Jalanan mulai tampak ramai dengan banyaknya pemudik yang pulang kampung, beberapa toko dan swalayan membuka jam operasional hingga lebih dari jam 10 malam untuk melayani masyarakat yang ingin menyemarakkan Lebaran.
Tentu kita berharap bahwa lebaran tidak hanya sekedar semarak dan seremonial kumpul keluarga saja, namun juga menjadi moment yang tepat untuk menyambung kembali persatuan dalam suasana saling memaafkan.
Beberapa waktu sebelumnya, Indonesia memang sedang memanas dengan adanya kontestasi politik, dimana perbedaan pilihan menjadi jurang pemisah yang terkadang masih sulit untuk disatukan, disparitaspun muncul sangat nampak tak terkecuali para ulama dan pemuka agama yang semestinya menjadi panutan masyarakat.
Bagaimanapun juga agama merupakan panduan moral berpolitik, namun bukan berarti mempolitisasi agama, terlebih, umat Islam akan merayakan hari raya Idul Fitri.
Sebelumnya Habib Syahdu pernah mengatakan bahwa mati dalam keadaan membela ambisi politik seseorang tidak bisa digolongkan ke dalam syuhada, tapi mati konyol. Manusia sebagai makhluk sosial tentu pernah melakukan sesuatu yang menimbulkan kebencian dalam diri orang lain. Sudah sepatutnya kita menyambut datangnya Idul Fitri dengan membuka hati, utamanya dalam memberikan dan meminta maaf kepada orang lain.
Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Umar bin Smith mengajak umat Muslim membersihkan diri dari segala penyakit hati. Tentunya, juga memaksimalkan 10 hari terakhir bulan Ramadhan untuk beribadah kepada Allah SWT.
“Kita juga perlu merenung serta membuat evaluasi diri atau mukhasabah,” ujarnya. Habib Zen mengatakan, evaluasi diri perlu dilakukan seluruh umat.
Tujuannya, agar pandangan seseorang tidak hanya tertuju pada urusan – urusan yang bersifat duniawi. Umat mesti berhenti menyebarkan tuduhan maupun ujaran kebencian yang menimbulkan kegaduhan dan permusuhan bangsa.
Dirinya juga menegaskan, bahwa mereka yang berbuat keburukan tersebut merupakan orang – orang yang merugi. Seorang mukmin, kata Habib Zen, juga mesti bisa mengingatkan dengan cara dan adab yang santun. Oleh karena itu, ia sangat berharap semua umat Islam memiliki semangat untuk saling memaafkan, mempererat silaturahim, saling menebar kasih sayang dan menghormati pendapat masing – masing.
“Janganlah kita terseret pada perpecahan yang akhirnya akan membawa kerugian pada kita semua,” ujarnya.
Ajakan persatuan juga diserukan oleh Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) Ustaz Jeje Zaenudin. Pihaknya mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, kembali merajut persatuan dan kesatuan.
“PP Persis mengharapkan agar suasana kesatuan, persatuan tersebut kembali utuh menjelang hari raya Idul Fitri dan seterusnya,” tutur Ustaz Jeje.
Persatuan perlu dirajut lagi mengingat masyarakat Indonesa sempat terpecah menjadi 2 kubu selama pelaksanaan Pemilu serentak 2019. Ustaz Jeje meminta kedua kubu untuk melakukan rekonsiliasi nasional.
“Perlu ada rekonsiliasi nasonal pasca-Pemilu, walaupun tentu saja proses gugatan peradilan di MK terus berjalan sesuai dengan agenda. Tapi harus disikapi dengan tenang, bijak dan yakin atas independensi MK,” ucap Ustaz Jeje.
Pihaknya juga berpesan agar masing – masing pribadi semakin selektif dalam menerima informasi dan menyebarkannya, karena hal ini juga mempengaruhi kualtas ibadah Ramadhan kita.
Apabila masyarakat tidak berhati – hati dalam menerima informasi, maka akan sangat rentan terpengaruh dengan pihak – pihak yang sengaja ingin memprovokasi.
“Kita harus bisa menjaga kekhidmatan ibadah puasa Ramadhan dan hari raya idul fitri,” tuturnya.
Indonesia merupakan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia, sehingga alangkah lebih baiknya jika kita memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan.
Sudah saatnya halal bi halal dalam momentum Hari Raya Idul Fitri dapat mengurangi ketegangan – ketegangan yang terjadi selama pelaksanaan Pemilu serentak 2019.
Idul Fitri tentu bisa dimaknai sebagai momen untuk kembali kepada kesucian. Karena, dalam menjalani kehidupan sosial selama setahun yang lalu pasti ada perilaku yang telah menimbulkan kebencian dalam diri orang lain.
Jika kesalahan itu kepada Allah maka cukup ucapkan istighfar, namun jika kesalahannya menyangkut antara manusia dengan manusia, maka harus meminta halal kepada manusia yang telah disalahi itu.
Dalam merayakan Idul Fitri, tentu umat muslim akan benar – benar mengharapakan fitrahnya, mereka akan pulang ke kampung halaman, datang kepada orang tuan untuk sungkem dan meminta maaf, juga bersilaturahmi dengan sanak saudara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews