Prabowo Dibungkam soal Unicorn dan Kepemilikan Lahan

Senin, 18 Februari 2019 | 21:38 WIB
0
448
Prabowo Dibungkam soal Unicorn dan Kepemilikan Lahan
Ilustrasi

Menang Jokowi atau Prabowo? Itu pertanyaan polos rakyat jelata, menanggapi gelaran debat kedua antara Capres petahana Joko Widodo dan Capres oposisi 02 Prabowo Subianto yang ditayangkan langsung melalui televisi ke seluruh negeri dari Hotel Sultan, Jakarta Minggu (17/2/2019).

Ibarat pertandingan, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa debat kedua kali ini dimenangkan oleh Jokowi. Entah jika melihatnya dari kacamata slogan-slogan retorika, dan bukan data dan fakta sebagai acuan argumen dalam perdebatan. Perdebatan antar Capres kali ini bertema sekitar infrastruktur, energi, kedaulatan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Sepanjang perdebatan, setidaknya dua kali Capres Prabowo Subianto menekankan soal “strategi yang berbeda” antara dirinya dengan Capres Joko Widodo. Strategi itu tidak lain, adalah retorika bahwa Prabowo jika terpilih dalam Pilpres 2019 nanti strategi pemerintahnya adalah Undang-undang Dasar ’45 pasal 33.

“Kami punya pandangan strategi yang berbeda. Yang dilakukan Bapak Jokowi dan pemerintahnya, menarik dan populer... untuk satu dua generasi. Tapi, tanah tidak tambah dan bangsa Indonesia tambah. Tiap tahun kurang lebih 3,5 juta (jiwa). Jadi kalau Bapak bangga dengan bagi 12 juta, 20 juta, pada saatnya kita tidak punya lahan untuk kita bagi. Jadi, bagaimana nanti masa depan anak cucu kita?” kata Prabowo.

“Kami strateginya berbeda. Kami strateginya adalah Undang-undang Dasar ’45 pasal 33. Bumi dan air, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara...,” ucap Prabowo dengan lantangnya.

Soal “bagi-bagi” yang dimaksud Prabowo di atas adalah, bahwa pemerintahan Joko Widodo selama empat tahun lebih ini telah membagi-bagi konsesi lahan baik pada masyarakat adat, petani, hingga nelayan seluas 2,6 juta hektar dari total 12,7 hektar yang disiapkan pemerintah selama dua tahun ke belakang ini.

Menanggapi pernyataan keras Prabowo ini, Joko Widodo, yang memang sejak awal debat tidak membawa catatan secuil pun (Prabowo membawa kertas catatan), dengan tenang berdiri dan menjawab.

“Rakyat Indonesia yang saya cintai. Pembagian yang tadi sudah saya sampaikan hampir 2.6 juta itu adalah memang agar rakyat produktif. Dan sekali lagi kita tidak memberikan pada yang gede-gede. Saya tahu, Pak Prabowo memiliki lahan yang sangat luas di Kalimantan Timur, mohon maaf, sebesar 220.000 hektar. Juga di Aceh Tengah 120.000 hektar. Saya hanya ingin menyampaikan, bahwa pembagian-pembagian seperti ini (yang jumlahnya besar-besar seperti dimiliki Prabowo. Red) tidak dilakukan pada masa pemerintahan saya...,” Jokowi langsung duduk, meskipun masih tersisa waktu untuk mengungkapkan pernyataan jawabannya pada Capres Prabowo.

Jawaban Jokowi pada Prabowo ini tentunya telak-telak membalikkan “strategi” pemimpin oposisi ini bahwa jika nantinya akan terpilih, Prabowo nanti akan memalai strategi Undang-undang Dasar ’45 pasal 33. Sementara, Prabowo sendiri sebenarnya tidak menjalankan spirit dari pasal tersebut. Menghadapi tudingan Jokowi, Prabowo tidak menepis, dirinya memiliki lahan seluas itu di Kaltim dan Aceh Tengah.

Jika benar 220.000 hektar lahan di Kaltim dan 120.000 hektar lahan di Aceh Tengah itu dimilikinya? Lahan milik Prabowo itu lebih luas dari wilayah DKI Jakarta Raya yang hanya 66.150 hektar! Joko Widodo, dalam debat tersebut mengungkapkan, bahwa tanah seluas itu bukan dibagikan pada saat pemerintahannya. Nah, pada pemerintahan siapa?

Sesi tanya jawab tanpa kisi-kisi juga menarik untuk diketengahkan. Dan tetap saja, Joko Widodo dengan tenang menjawab dan menangkis setiap pertanyaan Prabowo. Debat soal kondisi kesejahteraan nelayan, misalnya. Coba dengar kata Prabowo di bawah ini.

“Yang menjadi persoalan sekarang adalah, para nelayan-nelayan miskin itu tidak punya akses kepada teknologi, tidak punya akses kepada kapal, tidak punya akses kepada modal dan dibatasi peraturan-peraturan yang sangat membatasi kemampuan nelayan-nelayan kecil untuk melaut untuk melaksanakan pekerjaannya...,” ungkap Prabowo lantang.

“Jadi kalau strategi kami, negara hadir. Kami akan membuat BUMN-BUMN khusus di bidang laut, di bidang perikanan dan mengorganisir nelayan-nelayan, dilatih dengan teknologi tepat, diberi akses kepada kapal, alat, modal kemudian diberi prasarana cold storage, pengalengan dan pemasarannya dibantu oleh pemerintah,” ungkap Prabowo pula, dalam debat, “Jadi kita ingin mengendalikan dan sekaligus juga memberdayakan nelayan miskin untuk bisa hidup dengan layak...,” ucap Prabowo.

Apa tangkisan Jokowi?

“Yang pertama mengenai BUMN perikanan. Mungkin Pak Prabowo belum tahu kalau kita memiliki Perindo, kita juga memiliki yang namanya Perinus. Yang itu membantu membeli ikan-ikan yang ada di rakyat. Kemudian yang kedua, yang berkaitan dengan perizinan. Untuk nelayan kecil yang memiliki bobot 10 gt ke bawah, itu sudah tidak pakai izin lagi. Hanya 10-30 gt ke atas yang harus mendapatkan izin dari KP maupun dari propinsi. Sehingga kita harapkan dengan semakin cepatnya perizinan, dengan yang kecil-kecil nggak ada izin, mereka dapat melaut dan mendapatkan ikan lebih banyak lagi.

Kemudian, ketiga, kita telah membentuk yang namanya Bank Mikro Nelayan. Agar nelayan memiliki akses ke perbankan...,” tangkis Jokowi, mengenai tudingan Prabowo akan sinyalemen yang ditangkapnya, bahwa para nelayan pada masa ini dihadapkan pada peraturan-peraturanyang sangat membatasi gerak para nelayan.

“Ya, saya hanya menyampaikan apa yang saya tangkap dari keliling-keliling,” kilah Prabowo. “ Ada laporan, bahwa nelayan-nelayan kecil yang paling miskin masih mengalami nasib yang sangat berat. Yah, mungkin laporan yang sampai ke bapak adalah laporan-laporan yang bagus. Biasa pak, dari dulu laporan biasanya bagus, bagus, bagus. Kita sudah lama jadi orang Indonesia, kenyataannya tidak sebagus apa yang dilaporkan ke bapak...,” kata Prabowo.

Masih tetap dengan gaya tenangnya, Jokowi mengatakan bahwa “Tugasnya pemimpin agar yang tidak bagus itu menjadi bagus,” kata Capres petahan pula. Jokowi mengaku, hampir setiap minggu, setiap bulan bertemu dengan nelayan, mengunjungi kampung nelayan.

“Bahkan bapak ibu bisa tanya ke kampung nelayan di Tambak Lorok di Semarang. Pernah jam 12 malam saya berdua saja dengan supir ke sana, untuk memastikan bagaimana kondisi nelayan yang bener. Saya ingin mendapat laporan langsung ke telinga saya, agar bisa membuat kebijakan-kebijakan yang pas seperti tadi saya sampaikan. Bank Mikro Nelayan itu (salah satu jawaban) hasil dari keluhan mereka.....,” kata Jokowi.

Apakah Prabowo masih menyanggah tangkisan Jokowi itu? Ternyata Prabowo menerima saja, tanpa berkilah lagi.

“Terima kasih, cukup jelas pak. (Masih ada waktu bagi Prabowo untuk menanggapi, tetapi tak ia gunakan). Kalau sudah cukup jelas, kita hargai semua orang lah...,” kata Prabowo, disambut gelak hadirin.

Paling telak pukulan pertanyaan pada Prabowo, adalah mengenai perkembangan bisnis internet, menyangkut Revolusi Industri 4.0 yang saat ini menggejala tidak hanya di Indonesia. Akan tetapi juga di seluruh dunia. Jangankan beli produk baju, sepatu, buku, peralatan kerja sehari-hari, bahkan sampai makanan, pesan ojek pun pakai jasa online.

“Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk mendukung pengembangan unicorn-unicorn Indonesia?” tanya Jokowi, dalam sesi tanya jawab bebas antar capres, pada Prabowo Subianto.

“Yang bapak maksud dengan unicorn? Yang bapak maksud yang online-online itu, ya kan?” ujar Prabowo, minta ketegasan soal pertanyaan Jokowi. Rupanya, topik soal “unicorn” ini membuat Prabowo sempat tergagap. (Seloroh di medsos, lebih seru soal ini. “Mungkin unicorn dikira Prabowo popcorn...,” ungkap seorang penulis di medsos, dan sebagainya).

“Saya kira, prasarana yang kita bangun (untuk unicorn-unicorn Indonesia) ya kita fasilitasi, kita kurangi regulasi, kurangi pembatasan karena lagi pesat-pesatnya, giat-giatnya berkembang. Jadi saya akan dukung segala upaya untuk memperlancar. Maka juga, (jika sekarang mereka) mengalami kesulitan dalam arti merasa sekarang ada tambahan-tambahan regulasi -- mereka mau dipajak dalam perdagangan online, ini yang mereka juga mengeluh. Saya menyambut baik dinamika perkembangan bisnis seperti itu, ini luar biasa pesatnya, dan ini membuka peluang-peluang luar biasa. Jadi saya mendukung usaha seperti itu...,” ujar Prabowo dengan kalimat-kalimat normatif.

Kegagapan Prabowo akan teknologi unicorn ini tak disia-siakan Jokowi. Panjang lebar, secara teknis, Jokowi menerangkan apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan menyangkut infrastruktur yang berkaitan dengan pengembangan unicorn-unicorn di Indonesia.

“Kita tahu, bahwa di ASEAN (Asian Tenggara) ini ada tujuh unicorn dan empat diantaranya ada di Indonesia,” kata Jokowi, “Oleh sebab itu, kita ingin tidak hanya empat akan tetapi ada tambahan unicorn-unicorn baru di Indonesia, start up – start up baru yang ada di Indonesia,” katanya.

“Kita bahkan sudah menyiapkan program 1.000 start up baru yang kita link-kan dengan inkubator-inkubator yang ada di global agar mereka memiliki akses agar bisa dikembangkan di negara-negara lain,” kata Jokowi.

(Tanpa hambatan keberatan pertanyaan lawan debat, Jokowi pun menggambarkan pembangunan infrastruktur dalam rangka mengembangkan unicorn-unicorn ini di Indonesia).

“Dalam rangka infrastruktur, dalam rangka mendukung unicorn-unicorn ini kita juga membangun infrastruktur seperti tadi yang kami sampaikan, Palapa Ring di Indonesia Barat yang sudah 100 persen selesai. Indonesia bagian Tengah telah 100 persen selesai. Indonesia bagian Timur telah 90 persen selesai. Dan Insya Allah, Juni nanti 100 persen selesai. Ini menyambungkan backbone dengan broad band dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dan yang kedua, dengan sistem 4G kita teruskan, baru mencapai 74 persen. Dan insya allah, akhir tahun ini seluruh kabupaten dan ibu kota propinsi akan seluruhnya tersambungkan,” kata Jokowi.

“Yang ketiga, regulasi yang memudahkan. Start up ini juga terus kita dorong tanpa regulasi-regulasi yang sangat ketat. Mereka mendaftarkan lewat online sudah bisa sekarang ini. Sehingga kita benar-benar mampu menyongsong revolusi industri 4.0 dengan SDM-SDM yang telah kita siapkan lewat inkubasi-inkubasi dalam tiga tahun ini,” kata Jokowi.

Prabowo pun kembali menanggapi dengan kalimat normatif. Dan kemudian “membelokkan” ke arah narasi pidato, seperti gaya yang biasa dia lakukan dalam setiap kampanyenya.

“Ya, jadi kita tahu derap kecepatan dinamika perkembangan internet, IT, telekomunikasi berkembang dengan sangat-sangat besar. Dan memang saya juga sangat mendukung semua upaya untuk kita mengejar dan mengambil posisi. Tetapi hal-hal mendasar, Pak Jokowi saya lihat, hal-hal mendasar dalam perekonomian indonesia. Bahwa terjadi suatu disparitas. Suatu segelintir orang, kurang dari satu persen menguasai lebih dari setengah kekayaan kita,” kata Prabowo.

“Jadi kalau ada unicorn-unicorn, ada teknologi hebat, saya kuatir ini akan mempercepat nilai tambah dan uang-uang kita lari ke luar negeri...,” kata Prabowo, “Ya silakan Anda ketawa. Tetapi ini masalah bangsa. Kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia. Menteri bapak sendiri mengatakan, bahwa ada 11.400 triliun uang Indonesia di luar negeri. Di seluruh bank di Indonesia uangnya hanya 5.465 triliun. Berarti lebih banyak uang kita di luar daripada di Indonesia.,” kata Prabowo pula, menyambung topik menyangkut unicorn ini.

“Kalau kita tidak hati-hati. Dengan antiusiasme untuk internet, e-comerce, e-ini e-itu, saya kuatir ini juga bisa mempercepat arus larinya uang ke luar negeri. Ini saya bukan pesimistis. Saya hanya ingin menggungah kesadaran bahwa sistem sekarang ini memungkinkan uang kita mengalir ke luar negeri...,” kata Prabowo tentang merebaknya sistem serba “e” di zaman Jokowi, dari pesan tiket melalui e-tiket, sampai e-perizinan ini pula....

(Saya jadi teringat kasus Ahmad Zacky. CEO unicorn Bukalapak yang mengeluhkan soal dugaan masih kecilnya dana riset yang disediakan pemerintah menyangkut perkembangan Revolusi Industri 4.0 ini. Zacky dalm cuitannya berharap “presiden baru” nanti akan menaikkan besaran dana riset yang ia maksudkan).

Jika melihat perdebatan seru Capres Joko Widodo dan Capres Prabowo di debat kedua Minggu kemaren itu, jadi pesimis. Jangan-jangan Ahmad Zacky salah memperkirakan. Dikiranya, Prabowo nanti akan lebih ngetrend dengan pilihan teknologi e-commerce jelang Revolusi 4.0....

Semoga Ahmad Zacky dan kita tidak salah berharap. Untuk itu, lanjutkan terus berdebat, Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Agar nanti pada hari “H” tanggal 17 April 2019 saatnya Pilpres, bangsa Indonesia tidak salah memilih pemimpin....

Jimmy S Harianto, mantan wartawan tinggal di Jakarta

***