Kalau membenci atau mencintai seorang tokoh agama atau politik sewajarnya saja. Karena boleh jadi politikus atau tokoh agama yang kita cintai suatu saat bisa kita benci juga, atau sebaliknya.
Aksi saling lapor sering terjadi di negeri ini, baik kasus pencermaran baik, kasus yang berbau SARA atau kasus korupsi.
Belum lama ini doesen Universitas Negeri Jakarta atau UNJ Ubeidillah Badrun yang melaporkan Gibran dan Kaesang atas dugaan KKN atau pencucian uang ke KPK.
Tidak lama berselang, Jokowi Mania atau Joman yang dipimpin Immanuel Ebenezer juga melaporkan Ubeidillah ke Polda Metro Jaya dengan sangkaan fitnah atau berita bohong.
Kecintaan atau kebencian yang berlebihan kepada seseorang baik itu tokoh agama atau tokoh politik akan menumpulkan logika atau nalar, bahkan bisa mematikan logika atau nalar itu sendiri.
Sah-sah saja orang membenci atau mencintai tokoh agama atau tokoh politik. Tapi akal sehat atau nalar yang waras harus tetap dijaga. Supaya kepala kita tidak dikuasai rasa benci yang berlebihan atau kecintaan yang berlebihan.
Kembali ke kasus Ubeidillah Badrun dan Joman atau Immanuel Ebenezer.
Atas dasar apa Joman melaporkan Ubeidillah Badrun ke polisi? Apakah Joman mendapat kuasa atau sebagai pengacara Gibran dan Kaesang?
Ternyata Joman tidak mendapat kuasa atau sebagai pengacara Gibran dan Kaesang. Sedangkan Gibran sendiri memberikan pernyataan atau komentar yang kurang lebih intinya, "Sudah diamkan saja, entar juga diam atau berhenti sendiri". Artinya Gibran dan Kaesang tidak memberikan kuasa atau mandat kepada Joman.
Kalau secara hukum atau normatif, seandainya Gibran dan Kaesang keberatan atau merasa difitnah atas laporan Ubeidillah Badrun, maka yang melaporkan atas kasus tersebut adalah Gibran atau Kaesang sendiri atau menunjuk kuasa hukum sebagai wakilnya.
Lha, kalau begitu atas dasar apa Joman melaporkan Ubeidillah ke Polda Metro Jaya?
Namanya juga fans berat pada seorang tokoh politik tentu dasar atau alasannya subjektifitas semata atas nama kecintaan. Ia tidak terima kalau anak dari seorang tokoh politik ini difitnah atas kasus KKN atau pencucian uang.
Kalau membenci atau mencintai seorang tokoh agama atau politik sewajarnya saja. Karena boleh jadi politikus atau tokoh agama yang kita cintai suatu saat bisa kita benci juga, atau sebaliknya.
Repot, kan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews