Tergelitik dengan status yang ditulis oleh teman dalam time line jejaring sosialnya:
"Lira anjlog sedih dan berdoa untuk kebaikan Turki.
Dolar menguat terhadap Rupiah langsung bersorak.
Sampeyan ini warga negara mana?" --- (timeline Fb Niken Satyawati 06092108)
Saya pun mengulik banyak informasi seputar kenaikan Dollar AS yang konon membuat heboh sebagian kecil kalangan.
Ya, hanya sebagian kecil saja, sebab nyatanya kenaikan Dollar tidak berdampak serius bagi pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat kebanyakan. Daging dan telur ayam tidak serta merta mengalami kenaikan mengekor pada naiknya dollar. Demikian pula dengan beras, gula pasir, minyak dan komoditas kebutuhan rumah tangga lainnya.
Harga Telur ayam negeri di pasar Sleko Kota Madiun- Jawa Timur misalnya, ajeg pada kisaran Rp 20.000 - 22.000/kg. Semakin banyak jumlah telur yang dibeli harganya pun akan semakin murah. Begitu juga dengan beras kualitas sedang yang stabil per kilonya di harga Rp 9000.an saja. Bawang merah lokal murah meriah satu kilonya di harga 22.000-an. Sayur mayur dan buah buahan melimpah ruah.
Tidak jauh berbeda kondisinya dengan tetangga kota sebelah, Ponorogo. Melalui akun media sosial Semua tentang Ponorogo sangat jelas disebutkan bahwa Naiknya kurs Dollar tidak berpengaruh pada harga komoditas lokal. Bahkan harga sayuran dan beberapa jenis dapur justru turun. Begitu pula harga sembako tetap stabil.
Tak puas hanya mengetahui betapa stabil harga kebutuhan di dua wilayah sayapun berselancar di SISKAPERBAPO. Lega rasanya mengetahui aneka harga kebutuhan mulai dari yang pokok luar biasa, hingga kebutuhan yang jarang dibeli melalui sistem informasi ketersediaan dan perkembangan Harga Bahan Pokok di wilayah Jawa Timur.
Dollar tidak mendatangkan efek yang serta Merta mengguncang harga. Dari 9 Kota dan 29 Kabupaten yang tersebar di wilayah Jawa Timur, termasuk Pulau Madura tidak satupun mengalami gejolak ekonomi.
Stabilitas harga sedemikian terjaga. Bahkan harga beebrapa kebutuhan mengalami penurunan dibanding saat awal Agustus lalu. Ah, rupiah memang masih menjadi berkah bagi masyarakat Indonesia. Gejolak Lira di Turki sana, Pertentangan ekonomi Global antara Amerika - Kanada hingga krisis Venezuela jelas-jelas beda dengan kondisi di Indonesia.
Apalagi mengaitkan kondisi naiknya dollar saat ini dengan flashback tahun 1998 lalu. ah yang benar saja. Lihat sendiri data berdasarkan pantauan sikaperbapo yang coba saya tampilkan. Masih tidak percaya? Gamblang bisa dilihat dengan mata.
Tak puas lagi hanya bicara data di Jawa Timur, saya menjawil teman yang berada di Sorong Papua Barat melalui akun media sosialnya. Jauh-jauh di bumi cendrawasih, menjadi penjual kuliner pecel ayam ala Lamongan pun dia jalani. Yess!!!
Tidak ada pengaruh kenaikan kurs dollar dengan naiknya harga kebutuhan pokok disana. Kurang lebih begitu jawabnya. Padahal, warung tendanya itu kerap kali disinggahi oleh wisatawan manca yang tengah pesiar di Papua. Jelas-jelas aman terkendali.
Begitulah, Sebagai seorang Ibu rumah tangga yang belakangan tenar disebut sebagai emak, saya orang yang lantang berteriak manakala harga kebutuhan di pasar tradisional meroket tajam.
Meski kadang dilematis juga saat para emak justru diam-diam belanja Tas branded import. Sangat berbanding terbalik memang, harga tas branded terus naik semua emak diam. sementara harga telur naik masih dalam kisaran 0, 00000000 sekian persen dari tas branded justru menjadi pemicu para emak turun ke jalan.
Nah, Mak...., saatnya mendengar himbauan wakil presiden Jusuf Kalla seperti yang banyak dilansir di media massa . Bahwa masyarakat sementara tidak membeli barang mewah seperti Ferrari hingga tas Hermes.
Lupakan istilah emak. Kembali serius ke soal naiknya nilai tukar dollar. Saya memang bukanlah seorang yang berlatar belakang ekonomi. Sadar saya tidak menguasai seluk beluk perekonomian global dengan detail ekonomi makro hingga mikro.
Itulah kenapa saya ingin membuka mata dan membuka telinga terkait kenaikan dollar. Mana hoax dan mana realita. Agar tidak ikut panik. Terlebih malah ikut terlibat menyebar wacana diluar logika yang mengakibatkan keresahan dalam masyarakat.
Sebagai orang awam terhadap konstelasi ekonomi dunia, sebaiknya kita percayakan penuh penanganan kenaikan dollar kepada para ahlinya. Tidak turut membuat gaduh, akan menciptakan iklim kondusif bagi stabilnya rupiah. Fluktuasi itu dinamis adanya. Penyebab utamanya justru dipicu oleh faktor ekonomi bukan oleh kondisi internal Indonesia.
Meski demikian, tentu naiknya nilai dollar tidak akan didiamkan begitu saja oleh pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah. Sukses dengan hajat olahraga berlevel Asia, pemerintahan Jokowi tetap mengambil langkah strategis.
Ini tak lepas dari capaian Indonesia yang sukses membuka mata dunia dalam rangka memantapkan diri menjadi tuan rumah ajang bergengsi olahraga tingkat dunia 2032 nanti.
Jokowi tentu memiliki langkah visioner untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak dipandang sebelah mata secara ekonomi. Meski Amerika Serikat sedang berada pada puncak suksesi ekonomi dunia. Dengan melibatkan para ahli ekonomi, langkah yang diambil oleh pemerintah tentu butuh sinergi dengan banyak kalangan.
Sebagai warga negara Indonesia kita tentu tidak menghendaki dollar terus menerus menjadi raja diharapkan atas mata uang kita. Jika kita tidak bisa melakukan hal kongkrit terkait dengan dollar secara langsung, alangkah terpuji manakala kita tidak menjadi bagian dari sekelompok golongan yang justru membuat panik masyarakat berbekal rumors naiknya dollar menjadi hal yang sedemikian menakutkan.
Optimistik, tetap berfikir positif bahwa rupiah senantiasa membawa berkah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews