Banyak atau marak dukungan dari berbagai ormas, paguyuban seniman, pesantren, tokoh agama atau adat, purnawirawan dan alumni-alumni perguruan tinggi atau SMU diberikan kepada kandidat capres dan cawapres marak dalam masa kampanye sekarang.
Ada pengamat yang mengatakan dukungan itu hanya seremoni belaka dan tidak akan berpengaruh menaikkan tingkat elektabiltas kepada kandidat capres dan cawapres.
Apakah bentuk dukungan atau deklarasi-deklarasi yang dilakukan oleh alumni-alumni perguruan tinggi, ormas-ormas, pesantren, tokoh agama atau adat, paguyuban seniman dan purnawirawan tidak ada pengaruhnya kepada tingkat elektabiltas bagi kandidat presiden? Pasti ada. Kenapa? Karena bentuk dukungan atau deklarasi merupakan sentimen positif yang akan mempengaruhi percakapan di media sosial.
Di media sosial ada percakapan positif dan percakapan negatif. Semakin besar percakapan positif, maka akan semakin baik untuk meningkatkan elektabilitas bagi calon presiden yang bersangkutan. Begitu juga sebaliknya, semakin besar percakapan negatif akan berpengaruh kepada tingkat elektabilitas bagi calon presiden.
Selama ini untuk mengetahui tingkat elektabilitas calon presiden dengan melakukan survei dengan metodologi tertentu. Dan biasanya ada margin of error 1%-3%.Tetapi ada metode atau cara lain untuk mengukur tingkat elektabilitas calon presiden. Cara atau metode apa itu?Yaitu melalui memantau percakapan di media sosial seperti yang dilakukan oleh PoliticaWave. Bahkan hasilnya lebih akurat dibanding hasil dari lembaga-lembaga survei.
Nah, bentuk dukungan atau deklarasi oleh masyarakat kepada calon presiden juga merupakan bentuk percakapan yang bisa dikonversi ke dalam elektabiltas calon presiden. Semakin aktif masyarakat memberikan dukungan atau deklarasi akan berdapak positif bagi calon presiden. Begitu juga sebaliknya, kalau masyarakat pasif juga akan berpengaruh kepada elektabiltas calon presiden.
Berkaca pada pilpres 2014, pada waktu itu pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di rumah pemenangan atau rumah Polonia Jakarta, hampir setiap hari ramai dukungan atau deklarasi dari berbagai kelompok masyarakat atau ormas. Dan itu terbukti berpengaruh pada elektabilitas kepada pasangan capres tersebut. Bahkan selisihnya tipis dengan elektabilitas pasangan Jokowi-Jusuf Kalla waktu itu.
Lembaga-lembaga survei pada waktu itu juga tidak berani mendiklare siapa pemenangnya. Dan hasilnya setelah pencoblosan memang selisihnya tidak terlalu besar. Bahkan malah sujud syukur karena merasa menang dan unggul. Sekalipun aslinya kalah.
Jadi bentuk dukungan atau deklarasi yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat akan mempengaruhi tingkat elektablitas calon presiden. Kalau sepi-sepi saja juga akan tertinggal dan tidak diperbincangan oleh masyarakat media sosial.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews