Si Gitaris ini bukan diangkat jadi komisaris karena kehebatannya bermain gitar tapi karena jasa-jasanya kepada pemilik kekuasaan sehingga dia diganjar dengan posisi komisaris itu.
Ketika ada seorang gitaris diangkat jadi komisaris Sute saya, Nanang, langsung berang. Hidupnya yang mulai sumeleh langsung jadi tersulut. "Kok bisa-bisanya seorang gitaris yang hidupnya bergelimang dengan musik dan berbagai maksiatnya tiba-tiba diangkat jadi komisaris salah satu BUMN.
Jelas ini sebuah persekongkolan yang tidak benar. This is not right. Not mufakat at all..! "Kenapa bukan saya saja yang diangkat," katanya sambil mengeluh. "Minimal ane ini lulusan UI dan perti Inggris, Heng!" protesnya kepada saya sebagai suhengnya.
"Ane juga pernah jadi pendaki gunung dan cukup ngetop di zaman ane masih mahasiswa dulu. Itu kan juga bisa dijadikan portfolio kalau dibutuhkan."
Siancay...siancay...! Saya bisa mengerti. Sute saya ini orangnya lurus dan sulit diajak belok-belok. Makanya palenye kejedot terus.
Sebetulnya dia juga paham bahwa di dunia kangaow hal-hal semacam itu adalah hal yang lumrah saja. Dia sudah cukup lama malang melintang di dunia kangaow dan paham soal perbalasbudian dan racunnya.
Dia cuma agak kecewa karena selalu saya janjikan jadi komisaris BUMN perusahaan apa kek tapi belum tembus juga. Lha gimana bisa tembus jika yang menjanjikan juga kagak punya akses. Ente pikir Erick Tohir itu adik gua apa? Kenal aja kagak.
Sebetulnya saya mau janjikan sute saya tersebut masuk sorga. Tapi dia langsung gak percaya. "Emang ente punya kenalan malaikat?" tanyanya. "Ngapain pakai malaikat, bro." jawab saya. "Saya mah punya hubungan khusus sama Tuhan. Ente kan tahu kalau ane ini salat lima kali sehari. Itu artinya ane punya hotline sama Tuhan." Kata saya meyakinkan. Eh, malah grogi dia. "Jangan, Heng. Ane belum siap menghadap Giam Lo Ong."
Saya sebetulnya mau mengingatkan sute saya tersebut bahwa hal semacam gitaris diangkat jadi komisaris adalah hal yang biasa aja.
Si Gitaris ini bukan diangkat jadi komisaris karena kehebatannya bermain gitar tapi karena jasa-jasanya kepada pemilik kekuasaan sehingga dia diganjar dengan posisi komisaris itu. Dan itu mah hal yang biasa-biasa aja dan terjadi dalam skala apa pun.
Ente pikir waktu ente diangkat jadi Staf Khusus Kemendikbud dulu karena kompetensi ente di bidang pendidikan dan tetek bengeknnya? Ya iya juga sih. Gak ada yang bakal resek soal kompetensi dan kapasitas ente. Tapi faktor paling pentingnya adalah karena ente sohib kentelnya Anies Baswedan dan pernah membantu dia sehingga beliaunya naik jadi Mendikbud. That's it.
Saya juga mau mengingatkan sute saya tersebut bahwa ketika Anies Baswedan naik jadi DKI 1 maka dia juga membuat gerbong TUGPP sebagai gerbong khusus balas jasa bagi para combenya yang telah berjasa membantunya naik jadi DKI 1. Semua combenya dijadikan komisaris semua di gerbong tersebut.
Tapi saya memang ngakak ketika ada yang marah-marah pada Jokowi dan bilang kalau mau membalas jasa para combemu maka bayarlah dengan duitmu sendiri jangan pakai uang negara. Benar juga sih. Tapi yang bikin saya ngakak adalah fakta bahwa dia yang ngomong itu sebenarnya juga combenya Anies Baswedan dan dia diam saja ketika Anies Baswedan mengangkat 74 orang combenya jadi anggota TGUPP. Emangnya Anies membayar gaji mereka dari koceknya sendiri? Kan juga dari APBD.
Jadi sebenarnya enaknya bagaimana soal perkomisarisan ini? Tanya seorang teman yang curiga bahwa saya sudah jadi combenya Jokowi. "Yo wis awuren ae," jawab saya santai.
Balikpapan, 31 Mei 2021
Satria Dharma
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews