Hanum Salsabeila Rais seperti tak ada henti-hentinya membuat kegaduhan di negeri ini. Mungkin mbak Hanum memang mewarisi karakter bapaknya yang tak bisa diam melihat negeri ini adem. Tak seperti saudara laki-laki yang lain, Hanum Rais tergolong sosok anak yang paling vokal dan aktif dibandingkan dengan saudara yang lainnya.
Sedikit mengingat kasus Ratna Sarumpaet, berlatar belakang sebagai dokter gigi, Hanum saat itu berusaha meyakinkan warganet bahwa Ratna merupakan korban penganiayaan.
Ia bahkan dengan tegas meyakinkan dirinya adalah seorang dokter, yap meski dokter gigi. Barangkali ia paham dan mengerti tanda-tanda gigi yang mendapatkan pukulan atau benturan benda tumpul.
Tapi, kali ini Hanum tidak membuat heboh seperti kasus Ratna. Cuitannya justru membuat geram beberapa orang termasuk salah satunya seorang dokter.
Partai NasaKom. Bukan Nasional Komunis lho. Tapi Partai Nasib Satu Koma.
— Hanum Salsabiela Rais (@hanumrais) April 24, 2019
Cuitan Hanum Rais tersebut mengomentari salah satu link berita tentang Grace Natalie dan PSI. Alih-alih mengomentari konteks beritanya, Hanum justru menciutkan kebencian dengan menyebut PSI adalah Partai Nasakom.
Meski Hanum menjelaskan bahwa Nasakom bukan merupakan singkatan dari Nasionalis Komunis. Belum puas, Hanum Rais mencibir PSI sebagai Partai Nasib Satu Koma.
Seperti diketahui dari hasil Quick Count, PSI merupakan salah satu partai yang tidak lolos ke senayan karena suaranya tidak mencapai ambang batas 4% seperti yang disyaratkan oleh Undang-Undang. Dari hasil Litbang Kompas sementara, PSI mendapatkan suara di kisaran 2,05%. Malahan di DKI PSI mendapatkan peringkat ke empat sehingga dipastikan akan mendapatkan kursi di DPRD DKI Jakarta.
Cuitan Hanum Rais menunjukkan bahwa selama ini Narasi PKI memang digunakan oleh pihak kubu 02 untuk menyerang lawan politiknya. Termasuk saat menuduh Jokowi sebagai antek PKI seperti fitnah keji yang selama ini digaungkan ke beberapa daerah sejak tahun 2014.
Cuitan Hanum memang mendapatkan tanggapan beragam. Ada yang pro dan ada yang kontra. Tapi, cuitan ini mendapatkan perhatian dari salah satu dokter mata yaitu @ferdirivahamzah
"Kalo lagi gak ada pasien mending kultwit tentang menjaga kesehatan gigi, Mbak. Lebih berguna daripada nyinyir. " ujarnya.
Beberapa warganet juga amat menyayangkan cuitan Hanum Rais yang membawa-bawa Komunisme dan seolah distigmakan kepada PSI.
"Kok miris ya liat tweet ini dari orang berpendidikan seperti anda :") " kata araxxxxx
Cuitan Hanum Rais pun ditanggapi oleh Ketua DPP PSI, Tsamara Amany dengan sindiran kasus hoax yang pernah mendera Hanum Rais.
Mbak boleh hina kami apa pun. Tapi satu hal penting: kami akan selalu jaga kepercayaan 3 juta rakyat Indonesia dengan terus memegang idealisme kami. Tidak akan pernah kami melakukan pembodohan publik dg kebohongan. Lebih baik kalah dengan integritas dibanding berbohong. Itu sikap https://t.co/sNt8Aa6Dsj
— Tsamara Amany Alatas (@TsamaraDKI) April 24, 2019
Citra Hanum Rais sebagai penulis novel ternama dan mantan jurnalis justru langsung runtuh karena cuitannya ini. Sosok yang teredukasi dengan baik, berasal dari keluarga Muhammadiyah justru mencuitkan kalimat yang menunjukkan karakter aslinya.
Melihat cuitan Hanum Rais sebetulnya kita juga tak perlu heran, karena dalam beberapa kali kesempatan Amien Rais pun melakukan hal yang sama di depan forum mencibir lawan politiknya seperti yang saya ulas dalam tulisan ini.
Sebagai sosok yang terpandang sejak kasus Ratna Sarumpaet, hendaknya Hanum justru sadar diri bahwa apa yang dilakukannya justru akan semakin membuat namanya menjadi tercemar. Tak layak seorang calon politisi mencibir dengan kalimat rendahan seperti ini, apalagi sosok yang berlatar dari keluarga berpendidikan tinggi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews