Politik Warung Kopi

Selasa, 15 Januari 2019 | 22:00 WIB
0
611
Politik Warung Kopi
Obrolan di Warkop (Foto: Kompasiana)

Perbincangan politik di musim politik adalah hal yang lumrah, maka tak heran isu yang paling seksi untuk menjadi perbincangan adalah isu politik. Apalagi sudah ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok. Hmm.. Indonesia bahkan terlalu kecil untuk dibahas.

Belakangan ini, hambar rasanya jika ngopinya hanya di kamar kos atau dirumah, serasa tak mendapatkan fantasinya. Kebanyakan dari kita lebih memilih janjian bersama teman lalu ngopi di luar. Dan Warung Kopi adalah pilihan.

Warung kopi adalah ruang publik, dimana kebebasan untuk berbicara dan menuangkan pikiran tak ada larangan. Di situ kita tidak akan dibubarkan oleh polisi atau security kampus. Kritiklah sesukamu, berbicaralah sesukamu, selagi tak ada delik yang terlanggar.

Tak perlu nonton TV atau membaca Koran untuk bisa update, karena di Warung Kopi semua peristiwa dan kejadian terdengar. Mulai dari perceraian Vicky Prasetyo dan Angel Lelga, kasus prostitusi artis VA (Initial Vanessa Angel), sampai kedatangan Agnez Mo di Istana Kepresidenan. Serta penyerahan diri Tie Saranani ke Kejaksaan Tinggi,,wkwkwk

Berawal dari diskusi ringan diseruput kopi pertama, akan berakhir pada perdebatan siapa mendukung siapa di hisapan rokok pertama. Disinilah Politik Warung Kopi berjalan, kita akan bertarung ide dan menjatuhkan ide lain yang tak masuk akal, memuji kebijakan dan mengkritisi kebijakan yang lain, mengangkat kehebatan calon dan menjatuhkan calon lain yang dianggap keliru.

Budaya membahas politik di Warung Kopi, membuat akhir-akhir ini sangat sering kita jumpai caleg-caleg dengan rombongannya di Warung Kopi, sebenarnya bukan karena hanya ingin ngopi, disisi lain caleg ingin mengeluarkan gagasannya dan berinteraksi dari berbagai karakter yang sedang menikmati kopi.

Untungnya, sejauh ini belum pernah kita dapatkan perkelahian di Warung Kopi karena pembahasan politik, perdebatan mungkin banyak. Itu artinya, memang Warung Kopi adalah ruang dimana publik bisa mendengarkan, bahkan ikut terlibat secara aktif tanpa ragu dalam mengeluarkan pendapat.

Tidak jarang juga, para politisi akhirnya menjadikan Warung Kopi sebagai tempat mereka berkampanye, melakukan lobi-lobi politik, bahkan menemui konstituen tanpa ada rasa takut. Seolah Warung Kopi adalah tempat bagi orang yang menginginkan kebebasan.

Saking bebasnya, macam-macam pembicaraan bisa terjadi di Warung Kopi,
dari yang paling umum sampai yang khusus bisa di buka luas dan dibahas secara gamblang. Karena tempat menawarkan kebebasan, dosa pun tak jadi masalah. Hehe

Realitas hari ini, rata-rata pengunjung Warung Kopi seolah tidak lagi candu pada kopinya, melainkan terpanggil karena diskusinya. Warung Kopi telah di jadikan sebagai media komunikasi politik.

Semakin banyak Warung kopi yang berdiri, semakin mewabah pula ruang-ruang publik yang menawarkan kebebasan. Karena di Warung Kopi ide-ide cemerlang tertuang tanpa ada intervensi, dan hanya di Warung Kopi perdebatan tanpa pertikaian terjadi.

Jika politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, katanya Bang Aristoteles. Maka membahasnya bersama di Warung Kopi sepertinya seru kawan..

#AyoNgopi

Selamat Ngopi!!!