Ramadhan adalah bulan suci yang dinanti-nanti oleh kaum muslim. Banyak orang merasa senang karena bisa berpuasa dengan damai. Namun sayangnya ada saja teror oleh kaum radikal yang mengancam kedamaian saat Ramadhan maupun Idul Fitri.
Bulan puasa adalah masa ketika kaum muslim untuk bisa beribadah dengan khusyuk. Kita rela menahan haus dan dahaga, dari subuh hingga maghrib, agar mendapat pahala dari Yang Maha Kuasa. Di malam hari diadakan salat tarawih di masjid dan setelah subuh ada ceramah singkat dari ustad. Ramadhan adalah bulan suci yang penuh perdamaian dan ketentraman.
Namun sayangnya ada saja kaum radikal yang mengoyak kesucian bulan Ramadhan. Masih ingatkah Anda ketika ada pengeboman di kantor polisi, di bulan puasa tahun 2019 lalu? Di Pos Pam, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, meledak oleh bom yang dilemparkan oleh pelaku teror. Untungnya tidak ada korban jiwa di peritiwa yang menghebohkan ini. Malah pengebomnya yang terluka di bagian tangan dan kaki.
Aksi teror ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya di hari peringatan HUT RI tahun 2012, yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, terjadi penembakan di Pos Pengamanan Gemblengan, Serengan, Surakarta. Pelaku langsung melarikan diri menggunakan sepeda motor setelah melakukan aksinya. Peristiwa ini membuat dua polisi luka-luka.
Besoknya, ada lagi terorisme yang merusak kesucian Ramadhan. Pos pengamanan Gladak, Solo, dilempar granat oleh oknum penganut paham radikal. Untungnya tidak ada korban jiwa. Granat itu hanya merusak kursi di dalam pos pam.
Di Poso yang pernah jadi daerah rawan konflik, juga ada kasus penyerangan, 15 april yang lalu. Peristiwa ini membuat seorang polisi jadi korban penembakan. Polisi yang bernama Briptu Ilham sedang berjaga di depan sebuah Bank swasta, lalu didor oleh pelaku. Peluru langsung menembus punggung kanan sampai ke tulang rusuk. Beliau pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit.
Aksi terorisme yang terjadi di bulan Ramadhan dan jelang puasa membuat masyarakat jadi cemas. Ada yang merasa takut untuk berjalan sendirian, karena buktinya kejahatan juga meningkat di bulan-bulan ini. Peneror yang merupakan kaum radikal juga tak ragu untuk menembak polisi, padahal mereka adalah pengayom masyarakat.
Tak heran jika beberapa hari sebelum bulan puasa dan selama Ramadhan, ada banyak pos pengamanan di jalan besar dan tempat strategis lain, misalnya di dekat Bank dan pasar. Di jalan tol dan jalur pantura juga dijaga oleh polisi yang sigap dan tangkas. Mereka sudah siap mengamankan masyarakat di bulan suci ini, agar tidak ada lagi peristiwa pengeboman yang merusak kedamaian Ramadhan.
Ketika melewati pos pengamanan, jangan marah ketika diadakan razia oleh polisi. Tujannya bukan untuk mencurigai, tapi sebagai cara mengamankan dari aksi terorisme oleh penganut paham radikalisme. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Jadi, diharapkan dengan adanya penggeledahan ini, akan tertangkap oknum teroris yang selalu membuat masyarakat resah dengan aksinya.
Jika Anda melihat sesuatu yang mencurigakan, misalnya kumpulan orang di rumah kontrakan yang jarang bersosialisasi dan tingkahnya aneh, segera lapor ke pihak berwajib. Bukannya paranoid, tapi siapa tahu mereka adalah kaum radikal yang sedang berkumpul untuk mengadakan aksi teror. Satu telepn dari Anda bisa menyelamatkan banyak orang, dan polisi akan menindak dengan tegas jika memang terbukti ada teroris di sana.
Aksi pengeboman dan penyerangan masih saja menodai kesucian bulan Ramadhan. Peneror bahkan berani menusuk polisi dan menembak ke arah pos pam, bahkan melemparkan bom dan granat. Kaum radikal memang harus diberantas agar mereka tidak menebar teror lebih banyak lagi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews