untuk patuh terhadap aturan pemerintah. Itulah hakikat kita sebagai bangsa yang taat pada aturan.

Pada realitasnya kita sulit untuk bersikap adil, karena aturan itu tidak bisa diterapkan kepada semua orang, atau kelompok.

Bahkan ada kelompok yang terang-terangan membangkang terhadap aturan tersebut, dan para penegak keadilan tidak kuasa mencegahnya, hanya karena kedekatan secara emosional.

Padahal kelompok ini selalu berteriak tentang keadilan, dan menuntut keadilan, namun tidak menyadari kalau apa yang dilakukan sudah merusak keadilan itu sendiri dengan berlaku Zalim, merasa istimewa, dan minta di istimewakan, sehingga aturan hukum diabaikan seenak jidatnya.

Akibatnya memunculkan klaster baru penyebaran Covid, dan menyumbang peningkatan jumlah korban yang terpapar di wilayah DKI.

Adilkah sikap dan perbuatan yang dilakukan? Inilah yang saya maksudkan tuduhan Zalim itu hanya sebatas sudut pandang, hanya untuk orang lain, tidak untuk diri sendiri.

Benar kata Pramoedya Ananta Toer, "Adillah sejak dalam pikiran."

Bagaimana mungkin kita hanya bisa menuduh orang lain berbuat Zalim, sementara kita sendiri tidak bisa bersikap adil, dan mau diadili, apakah ini termasuk Akhlak terpuji? Jelas tidak, inilah yang dikatakan munafik, semua hanya berlaku pada orang lain, tapi tidak berlaku untuk dirinya.

Hidup dalam berbangsa dan bernegara, harus punya tenggang rasa, tidak bisa mengedepankan ego dan kesombongan. Tidak menghargai dan menghormati keberadaan orang lain, hanya karena kejumawaan yang berlebihan. 

***