Bukan hanya tajam ke Anies lalu tumpul ke pemerintahan nasional yang sedang berkuasa. Ini logika tidak balance dan tidak fair.
PSI boleh saja vokal kepada Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
Karena PSI punya kursi di DPRD DKI, gak sedikit, 7 kursi adalah simbol legitimasi rakyat di atas pundak mereka.
PSI vokal kepada Anies Baswdan adalah hak konstitusional mereka, semua dijamin undang undang, kita harus menghormati hak ini.
Tapi harus juga dipahami bahwa, PSI di lain sisi adalah partai yang tidak lolos ke Senayan. Maka ada etika di sana.
PSI sebagai partai papan bawah yang tidak punya representasi di Senayan, harus juga menghargai posisi Anies yang memiliki legitimasi lebih besar di depan warga DKI.
Legitinasi Anies lebih besar karena Anies dipilih oleh jutaan warga DKI secara fair melalui pemilu yang transparan.
Legitimasi Anies juga sangat besar karena jumlah suara pemilih Anies pada pilkda 2017 lalu jauh lebih besar daripada perolehan suara PSI secara nasional.
Perolehan suara PSI pada pemilu April 2017 lalu adalah 2,6 juta pemilih, sedangkan perolehan suara Anies Sandi melawan Ahok adalah 3,2 juta suara.
Jadi ada etika di sana yang harus dijunjung tinggi, etika demokrasi, etika bernegara, dan etika dalam berkonstitusi.
PSI sebagai partai yang tidak lolos ke Senayan juga tidak bisa menyatakan dirinya sebagai partai koalisi pemerintah atau partai oposisi pemerintah. Karena mereka tidak ada di Senayan.
Artinya PSI seharusnya adil kepada pemerintahan Jokowi-Makruf dengan ikut juga mengkritik banyak kebijakan kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Bukan hanya tajam ke Anies lalu tumpul ke pemerintahan nasional yang sedang berkuasa. Ini logika tidak balance dan tidak fair.
PSI sah saja vokal ke Gubernur Anies tapi juga jangan sampai diam melihat pemimpin nasional yang ugal ugalan. Tugas partai itu sebagai penjaga demokrasi bukan sebagai yes man atau asal bapak senang.
PSI selama ini terkesan tajam ke Anies dan sangat tumpul ke pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Ini sangat disayangkan.
Bahkan selama ini PSI juga terkesan tidak fair dalam mengkritik Anies, krtitik ke Anies terkesan dendam dan dengki, terkesan mencari cari kesalahan tanpa data yang valid. Ini bukan budaya yang sehat tentunya.
Kita meminta agar partai model PSI agar lebih tau posisi dan tetap mengedepankan etika, fairplay, dan tetap dalam koridor check and balances, bukan yang diluar koridor itu.
Kalau PSI belum mampu dewasa dalam berpolitik, belum mampu menghargai lawan, belum mampu berbuat adil kepada rival. Maka lebih baik jangan dulu terjun ke dunia politik. Bisa tidak sehat sistem demokrasi kita.
Kalau PSI masih kecil begini saja sudah mempraktekkan gaya yang tidak fair dan suka kekanak kanakan, bagaimana rakyat mau memberikan kepercayaan lebih besar kepada partai ini 2024 mendatang?
Ayo PSI, mari total intropeksi dan jangan ugal ugalan dalam memahami isi konstitusi kita. Biar rakyat kita tambah cerdas dan sehat, jangan kasih contoh buruk dalam bernegara.
Tengku Zulkifli Usman
***
158
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews