Prabowo terperangkap dalam ambisinya, dan dimanfaatkan pihak Ketiga yang memang sudah mengarahkan dan mengerahkan kekuatannya untuk menciptakan perpecahan.
Sebelum Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief menyoal perangkap sesat terhadap Prabowo yang dilakukan "Setan Gundul," saya sudah menuliskan beberapa artikel tentang itu.
Perangkap tersebut Modus awalnya memang memberikan imformasi kalau Prabowo-Sandi sudah menang 62%, dan sayangnya lagi-lagi Prabowo tidak berusaha untuk cross check.
Bisa dimaklumi, karena memang kemenangan adalah obsesi dalam setiap pertarungan, menjadi Presiden adalah impian Prabowo yang belum tercapai, jadi wajar kalau dia meresponnya secara berlebihan.
Imformasi menyesatkan tersebutlah yang dijadikan alat untuk mendelegitimasi semua hasil perhitungan, baik hasil lembaga survei, maupun oleh KPU, lewat "Narasi kecurangan" yang dihembuskan secara terus menerus, untuk meyakinkan masyarakat bahwa KPU diintervensi Pemerintah.
Padahal itu semua adalah bagian dari skenario untuk melakukan "People Power," artinya setelah ketidakpercayaan terbangun, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan huru-hara.
Baca Juga: Prabowo dan Kapal Koalisi yang Oleng
Inilah tidak ada memfilteri diinternal Prabowo, namun SBY dan Demokrat cukup jeli membaca situasi dan arah yang sedang dibangun, makanya SBY dua kali memberikan respon via Surat melalui kadernya.
Yang sangat disayangkan, terlalu banyak orang yang ingin mendukung gerakan ini, seakan-akan mereka tidak lagi melihat bahaya perpecahan, Karena mereka sudah tersulut emosinya oleh Narasi kecurangan, dan itu dipercayai secara gamblang tanpa lagi memikirkan keutuhan bangsa.
Lihat saja para penyusup pun sudah menyiapkan berbagai property untuk meletupkan suasana, Salah satunya Bom, yang pelakunya sudah ditangkap aparat.
Tokoh-tokoh Nasional yang ada disekitar Prabowo malah bersuka cita mendukung gerakan ini.
Lihat saja Amien Rais tidak henti-hentinya menghembuskan Narasi negatif, yang menganggap KPU sebagai alat dari Rezim Jokowi, yang bisa disetir untuk memenuhi kepentingan Jokowi. Padahal sudah jelas KPU adalah lembaga independen, yang komisionernya dipilih oleh DPR lewat uji kelayakan.
Yang mirisnya lagi, sebagian besar masyarakat, khususnya pendukung Prabowo sudah teracuni perpecahan, dengan dalih menegakkan Amar Ma'ruf Nahi munkar, sanggup mengorbankan diri untuk berhadapan dengan sesama anak bangsa.
Baca Juga: Menunggu Prabowo Seberani Sandiaga
Betapa gembiranya mereka yang memang mengharapkan kondisi tersebut, hanya atas dasar ingin merampas kerukunan bangsa ini, demi kepentingan pihak Ketiga yang memang menginginkan bangsa ini terpecah belah, layaknya negara-negara ditimur Tengah.
Untunglah kita memiliki TNI dan Polri yang sangat melindungi kepentingan negara dan bangsa, demi menjaga keutuhan bangsa, sehingga setiap gerakan yang mengarah pada perpecahan bisa diantisipasi dan diredam dengan cara-cara yang tidak represif.
Prabowo terperangkap dalam ambisinya, dan dimanfaatkan pihak Ketiga yang memang sudah mengarahkan dan mengerahkan kekuatannya untuk menciptakan perpecahan. Namun beberapa langkah mereka selalu terbaca oleh pihak keamanan negara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews