Bendera Partai Demokrat dan baliho bergambar SBY dirusak parah, dirobek dan dibuang ke got di Kota Pekanbaru pada hari Sabtu (15/12/2018). Saat melakukan pengecekan di lapangan mantan presiden tersebut dengan suara bergetar, mata berkaca-kaca mengatakan, "Ini bukan perang saya. Yang bertarung itu pak Jokowi dengan pak Prabowo," katanya.
Saat kejadian, Pak SBY sedang mengadakan kunjungan ke Pekanbaru, di mana pada hari yang sama Presiden Jokowi juga mengadakan kunjungan ke Pekanbaru. Bendera dan baliho yang dirusak dipasang di antara bendera parpol pendukung petahana, tetapi yang dihancurkan hanya milik Partai Demokrat.
Masalah menjadi besar, karena Partai Demokrat tidak terima dengan perusakan yang disebutkan sistematis. SBY memerintahkan semua bendera dan baliho di Pekanbaru supaya diturunkan. Menurut AHY saat wawancara di salah satu TV Swasta, perbuatan dilakukan oleh 35 orang dan satu tertangkap, dikatakan dilakukan oleh lawan politiknya tanpa menyebut partainya. AHY menegaskan Demokrat tetap pada posisi mendukung Prabowo.
Analisis
Dari kejadian tersebut, nampaknya SBY dengan pengurus Partai Demokrat geram dan sakit hati yang amat sangat, terlihat dari perintah menurunkan semua atribut Partai Demokrat di Pekanbaru. Dari penjelasan AHY ada kecenderungan pemikiran, karena mereka di kubu Prabowo, masyarakat menerjemahkan yang melakukan pendukung capres nomor satu. Mereka kata AHY sudah menangkap, menginvestigasi dan menyerahkannya kepada Polri.
Nah, apa efek berantai dari kasus baliho tersebut? Kini yang beruntung adalah kubu pasangan nomor dua (Prabowo-Sandi). SBY diberitakan menjadi serius merapat ke Prabowo untuk mempersiapkan materi debat dan akan mendukung Prabowo penuh melawan Jokowi pada pilpres.
Selama ini terlihat SBY hanya mengarahkan kadernya dalam peraihan suara parpolnya. Tidak terlihat greget memberikan dukungan kepada Prabowo pada pilpres setelah AHY tidak menjadi cawapresnya. Perkembangan sikap SBY ini jangan dipandang ringan oleh kubu petahana. Soliditas Gerindra, PKS dan PAN kini makin kuat dengan tambahan enersi Partai Demokrat.
SBY itu mantan presiden selama dua periode, dia faham bagaimana mengelola konstituen, dan mengerti soal kondisi negara. Terlepas bagaimana penilaian orang terhadapnya, SBY sudah memutuskan dua ketum parpol makin solid bersatu. Dari sudut pandang intelijen strategis, keduanya adalah patron yang mampu merebut gerbong para pemilih dengan pendekatan sembilan komponen intelstrat. SBY faham sekali mengelola hal ini.
PKN harus berhitung dengan jeli, memang kini suksesnya kinerja pak Jokowi masih mampu mempertahankan elektabilitasnya. Tapi masih ada waktu cukup, cipta kondisi dan rangkaian debat. SBY sangat faham dimana Prabowo harus menyerang titik rawan JKW.
Pertanyaannya, mampukah pasangan capres nomor satu bertahan dengan jawaban yang harusnya tiga kali lebih akurat dan mumpuni. Tahun 2004, SBY dengan elektabilitas yang jauh dibawah Megawati mampu mengelola psikologis konstituen dan akhirnya menumbangkan Mega.
Kesimpulannya, penulis melihat ancaman besar terhadap kredibilitas dan kapabilitas capres nomor satu, diawali bila gagal saat debat. Peta politik dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan elektabilitas nomor satu masih di atas nomor dua. Kunci dan peta politik akan banyak ditentukan setelah acara debat.
Ada pepatah yang perlu diingat, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Entah siapa yang menyemplungkan nila tersebut? Menurut penulis bisa berakibat fatal.
***
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews