Survei Indikator Tunjukkan Jokowi Lebih Unggul di Kalangan Pemilih Islam

Fakta ini tentu berbanding terbalik dengan Pilpres 2014 lalu di mana mayoritas pemilih Jokowi merupakan generasi muda.

Senin, 15 April 2019 | 08:45 WIB
0
451
Survei Indikator Tunjukkan Jokowi Lebih Unggul di Kalangan Pemilih Islam
Jokowi dan Mbah Moen (Foto: tribunnews.com)

Masih ingat tahun 2014 lalu pemilih muslim condong mendukung Prabowo? Ternyata sekarang kondisi sudah berubah karena pemilih muslim kini lebih condong ke Jokowi dari pada Prabowo.

Pilpres 2014 VS Pilpres 2019

Pergeseran suara di kalangan umat Islam di Pilpres 2019 ini ditunjukkan pada hasil survei indikator per Maret 2019. Dari hasil survei tersebut, pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin meraih elektabilitas 50,9%. Sedangkan pasangan nomor urut 02 Prabowo – Sandiaga Uno meraih 41,6%.

Hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan bila dibandingkan dengan Pilpres 2014 lalu. Di Pilpres 2014 lalu, pemilih muslim yang memilih Jokowi sekitar 48,6%. Sedangkan yang memilih Prabowo sekitar 51,4%. Di Pilpres 2014 Prabowo lebih unggul di kalangan pemilih Islam. Namun, di Pilpres 2019 kali ini, Jokowi lebih unggul. Hal ini berkaitan dengan Jokowi – Ma’ruf yang unggul besar di umat Muslim yang bergabung dengan Nahdlatul Ulama (NU) maupun organisasi Islam lainnya.

Bila ditilik dari survei yang dilakukan pada kalangan pemilih NU, Jokowi – Ma’ruf meraih 62,7%, sedangkan Prabowo – Sandiaga Uno meraih 31,9%. Keunggulan Jokowi juga masih tampak ketika survei dilakukan pada ormas lainnya. Basis pendukung Jokowi – Ma’ruf di kalangan pemilih Islam cenderung menguat selama Oktober 2018 sampai Maret 2019.

Sementara kelompok yang belum memutuskan pilihan kian rendah.

Sebenarnya pemilih Islam yang mendukung Prabowo – Sandi juga menguat, tapi kenaikannya tak begitu tajam. Uniknya, di kalangan pemilih non-Muslim pun dukungan terhadap Prabowo – Sandi hanya 8%, sedangkan pemilih non-Muslim yang mendukung Jokowi – Ma’ruf mencapai 87%. Jadi, bisa dikatakan dukungan terhadap Jokowi – Ma’ruf semakin menguat baik di kalangan pemilih Islam maupun non-Muslim.

Perubahan ini terbilang cukup mengejutkan mengingat isu agama merupakan salah satu isu yang sering didengungkan oleh pasangan calon nomor 02. Tapi, sepertinya langkah Jokowi untuk menggandeng Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden membuahkan hasil. Langkah tersebut dinilai efektif meraup kepercayaan di kalangan pemilih Islam untuk mendukung Jokowi.

Tingginya dukungan pemilih Islam kepada Jokowi – Ma’ruf Amin juga menunjukkan kalau isu agama yang sering ditujukan ke Jokowi sudah tak efektif lagi. Jokowi memiliki rekam jejak ketaatan yang baik sebagai umat Islam maupun sebagai pelayan masyarakat. Selain itu, bisa jadi banyaknya pemilih Islam yang mendukung Jokowi juga disebabkan karena jenuhnya masyarakat terkait isu agama yang sering dijadikan senjata politik berbau negatif.
Elektabilitas di Kalangan Terpelajar

Hasil mengejutkan lainnya juga muncul ketika dilakukan survei terhadap kalangan terpelajar. Jokowi – Ma’ruf Amin mendapatkan banyak dukungan justru dari kalangan berpendidikan rendah. Setidaknya ada 61,6% pemilih lulusan SD atau yang tak bersekolah memberikan dukungannya pada Jokowi. Sementara itu, hanya 29,6% saja pemilih lulusan SD maupun masyarakat berpendidikan rendah yang memilih Prabowo – Sandi. Bisa dikatakan semakin rendah pendidikan pemilih, maka semakin unggul elektabilitas Jokowi – Ma’ruf.

Di kalangan pemilih lulusan perguruan tinggi, Jokowi – Ma’ruf hanya mendapatkan dukungan sekitar 36,3%. Sementara itu, 58,9% lulusan perguruan tinggi memilih Prabowo Sandi. Hal ini ditengarai karena lulusan perguruan tinggi yang menganggur cukup banyak. Meski tren pengangguran di Indonesia cenderung menurun, tapi bukan berarti lulusan perguruan tinggi bisa langsung dapat pekerjaan.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya elektabilitas Jokowi – Ma’ruf di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah ekspektasi tersedianya lapangan pekerjaan. Tak sedikit yang merasa jenuh dengan kondisi saat ini di mana para lulusan perguruan tinggi sulit cari kerja. Sehingga mereka mengharapkan perubahan meskipun pasangan capres-cawapres yang dipilihnya tak memberikan solusi konkrit terhadap masalah tersebut.

Fakta ini tentu berbanding terbalik dengan Pilpres 2014 lalu di mana mayoritas pemilih Jokowi merupakan generasi muda. Pada saat itu generasi muda getol menginginkan sosok pemimpin yang baru yang lebih segar seperti Jokowi. Meski gerakan anak muda yang mendukung Jokowi kini masih menguat, namun kenaikannya tak sebesar Pilpres sebelumnya.

Kala itu pemilih Islam juga lebih condong memilih Prabowo sehingga tak mengherankan jika Jokowi kalah telak di kawasan-kawasan yang didominasi oleh pemilih Islam. Sebagai contoh, Jokowi kalah di NTB dan Jawa Barat yang notabene banyak didominasi pemilih Islam. Kini, elektabilitas Jokowi kian merangkak naik di dua kawasan tersebut sehingga cukup menarik untuk diperhatikan.

***