Peredaran duit narkoba sangat besar. Seorang bandar narkoba besar bahkan rela mengeluarkan milyaran untuk bisa bebas dari jeratan hukum.
Sudah menjadi rahasia umum, barang bukti narkoba-seringkali malah dijual kembali kepada bandar narkoba. Itu dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Penegak hukum yang seharusnya memberantas jaringan narkoba, malah terlihat jual-beli barang bukti.
Bahkan tak jarang, barang bukti seperti sabu diganti dengan tawas. Karena warna dan bentuk sabu dan tawas nyaris sama. Artinya barang bukti yang dibawa ke pengadilan sebenarnya bukan sabu, tapi tawas.
Terkadang barang bukti kalau jumlahnya kecil, malah dikondisikan sendiri oleh oknum-oknum penegak hukum tersebut.
Ada Kapolsek di Bandung, kebetulan seorang wanita, memakai sabu ramai-ramai dengan anggotanya di sebuah hotel. Dan sekarang sudah diberhentikan dari Polri. Dan masih banyak lagi kasus-kasus anggota polisi yang terlibat pemakaian narkoba, terutama jenis sabu.
Dan akhirnya, kasus menjual barang bukti menyasar seorang petinggi Polri. Barang bukti 41 kg itu diambil 5 kg dan diganti dengan 5 kg tawas. Hal ini dilakukan supaya barang bukti tetap sama, 41 kg.
Peredaran duit narkoba sangat besar. Seorang bandar narkoba besar bahkan rela mengeluarkan milyaran untuk bisa bebas dari jeratan hukum. Apalagi aparat hukum bisa diajak bermain mata.
Jual-beli pasal, pengedar dan pemakai juga ada harganya, mencapai ratusan juta rupiah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews