Sebanyak 12 Kepala Daerah seluruh Riau mendukung Pak Jokowi. Selusin kepala menyatakan dukungan tertulis. Salah seorang di dalamnya adalah Pak Syamsuar, Gubernur terpilih dan Bang Edy Natar Wakil Gubernur terpilih yang ikut membubuhkan tanda tangan dukungan.
Saya kekurangan informasi apa dasar pemikiran dukungan itu. Saya hanya menerima seliweran foto dan captured dokumen tanda tangan dukungan. Entah asli entah tidak, saya tidak tahu. Tapi tampaknya asli.
Saya telepon Pak Syam, Gubernur terpilih yang juga salah seorang yang dituakan, namun tidak diangkat. Saya WA hanya dibaca, centang biru. Tak berbalas.
Biasanya kalau ditelepon dengan ramah diangkat. Dengan senang hati dibalas jika berkirim WA. Sekarang berbeda. Lain dulu, lain sekarang. Tapi begitulah pula. Time flies, people change. Waktu berlalu, orang bisa berubah.
Saya kejar ke orang-orang sekitarnya yang ia percaya. Semua bisu, semua kelu. Saya tersentak.
"Kita tidak tahu bang."
"Kami juga kaget."
"Hanya Bapak yang tahu."
Saya telepon dan tanya ketua harian pemenangan Pak Syam saat maju gubernur lalu. Tokoh kita itupun membisu. Kehabisan kata-kata.
**
Pak Syamsuar didukung oleh PAN, PKS, dan Partai Nasdem. Penyokong utamanya adalah PAN. Bahkan Pak Syam pernah memperlihatkan kepada saya kartu keanggotaan PAN nya. Langsung di depan Bang Zulhas, Ketua Umum PAN yang juga Ketua MPR RI. Meskipun dulu Pak Syam adalah Ketua Partai Golkar Kabupaten Siak, tapi sekarang tidak lagi.
Dalam pilpres kali ini, PAN, PKS, dan Gerindra mendukung Prabowo-Sandi. Kebijakan di koalisi Prabowo-Sandi menyatakan bahwa kepala daerah yang berasal dari partai pendukung *dilarang* menjadi timses pasangan no urut 02 ini. Mereka diminta fokus bekerja melayani masyarakat.
Ketika itu diumumkan, saya berfikiran baik juga adanya. Saya dan beberapa ketua partai di Riau bahkan sempat berfikir hendak mendaulat Pak Syamsuar ketua tim koalisi di daerah. Namun karena ini kebijakan pimpinan di Pusat, maka kami di posisi patuh pada garis ini.
Jika saya jadi Pak Syamsuar. Saya akan lega. Saya akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya menuju pelantikan Gubernur Riau awal tahun 2019 depan. Tidak ada beban pun tidak ada kewajiban. Tapi itu pulalah sayangnya, Pak Syamsuar bukan saya.
Bak petir di siang bolong, Pak Syam yang kami hormati dan sayangi, putar haluan mengambil langkah kuda yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Mengumumkan dukungan terbuka kepada petahana yang justru bukan lagi bagian tempat partainya bernaung. Turut serta pula Irwan Nasir, Bupati Kep. Meranti yang juga Ketua PAN Riau. Setali tiga uang.
Tak ada jawaban pasti, tidak ada rapat pendahuluan, juga nihil penjelasan. Langkah kuda ini tanpa kabar berita.
Banyak muncul spekulasi namun saya bukan orang yang senang dengan spekulasi. Apalagi yang bermakna konotatif. Biarlah itu menjadi wilayah pribadi Pak Syamsuar.
Pak Syamsuar adalah tokoh politik senior orang Riau, Bupati hebat. Tapi tanpa adanya relawan pendukung dan rakyat yang berbondong secara sukarela mendukung beliau dalam pilgub lalu, Bupati Syamsuar tak kan lah berganti menjadi Gubernur Syamsuar. Tentunya dengan izin Allah.
Warga Riau mendaulat Pak Syam untuk menjadi Gubernur bukan untuk memberikan dukungan kepada Pak Jokowi. Tapi untuk melayani rakyat, bukan melayani elit.
Memang gubernur adalah wakil pemerintah pusat di daerah. Tapi secara kelembagaan, bukan secara pribadi. Pak Syam Bukan Wakil Pak Jokowi di Riau. Pak Syam adalah wakil pemerintah pusat di Riau. Siapapun presiden yang terpilih secara demokratis.
Pak Syam punya hitung-hitungan tersendiri. Rakyat punya matematika tersendiri. Kita sama-sama mendokan Pak Syam kuat dan tabah menjalani amanah yang tersisa. Menyambut amanah baru. Pak Syam dan Rakyat Riau sekarang masuk ke dalam kompelsitas politik. Yang agak sedikit rumit.
**
Ada yang Whats App saya. "Pak Syam offside ini, atau jangan-jangan gol bunuh diri?"
Saya jawab ini offside. Kawan tersebut menimpali, "Offside jika petahana terpilih lagi, tapi jika Pak Prabowo yang terpilih maka ini namanya Gol Bunuh Diri.
Saya jawab. Pak Prabowo mah gini-gini biasa. Beliau tidak akan mendendam. Dikhianati udah biasa. Memaafkan lebih utama. *There is no room for personal feeling in Politcs*, yang ada hanya room untuk people welfare, kesejahteraan masyarakat, ruang untuk tercapainya sila Ke-5.
**
Pak Syam yang kami sayangi.
Tercampur aduk perasaan saya melihat foto bapak ada di sana. Perasaan saya seperti bapak sedang tidak berada di rumah sendiri. Awkward bahasa Panam nya. Kurang renyah senyuman. Tak seperti sedia kala. Mungkin bapak kurang enak badan. Saya doakan bapak cepat sembuh.
Tentunya teman teman yang di sisi Koalisi petahana, riang gembira. Sebaliknya di sini agak sedikit mendung. Tapi apa mau dikata. Inilah hidup. Tak bisa bikin semua gembira.
Kami semua mendoakan yang terbaik untuk Pak Syam. Dan khususnya Saya, gapapa. Biasa aja. Bapak di sana dan kami di sini. Tidak ada yang berubah di antara kita.
Tinggi-tinggi terbang nya bangau. Pulangnya ke kubangan jua. Sejauh-jauh Pak Syam terbang, pulangnya kan makan padi jua...
Cinta dan sayang kita pada Pak Syam tampaknya sedang diuji. Ikhlas atau tidak. Jika betul-betul sayang dan cinta, kita harus mendoakan serta membantu Pak Syam dan tim transisi untuk bekerja sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat Riau, tanpa terkecuali. Siapapun itu. Baik rakyat pendukung Pak Jokowi-Ma'ruf. Maupun rakyat pendukung Pak Prabowo-Sandi. Dan rakyat Riau yang tidak mendukung siapa-siapa. Itu lebih baik.
Salam sayang untuk Pak Syam. Salam Indonesia Raya untuk semua. Salam cinta untuk Prabowo-Sandi. Salam Goyang Dua Jari.
Jurkamnas Prabowo Sandi
Ketua Rumah Djoeang Riau
Abangnya Adek adek. Anaknya Mak Mak Se Riau.
Note:
1. Sengaja lebih menonjolkan foto penulisnya. Daripada subjek yang ditulis. Disebabkan sedang galau akut. Semoga selepas memgupload ini.. Galau hilang.
2. Jika Anda meraskan sentimen emosi yang sama dengan penulis. Maka apa tunggu lagi, macam kata UAS: Likes. Comments and Shares. Viralkan!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews