Kendaraan partai sudah ada yaitu PDI-P dan ia anak Ketum dan trah Soekarno. Tapi, di mata publik atau masyarakat nama Puan tidak melekat di hati masyarakat seperti Soekarno atau Bung Karno.
Sepertinya citra negatif melekat pada diri Puan Maharani. Apa yang dilakukan untuk mendongkrak elektabilitas justru selalu direspons negatif oleh publik atau masyarakat.
Seperti video ketika Puan Maharani membagikan kaos kepada masyarakat. Puan melemparkan kaos ke segala arah dengan wajah cemberut atau masam. Bahkan seperti memarahi ajudannya.
Sontak saja video itu menjadi pembicaraan di medsos atau media sosial yang mengkritik Puan Maharani cara membagikan kaos dengan wajah cemberut atau masam.
Sekalipun kader partai moncong putih itu sudah memberikan klarifikasi, tetap saja publik merespon negatif.
Aslinya Puan Maharani punya pembawaan pendiam. Karena ada tuntutan peran harus turun dan dekat dengan masyarakat dalam rangka menaikan elektabilitas, maka sifat aslinya tidak mudah untuk diubah. Seperti harus ramah atau tersenyum ketika bertemu dengan masyarakat.
Setiap lembaga survei merilis hasil surveinya, elektabilitasnya betah dalam "baskom" atau barisan satu koma.
Sekalipun ada juga lembaga survei entah berantah menempatkan elektabilitas Puan Maharani sudah mencapai 10 persen. Bim salabim jadi apa, prok-prok-prok bantu ya, begitu kata Pak Tarno.
Puan Maharani begitu berat untuk menaikan elektabilitasnya. Karena mempunyai resistensi atau penolakan yang tinggi oleh publik atau masyarakat. Setiap ucapannya atau tindakannya selalu mendapat respon negatif. Dan ini menjadi masalah tersendiri bagi Puan.
Kendaraan partai sudah ada yaitu PDI-P dan ia anak Ketum dan trah Soekarno. Tapi, di mata publik atau masyarakat nama Puan tidak melekat di hati masyarakat seperti Soekarno atau Bung Karno.
Tentu juga tidak rela kalau kendaraan partai itu dipakai atau dinaiki oleh kader partai lain yang bukan trah Soekarno. Kecuali ada kebesaran jiwa untuk kepentingan yang lebih luas.
Dulu Ketum PDI-P Megawati mencalonkan Joko Widodo sebagai capres karena saran suaminya yaitu alm.Taufik Kiemas. Tapi sekarang, siapa yang berani memberi saran kepada sang ketua umum partai moncong putih itu.
Jangan dipaksakan dijual kalau memang tidak laku di pasaran, simpan saja dulu menunggu matang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews