Politikus Sontoloyo

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 06:25 WIB
0
460
Politikus Sontoloyo

Ada politisi mau menarik simpati publik. Dengan gagah bicara dalam konferensi pers. Dia membela seorang nenek tua yang wajahnya babak belur. Dia menghardik minta keadilan.

Ternyata yang dibela nenek genit. Wajahnya berantakan akibat operasi plastik. Bukan babak belur digebuki orang.

Mestinya dia malu. Tapi dibela, "Itu karena Prabowo punya empati yang luar biasa," ujar seorang juru bicara.

Empati pada seorang nenek tua sehabis operasi plastik?

Kenapa dia tidak berempati pada Wiji Thukul yang sampai sekarang tidak ketahuan dimana jasadnya. Kenapa dia gak bersimpati pada orang-orang yang hilang pada jaman Orde Baru? Berempati pada keluarga dan anak-anak mereka yang menjadi yatim?

Itu namanya empati sontoloyo!

Kemarin ada peringatan hari Santri. Banser menggelar apel di Garut. Ada organisasi terlarang ingin menunggangi. Pada peringatan itu, salah satu penyusup mengibarkan bendera HTI.

Banser marah. Merampas bendera itu lalu memberangusnya.

Bukan hanya di Garut. Ada sembilan lokasi peringatan hari Santri yang disusupi oleh pola yang sama. Bendera-bendera HTI disiapkan untuk mengacaukan. Tujuannya agar diberangus Banser.

Lalu sudah disiapkan isu plintiran: Banser memberangus kalimat tauhid.

Sebelumnya mereka sudah menyiapkan kain panjang sampai 3 kilo meter bertuliskan mirip bendera HTI. Masa juga sudah siapkan. Begitu umpannya termakan, gerakan langsung dimainkan. Demo membela kalimat tauhid.

Politisi yang hendak nyapres ini melihat peluang. Dia berkomentar dengan nada insinuatif menuding lawannya. Bermaksud mengadu Jokowi dengan kemarahan pada kalimat tauhid.

Disiapkan juga aksi bela tauhid. Tidak lupa, peserta aksi foto-foto sambil menunjukan dukungan pada Prabowo.

Itu namanya aksi sontoloyo.

Ada juga ulah Sandiaga Uno. Dia bilang uang Rp100 ribu cuma dapat beli cabe dan bawang. Nyatanya duit segitu bisa membeli semua keperluan bahan makanan untuk masak sekekuarga.

Ibu-ibu protes. Mereka memang orang kecil. Tapi mengetahui dirinya dibohongi Sandiaga, mereka marah juga. Akhirnya ramai-ramai membuktikan kebohongan Sandi, dengan memposting vlog saat belanja.

"Tuh, belanja seratus ribu bisa dapat macam-macam. Sandiaga bohong," kata mereka.

Sandi bermaksud ngeles. Datang ke pasar, memakai wig dari Pete. Dengan cara itulah dia berharap menarik kembali simpati emak-emak.

"Gue emang doyan Pete. Tapi ngelihat seorang Cawapres pakai Wig Pete di kepalainya, gue eneg juga. Masa kita mau dipimpin sama orang kayak gini?," tambah emak-emak lagi.

Itu namanya Cawapres sontoloyo.

Para politisi sontoloyo biasanya gak punya prestasi. Yang dijajakan cuma empati palsu, pembelaan bohong, dan isu yang tidak berdasar.

Sekalinya gak fitnah, kelakuannya mirip ondel-ondel. Merendahkan marwah dan posisi Wapres sebagai salah satu simbol negara. Untung baru jadi calon. Belum terpilih.

"Mas, tahu gak kenapa sekarang Pak Jokowi kemana-mana ngajak Jan Ethes?," Abu Kumkum nyeletuk.

"Gak tahu.."

"Kalau ngajak Kaesang, gak kuat gendongnya..."

***