Jakarta — Dalam langkah strategis untuk mewujudkan sistem energi nasional yang lebih bersih dan berkelanjutan, Danantara Indonesia dan PT PLN (Persero) resmi memperkuat kolaborasi dalam pengembangan infrastruktur energi berbasis sampah melalui proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Proyek ini diposisikan sebagai jawaban atas tantangan sampah perkotaan sekaligus sebagai tulang punggung transisi energi nasional.
Komitmen ini mengemuka jelas dalam forum nasional, setelah keluarnya regulasi pendukung serta pernyataan tegas dari para pemangku kebijakan. Peluncuran proyek waste-to-energy ini dipandang sebagai momentum penting dalam agenda energi dan lingkungan pemerintahan saat ini.
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa melalui Danantara, Indonesia telah berkomitmen membangun PLTSa pada 2026.
“Melalui Danantara, Indonesia sudah berkomitmen membangun PLTSa, di mana tujuh proyek direncanakan dibangun pada 2026,” ujarnya.
Airlangga menambahkan, pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah ini sangat penting untuk mendukung sektor pariwisata nasional: kota-kota yang bersih dari sampah akan mampu menarik wisatawan, sekaligus memperbaiki ekosistem lingkungan kota. Ia menyebut bahwa target nasional hingga 2029 adalah membangun sebanyak 33 PLTSa yang tersebar di seluruh provinsi, terutama di daerah yang menghadapi permasalahan sampah serius.
Dari pihak Danantara, Managing Director Investment, Stefanus Ade Hadiwidjaja, optimis bahwa proyek waste-to-energy bukan sekadar proyek energi, melainkan peluang besar untuk memecahkan permasalahan lingkungan sekaligus menyediakan energi bersih dan berkelanjutan.
“Indonesia punya peluang menjaga kehidupan melalui waste-to-energy. Namun, tidak ada yang bisa melakukannya sendiri. Proyek ini hanya mungkin apabila ada kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat,” katanya.
Stefanus menjelaskan bahwa dalam ekosistem PLTSa, Danantara menugaskan PLN sebagai offtaker listrik yang dihasilkan pembangkit. Danantara bertindak sebagai orkestrator, memastikan proyek berjalan secara terkoordinasi.
“Tanpa solusi sistemik, kolaboratif, dan terukur, tidak akan ada keberlanjutan kehidupan ekonomi ke depan,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa PLN siap memikul tanggung jawab offtake dan memastikan integrasi setiap PLTSa dengan sistem kelistrikan nasional.
“PLN mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam percepatan pembangunan PLTSa. Peran kami adalah memastikan kesiapan jaringan, memberikan kepastian offtake, serta membuka ruang kerja sama dengan para pengembang,” ujarnya.
Darmawan menegaskan bahwa selain offtake, PLN juga akan menyiapkan infrastruktur transmisi dan distribusi yang andal agar listrik dari sampah dapat tersalurkan ke seluruh wilayah.
“Integrasi ini penting untuk menjaga stabilitas pasokan listrik sekaligus memastikan pemanfaatan energi dari sampah dapat berjalan optimal,” jelasnya.
Menurut rencana, setiap fasilitas PLTSa akan dirancang dengan kapasitas pengolahan hingga 1.000 ton sampah per hari dan menghasilkan listrik untuk kebutuhan puluhan ribu rumah tangga. Setiap proyek diperkirakan memerlukan investasi antara Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun.
Langkah ini juga sudah menarik minat investor, baik nasional maupun internasional. Ratusan perusahaan telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam proyek waste-to-energy, menunjukkan bahwa inisiatif ini bukan hanya relevan dari sisi lingkungan, tetapi juga sebagai peluang ekonomi dan kerja nyata dalam memperkuat ketahanan energi dan kualitas hidup masyarakat.
Dengan dukungan kuat dari pemerintah, Danantara sebagai orkestrator, serta PLN sebagai backbone offtake dan integrator sistem, proyek PLTSa ini diharapkan dapat menjadi tulang punggung sistem energi nasional masa depan. Transformasi sampah kota menjadi listrik bukan lagi sekadar harapan, melainkan proyek konkret yang siap direalisasikan.***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews