Mewaspadai Teror Jelang Nataru

Jelang liburan akhir tahun, Polri lebih ketat dalam menjaga keamanan, agar tidak ada teror maupun pengeboman yang dilakukan oleh para teroris.

Sabtu, 4 Desember 2021 | 21:29 WIB
0
139
Mewaspadai Teror Jelang Nataru
Ilustrasi Natal (Foto: IDX Channel)


Pemerintah terus optimal dalam menekan pergerakan kelompok radikal. Namun demikian, masyarakat dan aparat keamanan diminta untuk meningkatkan sinergitas serta kewaspadaan terhadap potensi ancaman teror menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Anak-anak selalu antusias jelang akhir tahun karena ada liburan panjang, dan mereka bisa beristirahat dari tugas sekolah yang melelahkan. Biasanya hari libur diisi dengan traveling tetapi karena pandemi, orang tuanya hanya menyenangkan mereka dengan jalan-jalan ke Mall atau tempat publik lain.

Akan tetapi para orang tua wajib waspada karena di tempat umum ada potensi gangguan, tak hanya penularan virus tetapi juga ancaman dan teror. Para teroris sering memanfaatkan momen akhir tahun untuk mengebom, karena mereka tahu bahwa banyak yang liburan dan akhirnya bepergian ke pusat perbelanjaan. Mereka juga mengincar rumah ibadah karena tidak memiliki rasa toleransi sama sekali.

Ketua Indonesia Police Watch Neta S Pane menyatakan bahwa kalangan radikal dan jaringan terorisme mendapatkan angin untuk melakukan teror di akhir tahun, karena maraknya gerakan intoleransi. Dari pengamatan, terdapat petinggi ormas terlarang yang terlibat kasus terorisme.

Neta melanjutkan, Polri perlu lebih cermat karena saat kasus corona menurun berpotensi ada kerumunan, dan jangan sampai kecolongan.

Penyebabnya karena ketika kurangnya penjagaan maka akan dimanfaatkan oleh teroris untuk melakukan pengeboman dan aksi teror lain.Para mantan narapidana teroris juga patut diwaspadai agar tidak melakukan tindak kejahatan lagi.

Di akhir tahun memang rawan karena beberapa saat lalu ada pengeboman di depan sebuah rumah ibadah. Jangan sampai peristiwa pahit ini terulang. Oleh karena itu, Polri lebih ketat lagi dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta melakukan operasi lilin. Sehingga akan ada razia, tidak akan ada warga sipil yang diam-diam membawa senjata tajam, apalagi bom molotov.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa jajaran kepolisian perlu lebih peka dalam menanggapi aksi terorisme. Untuk mencegah teror di akhir tahun, maka ada pemetaan potensi kerawanan di berbagai wilayah. Langkah antisipasi perlu dilakukan agar Polri tidak kecolongan.

Potensi kerawanan ada di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Pertama di rumah ibadah, karena teroris tidak punya empati dan toleransi, sehingga menganggap yang berbeda adalah musuh. Kedua adalah di tempat hiburan seperti night club dan kafe, karena mereka menganggapnya sebagai tempat maksiat, padahal yang disajikan hanya musik untuk menghibur masyarakat.

Sedangkan yang ketiga, tempat umum seperti mall dan pusat perbelanjaan lain. Di akhir tahun kita tahu bahwa ada perayaan natal. Polri mencegah agar tidak ada ormas radikal yang sweeping sembarangan dan mencopot topi sinterklas atau pohon cemara. Ada pula penjagaan ketat sehingga mall tidak akan jadi sasaran pengeboman oleh kelompok teroris.

Polri juga bekerja sama dengan Densus 88 antiteror untuk terus menangkap teroris yang tersebar di seluruh Indonesia. Jaringan mereka memang luas, bahkan sampai ke luar negeri (seperti Filipina). Namun ketika ada teroris yang tertangkap maka ia bisa diinterogasi dan jadi informan, sehingga jaringannya terbongkar dan makin banyak teroris yang tertangkap, agar tidak meresahkan masyarakat.

Jelang liburan akhir tahun, Polri lebih ketat dalam menjaga keamanan, agar tidak ada teror maupun pengeboman yang dilakukan oleh para teroris. Operasi lilin dilakukan agar situasi makin kondusif. Di depan rumah ibadah juga diperketat penjagaannya, agar tidak ada teror yang membuat umat takut untuk datang dan merayakan hari raya di sana.

Abdul Ghofur, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

***