Kekuasaan, kata Pramoedya dalam novel kolosal Arus Balik, "seperti unggun api dalam kegelapan dan orang berterbangan untuk mati tumpas di dalamnya."
Kekuasaan itu candu. Melenakan. Sekadar dihembus anginnya saja, orang-orang akan terpelanting ke awan, jadi mapan, jadi kaya-raya, dan menggapai semua impian. Anginnya membuai kerabat, keluarga, teman-teman.
Singgasana kekuasaan itu bak seberkas cahaya yang begitu terang dan menyilaukan. Sinarnya melambai-lambai, laron-laron beterbangan, berkisar dan datang merubung. Terang cahaya kekuasaan bisa memberi harapan pada mereka yang putus asa, tapi panasnya juga bisa memanggang mereka yang tak terbiasa.
Jika hari-hari ini ada suara-suara yang ingin memperpanjang kekuasaan Presiden Jokowi, dengan aneka muslihat – tiga periode, perpanjangan masa jabatan, atau penundaan pemilu -- yang patut dicurigai adalah yang memiliki gagasan dan yang melontarkannya ke khalayak.
Jangan-jangan, orang-orang ini justru ketakutan, apabila Presiden Jokowi berhenti sesuai konstitusi di tahun 2024, kekuasaan mereka di partai atau di kumpulan juga tumbang?
Jokowi sendiri jauh-jauh hari, setidaknya sudah tiga kali menegaskan: “saya ini produk pemilihan langsung”. Dan itu amanat reformasi. Karena itu, ide amendemen konstitusi pun sudah ditolaknya jauh-jauh hari. Alasannya sederhana: “Apakah ini tidak akan melebar ke mana-mana? Bukan sekadar amendemen untuk kembali ke garis-garis besar haluan negara?”
Suara-suara untuk melanggengkan kekuasaan Presiden hari-hari ini datang dari para pecandu yang khawatir kehilangan nikmatnya kekuasaan.
Suara rakyat – juga saya – jelas: menolak perpanjangan kekuasaan, dengan muslihat apa pun. Survey LSI terbaru yang dikeluarkan hari ini, 3 Maret 2022 menyebutkan:
• Mayoritas warga menolak perpanjangan masa jabatan presiden sehingga Presiden Joko Widodo harus mengakhiri masa jabatannya pada 2024 sesuai konstitusi (berkisar 68-71%), baik karena alasan pandemi, pemulihan ekonomi akibat pandemi, atau pembangunan Ibu Kota Negara baru.
• Mayoritas warga juga lebih setuju bahwa pergantian kepemimpinan nasional melalui Pemilu 2024 harus tetap diselenggarakan meski masih dalam kondisi pandemi (64%), ketimbang harus ditunda karena alasan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi (26.9%).
Jadi, sodara-sodara, kepada mereka yang masih bermain-main dengan perpanjangan kekuasaan ini, kita layak mengingatkan: jangan sampai termakan tulah kekuasaan. Seperti laron yang mengejar cahaya dan terjengkang kepanasan.
Kekuasaan, kata Pramoedya dalam novel kolosal Arus Balik, "seperti unggun api dalam kegelapan dan orang berterbangan untuk mati tumpas di dalamnya."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews