Hari ini, jika Anda melakukan studi mengenai topik leadership, maka Burns salah satu nama yang tak pernah alpa disebut. Ia salah satu pakar ilmu kepemimpinan abad ini.
Proses kreatif menulis buku setali tiga uang dengan meneliti (riset). Habit menulis akan membangun kapasitas. Burns membuktikan, terbiasa menulis biografi presiden Amerika, ia menjadi pakar di bidang kepemimpinan (kepresidenan).
Saya, tahun 2019. Menjadi co-author bagi Profesor AB Susanto, yang dikenal pakar bidang manajemen sratejik. Kami membaca dan meneliti ratusan buku dan praktik kepemimpinan dunia, sepanjang abad. Hasil olah riset dan bacaan kami, tertuang dalam buku Handbook of Servant Leadership, sebuah buku berbilang angka: 376 halaman.
Saya tidak hendak bahas buku itu. Saya teringat akan seorang penulis biografi presiden Amerika. Ia mengajari saya banyak hal. Saya terinspirasi. Dan ingin menjadi sepertinya. Siapa dia?
James MacGregor Burns adalah penulis tersohor Amerika. Lahir 3 Agustus 1918 di Melrose, Mass dan wafat padal 15 Juli 2014.
Hal yang menarik. Sejatinya, Burns penulis biografi --seperti saya dan Anda. Karena terbiasa membaca dan menulis, ia menjadi "kaya". Sedemikian rupa, sehingga banyak perolehannya. Lalu dari pengetahuan itu, ia berproses layaknya teori dan ilmu yang berdialektika. Burns lalu menganalisis sifat-sifat dan watak kepemimpinan para presiden Amerika. Dan menggabungkan olah intelektual dengan ilmu politik, sejarah, psikologi , dan filsafat.
Ia menulis dan menerbitkan lebih 20 buku. Burns terkenal karena biografi dua bagiannya tentang Presiden AS. Franklin D. Roosevelt, jilid keduanya, Roosevelt: The Soldier of Freedom (1970).
Atas tulisannya yang luar biasa, ia dianugerahi Penghargaan Pulitzer dan Penghargaan Buku Nasional. Burns studi pada jurusan ilmu politik di Williams College, Williamstown, Mass. (B.A., 1939), sebelum bekerja di Washington, D.C., sebagai ajudan kongres.
Setelah menjabat sebagai sejarawan mengenai topik pertempuran tentara selama Perang Dunia II, ia menyelesaikan gelar doktor (1947) dalam ilmu pemerintahan dari Universitas Harvard dan melakukan pekerjaan postdoctoral di London School of Economics.
Dia kemudian menjadi akademisi dan bergabung dengan fakultas di Williams College, tempat dia mengajar ilmu politik sampai pensiun pada tahun 1986.
Buku pertama Burns, Congress on Trial: The Legislative Process and the Administrative State (1949), diikuti oleh volume biografinya yang pertama, Roosevelt: The Singa dan Rubah (1956). Namun, Burns gagal maju ke Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1958.
Toh sengsara membawa nikmat. Di dalam proses kampanye, ia berkenalan dengan John F. Kennedy. Dua tahun kemudian, dia menerbitkan biografi John Kennedy: A Political Profile. Jalan Burns memang begitu. Born to write. Dan jadi penulis sekaligus pakar manajemen dan etika bidang politik pemerintahan.
Layaknya teori dan ilmuwan yang berdialektika. Burns lalu menganalisis sifat-sifat dan watak kepemimpinan para presiden Amerika. Dan menggabungkan olah intelektual dengan ilmu politik, sejarah, psikologi , dan filsafat.
Apa hikmah dari jejak langkah dan contoh Burns?
Bagi saya hanya ini yang penting dicatat: Menulis membangun kompetensi. Karena menulis biografi para presiden Amerika, Burns menjadi pakar bidang kepemimpinan. Alah bisa karena biasa.
Karya lain Burns termasuk teks klasik Leadership (1978), The Power to Lead: The Crisis of the American Presidency (1984), dan Fire and Light: How the Enlightenment Transformed Our World (2013).
Karya Burns itu, telah kami bawa dan bedah di meja diskusi. Dan mamah biak.
Poin kita adalah: menulis buku setali tiga uang dengan meneliti (riset). Habit menulis akan membangun kapasitas. Burn membuktikan, terbiasa menulis biografi presiden Amerika, ia menjadi pakar di bidang kepemimpinan (kepresidenan). Alah bisa karena biasa!
Hari ini. Jika Anda melakukan studi mengenai topik leadership. Maka Burns salah satu nama yang tak pernah alpa disebut. Ia salah satu pakar ilmu kepemimpinan abad ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews