Satu-satunya lembaga yang tetap tenang di masa pandemi, hanya institusi DPR, itulah makanya Najwa Shihab menyentil ketenangan mereka, sehingga mereka terusik dan menjadi berang.
Najwa Shihab sosok jurnalis yang cerdas dengan narasi yang pedas, lembut pada penampilan, namun tajam penglihatannya, dan Najwa tidak ada takutnya mengarahkan berbagai pertanyaan sensitif pada objek yang diwawancarainya.
Banyak yang gusar kalau Najwa mulai menyasar figur yang menjadi topik pembahasannya, karena ucapannya menghujam sampai ke ulu hati.
Belum lama Najwa habis di bully, setelah mewawancarai Presiden Jokowi, di Istana Bogor. Banyak yang beranggapan pertanyaan Najwa terhadap Presiden terkesan mempermalukan Presiden Jokowi.
Padahal menurut saya sah-sah saja, karena dia sedang menjalankan perannya sebagai jurnalis, dan Presiden Jokowi sendiri secara umum tidak ada yang terpojokkan oleh pertanyaan Najwa.
Wanita yang sangat Populer dengan acara Matanajwa yang tayang di MetroTv, semakin populer akhir-akhir ini, setelah di bully mewawancarai Jokowi, yang terbaru sentilan Najwa terhadap anggota DPR, menohok sampai ke ulu hati.
Padahal apa yang dikatakan Najwa adalah fakta, dan faktanya anggota DPR antikritik, meskipun sehari-hari kerja mereka hanya mengkritik, ternyata mereka tidak siap untuk di kritik.
Baru saja mereka menasehati Luhut, bahwa sebagai pejabat pemerintah harus siap untuk di kritik, namun sayangnya mereka cuma bisa membedakan kritik atau bukan, kalau hal itu terjadi pada mereka.
Kenapa mereka begitu emosional terhadap Najwa Shihab? Apa yang disentil Najwa, sehingga mereka menganggap ucapan Najwa sudah menyinggung secara institusional DPR?
Sebetulnya Najwa hanya mengungkapkan kebiasaan kebanyakan mereka yang berada di DPR, dan kebiasaan itu yang selalu menjadi sorotan masyarakat. Perkataan Najwa sangat biasa, yang luar biasa justeru sentilannya.
Mari kita telisik ucapan Najwa dalam sebuah unggahan video, seperti yang saya kutip dari Kompas.com dibawah ini:
"Kepada tuan dan puan para anggota DPR yang terhormat. Apa kabar hari ini? Sepertinya tak sebaik biasanya. Sama. Di sini pun begitu. Kita semua memang sedang diuji. Hidup memang tak selalu baik kan," kata Najwa pada pembukaan video.
"Seperti kami-kami ini sepertinya tuan dan puan juga mungkin lebih banyak bekerja di rumah ya. Kalau lihat siaran sidang atau rapat terbuka di gedung DPR sih kelihatannya banyak kursi yang kosong. Eh, biasanya juga kosong kan ya," tutur dia.
Kata-kata pada paragraph kedua, sangatlah menyentil kebiasaan yang terjadi di DPR, terutama soal seringnya banyak kursi kosong pada serial sidang di DPR. Sehingga kata-kata ini begitu menohok tembolok anggota DPR.
Selain menyentil kebiasaan yang terjadi di DPR, Najwa juga menyoal pembahasan beberapa RUU yang dianggapnya sangat dipaksakan di tengah pandemi corona, padahal seharusnya saat ini para anggota dewan ikut fokus dalam penanganan covid-19.
Rancangan undang-undang (RUU) yang sebelumnya menimbulkan polemik, yakni RUU Cipta Kerja, RUU Pemasyarakatan, dan RKUHP, serta kiprah Satgas Covid-19 DPR RI pada masa pandemi. Dua hal inilah yang menjadi sasaran kritik Najwa, dimana salahnya Najwa sehingga begitu marahnya mereka pada Najwa?
Najwa juga menyinggung, bahwa terkait RUU Cipta Kerja sudah dibahas presiden Jokowi dan DPR, agar khusus untuk klaster ini ditunda dulu pembahasannya, namun karena RUU ini dianggap sarat dengan kepentingan investor, sehingga tetap terus menjadi pembahasan.
Baca Juga: Memahami Najwa Shihab
Apa yang dipersoalkan Najwa sebetulnya memang sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang jurnalis, memberikan imformasi tentang apa yang tidak menjadi perhatian masyarakat. Dengan masyarakat tahu, maka mekanisme aspirasi pun bisa disalurkan.
Jadi kalau sampai anggota DPR berang pada Najwa, itu hanya disebabkan Najwa sudah mengusik kenyamanan mereka, dengan menohok tembolok dan ulu hati mereka.
Lihat saja begitu berangnya kader PDIP Arteria Dahlan pada Najwa, dia menganggap Najwa sudah mengusik secara institusional DPR. Ya wajar saja dia begitu emosional, karena secara institusional DPR citranya memang sudah begitu parahnya.
Itu semua karena anggota DPR tidak mampu merepresentasikan DPR secara kelembagaan, yang merupakan repressntasi dari rakyat yang mereka wakili. Kita cuma bisa melihat DPR di isi oleh sekelompok orang-orang bojuis, yang tidak siap mengurusi kepentingan rakyat.
Satu-satunya lembaga yang tetap tenang dimasa pandemi, hanya institusi DPR, itulah makanya Najwa Shihab menyentil ketenangan mereka, sehingga mereka terusik dan menjadi berang pada Najwa Shihab.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews