Kalau perang tarif sih kayaknya enggaklah ya. Kita lihat saja langkah Tiktok setelah ini.
Semua Pembaca mungkin masih ingat saat 2018 lalu terjadi fenomena di dunia perdagangan international dimana Amerika dan China yang sebelumnya mitra dagang setelah Donald Trump menjadi presiden maka dibuatlah kebijakan menaikan taraf Pajak Barang impor dari China ke Amerika sehingga barang impor China yang semula terjangkau menjadi mahal, tidak mau kalah China pun melakukan hal yang sama ke produk Amerika yang diimpor dan Brand Amerika dipatok pajak yang tinggi agar harganya juga naik, itulah Era Perang Dagang Trade War antara Xi Jin Ping vs Donald Trump antara tahun 2018-2020, Setelah ada Pandemi Covid 19 lah mulai pelan-pelan tensi Perang Dagang pun mulai kehilangan fokus dan menjadi fokus melawan pandemi.(https://www.cnbcindonesia.com/research/20230421165302-128-431640/membongkar-perang-dagang-as-vs-china-upaya-dedolarisasi)
Baru-baru ini juga terjadi fenomena langka di dunia perdagangan retail, Pasar Tanah Abang yang berlokasi di Jakarta Pusat dikenal sebagai Pasar Tekstil terbesar seAsia Tenggara dari tahun 1735 sampai abad 22 gelarnya tidak berubah namun tahun 2023 inilah Pasar Tanah Abang mulai kehilangan tajinya yang dikalahkan oleh Social Commerce Tik Tok asal China yang mana menjual barang secara online dengan harga yang sangat gila murahnya bahkan dibawah harga modal. Ya jelas perilaku konsumen adalah mencari barang semurah mungkin untuk dijual dan dipakai, memang semenjak ecommerce online hadir tahun 2015 dengan promo bakar-bakar duitnya 'membunuh' supplier retail karena produsen pertama atau bahkan pihak pabrik pun ikut berjualan di platform itu jadi kalah saing dalam perang harga.(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170628144419-92-224598/toko-online-gerus-bisnis-pedagang-tanah-abang)
Penulis baru saja melihat press conference dari Mendag Zulhas, Menkominfo Budi Ari, Teten Masduki MenkopUKM baru saja memberikan sedikit informasi mengenai kebijakan terhadap tiktok kalau tidak boleh berjualan lagi di platform social media hanya untuk mengkomersialkan, sebenarnya yang menjadi masalah adalah harga produk yang murah parah yang menjadi mesin pembunuh bagi para pedagang, apakah ini bentuk gerakan China untuk melempar barangnya yang tidak terjual di Cina karena ekonomi china sedang lesu? jadi ya daripada gak ada yang beli mending lempar ke Indonesia saja, mungkin ini pikir mereka. (https://insight.kontan.co.id/news/ekonomi-china-bakal-menjadi-penghambat-pertumbuhan-ekonomi-global)
Yang menjadi pertanyaan adalah apa langkah Tiktok selanjutnya dan darimana asal produk yang murah abis itu datang, apakah akan terjadi dejavu perang dagang antara AS & RRC ?
China masuk ke pasar Indonesia dengan harga barang yang murah, apakah kalau kebijakan pelarangan itu tidak efektif apa mungkin langkah tiktok akan buat eccomerce pesaing tokped dkk atau gabung ke platform yang sudah ada seperti Tokped,dkk.
Kalau Kebijakan yang baru saja disampaikan Zulhas dkk. masih tetap tidak membawa hasil dan sama-sama saja, apakah akan ada kebijakan perang tarif oleh pemerintah Indonesia ke produk Tiongkok seperti yang dilakukan Amerika pada Perang Dagang Era Donald Trump yaitu menaikan pajak impor barang China?
Mungkin penulis terlalu berlebihan ya, tapi sepertinya sih gak akan mungkin perang dagang kayak Amerika tapi mungkin agak gontok kebijakan aja kali, ya kita lihat saja.
Kalau perang tarif sih kayaknya enggaklah ya. Kita lihat saja langkah Tiktok setelah ini....
***
*****************************************
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews