"Bukan tidak mungkin bila suatu saat ada orang non partai yang maha kaya raya, punya uang hingga "tak berseri". Dengan kekuatan dana dan pengaruh, dia "mencaplok" sebuah partai lewat KLB, dengan maksud tertentu yang jauh dari marwah partai"
---
Kemenangan Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah jadi babak baru kepemimpinan AHY yang akan menentukan kebesaran partai Demokrat dimasa datang----sebuah kejayaan yang dulu pernah dibawakan SBY yang notebene adalah ayahnya sendiri.
Kini, tuntutan babak baru AHY bersama Partai Demokrat adalah sesuatu yang lebih besar dari masa lalu, sekaligus pembuktian AHY secara pribadi untuk lepas dari bayang-bayang SBY itu sendiri--tanpa melupakan jasa SBY yang telah memberikannya jalan mulus menuju kursi pemimpin partai.
Karena Moeldoko "Mendadak Demokrat"
Sejak menjabat Ketua Umum Partai Demokrat, AHY belum mendapatkan ujian berat. Spirit pemenangan, soliditas internal dan eksternal, daya dobrak keluar partai, dan gerak roda organisasi masih "Business as Usual" (berjalan seperti biasanya). Ini bisa dilihat dari capaian elektabilitas pemilu 2019, dan jumlah kursi di legislatif yang masih jauh dari harapan, belum signifikan dibandingkan masa jaya era SBY.
Baru kali ini---ketika Moeldoko "Mendadak Demokrat"----AHY dalam kepemimpinannya mengalami sport jantung yang luar biasa kuatnya. Kalau tidak dihadapi secara serius, akan menjungkalkan AHY dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Bagaimana tidak?
Moeldoko yang dihadapi AHY bukanlah sosok sembarang orang. Disisi lain, ketika AHY "terlalu serius", sempat terlihat panik yang luarbiasa sehingga bikin blunder membangun narasi liar yakni menuduh pemerintahan Jokowi berada dibalik semua itu.
Membangun narasi itu perlu, tapi bila liar dan overdosis justru memperlihatkan sebuah kepanikan yang mencerminkan ketidakmatangan sebagai pemimpin, dan kerapuhan sebagai organisasi besar saat dalam tekanan internal-eksternal. Seolah tidak percaya diri, dan manja. Padahal Partai Demokrat memiliki infratruktur kepartaian yang kuat di berbagai level kader, kepengurusan dan legislasi, mulai dari tingkat kecamatan sampai pusat.
Saat ini usai kalah, Moeldoko dan kelompoknya tidak tinggal diam. Mereka masih mengupayakan jalur hukum positif yakni lewat pengadilan sembari meluncurkan narasi-narasi penyerangan.
Proses pengadilan merupakan sebuah pertarungan administratif yang disatu sisi perlu disiasati secara administratif yang profesional, sementara di sisi lain jangan sampai menguras energi terlalu besar karena kepanikan dan ketakutan berlebihan sehingga membuat Demokrat jadi tontonan lucu di ruang publik.
Melihat PR Besar AHY dan Demokrat
Pertama ; Partai Demokrat harus memperbanyak aksi nyata kedalam masyarakat luas berupa bantuan pembangunan secara mandiri, bagaimanapun caranya (tentunya sesuai undang-undang), dengan melibatkan kader-kader di semua level. Targetnya adalah "rakyat merasakan kehadiran dan kegunaan partai Demokrat di kehidupannya.
Kedua, untuk saat ini sampai 2024 AHY dan Partai demokrat harus mengurangi narasi yang menyudutkan pemerintah----apapun kekurangan pemerintah--- sementara disaat yang sama perbanyak narasi positif terhadap pemerintah untuk membangun spirit kebersamaan dengan rakyat dalam membangun negeri ini.
Seringkali kekurangan pemerintah bukan berarti tidak mau tahu penderitaan rakyat, melainkan sebuah penciptaan "sudut pandang" kelompok tertentu dalam melihat komunikasi pemerintah terhadap rakyat. Di sinilah AHY dan Partai Demokrat harus secara cerdik mengisinya. Mereka akan mendapatkan "dua cuan" yakni dari rakyat dan dari pemerintah itu sendiri.
Ketiga, hadapi narasi-narasi berikut dari Moeldoko dan kelompoknya secara santai, bisa berupa joke-joke cerdas. Hal ini menunjukkan rasa humor, rasa percaya diri, dan tidak menujukkan kepanikan serta memperlihatkan kematangan diri organisasi dan ke-personal-an AHY di ruang publik.
Keempat, AHY harus lebih banyak melibatkan kader-kader potensialnya tampil di ruang publik, baik di depan kamera, diatas panggung, dan media lainnya dalam menghadapi berbagai narasi negatif-positif terhadap partai Demokrat.
Dengan begitu, AHY memfungsikan para kadernya secara oprimal menjadi pengayom masyarakat, walau di luar pemerintahan.Partai Demokrat akan menampilkan kolegialitas kepemimpinan dan soliditas tim kerja di depan publik.
Hal tersebut sekaligus menepis stigma Demokrat yang "Cikeassentris" atau partai 'Keluargais" seperti yang dituduhkah kelompok Moeldoko.
Terkait intensitas tampil di ruang publik tersebut, AHY tidak perlu takut kehilangan popularitas. Secara Exofficio sebagai ketua umum partai dan memiliki "sosok yang menarik" maka seorang AHY sudah terekam dalam benak/memori publik. AHY punya momentum dan segmen pasar tersendiri yang utuh di tengah masyarakat luas.
Kelima, AHY bersama kader Partai Demokat yang duduk di posisi strategis legislatif harus bisa mengajak partai lain untuk membuat aturan/undang-undang yang intinya berisi "kalau terjadi kekisruhan partai (misalnya KLB) dimana ketua umum terpilih hasil KLB itu berasal dari orang non-partai itu/non kader maka secara hukum dinyatakan tidak sah--bahkan tidak sah sejak masa pendaftaran (registratif) perkara di Kemenhum, PTUN dan tingkat pengadilan lainnya.
Undang-undang ini tentu sangat menarik bagi partai lain untuk turut mengusahakannya--setelah belajar dari pengalaman Demokrat yang hampir dikudeta "orang luar" ketika Moeldoko "Mendadak Demokrat" .
Bukan tidak mungkin suatu saat ada orang non partai yang maha kaya raya, punya banyak uang hingga "tak berseri" kemudian dengan kekuatan pengaruh dan dananya "mencaplok" sebuah partai dengan maksud tertentu, yang jauh dari marwah partai tersebut!
Partai-partai lain tentu tidak ingin tiba-tiba dikudeta orang "Non Kader" yang bisa membuat partai tersebut kacau dan "malu besar" . Dengan undang-undang tersebut, akan memperkecil kemungkinan terhadinya Kudeta dan KLB, karena pengendalian kader relatif bisa dilakukan organisasi partai sejak dini.
Pekerjaan rumah AHY dan Partai Demokrat itu bukan bersifat insidental hanya saat berhadapan dengan Moeldoko dan kelompoknya dan sampai mereka benar-benar terbenam, melainkan sebuah PR besar dalam kerangka babak baru kepemimpinan AHY menuju suksesi nasional tahun 2024.
Kalau kelak Partai Demokrat bangkit dan berjaya, tentu banyak pihak yang merasa dimenangkan. Melihat hal itu aku sih rapopo...
---
peb-042021
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews