Berapa banyak uang yang sudah mahasiswa ini habiskan untuk beli tiket pesawat, biaya hidup dan uang kuliah setahun? Bukankah ini jadi preseden buruk ke depan yang merugikan Amerika sendiri?
Homeland Security lewat tangan ICE (Immigration and Custom Enforcement) menggelar operasi Universitas Farmington Palsu di Detroit, Michigan demi menangkap imigran ilegal. Ada 250 orang yang sudah ditangkap sejak Januari 2019 ini dan dipulangkan ke negara asal.
Mereka yang ditangkap adalah mahasiswa kelahiran luar Amerika yang kebanyakan berasal dari India dan mengambil program S2 bidang Teknologi dan Komputer di Universitas Palsu yang dibuka oleh Homeland Security.
Padahal, murid-murid ini masuk Amerika dengan visa pelajar dari negara asal. Tetapi ternyata Universitas palsu yang karyawan-karyawannya adalah pegawai federal menutup kampus ini dan membuat mahasiswanya menjadi ilegal, kemudian ditangkap dan dipulangkan.
Aneh juga ya ceritanya... Kok ada sekolah yang menerima pendaftaran mahasiswa dari luar Amerika, dikasih visa pelajar, terus kemudian mahasiswa-mahasiswanya ditangkap dan dipulangkan.
Saya tak mengerti juga, mengapa harus memberikan mereka visa pelajar dari negara asal kalau memang ini Universitas Palsu buatan Federal Agent Homeland Security?
Mengapa Universitas jadi alat membuat orang di luar negeri (India) masuk perangkap jadi mahasiswa S2 untuk ditangkap dan dipulangkan? Untuk praktek kerja menangkap orang lewat jalur pendidikankah?
Berapa banyak uang yang sudah mahasiswa ini habiskan untuk beli tiket pesawat, biaya hidup dan uang kuliah setahun?
Bukankah ini jadi preseden buruk ke depan yang merugikan Amerika sendiri?
Di mana hati nurani?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews