Penggerebekan terhadap Andi Arief yang sedang nyabu adalah kasus narkoba yang menarik. Semalam ILC sudah mengangkatnya, tapi fokusnya masih pecah antara politik dan penegakan hukum.
Jadi serba nanggung. Isinya lengkap dan seru, tapi sajiannya setengah panas.
Saya mau mencoba fokus ke aspek politiknya.
Pertama soal bagaimana foto itu tersebar dengan sangat cepat. Kita menyaksikan betapa cepatnya foto-foto penangkapan sampai penahanan disebar ke publik.
Ketika foto itu menyebar, saya ikut menayangkannya sambil berterima kasih ke pihak yang menyebarkannya. Sayangnya, di ILC semalam tidak ada polisi yang berkenan hadir. Ada narasumber yang bilang, foto itu bukan hasil bidikan polisi dan bukan polisi yang menyebarkannya.
Kalau bukan polisi, siapa lagi yang bisa ada di TKP?? Lalu siapa dong yang dapat otoritas menyebarkan. Kalau gak punya otoritas, kenapa yang menyebarkan gak diusut dan ditindak????
Siapapun dia yang punya akses ke foto tersebut bisa disinyalir memiliki kaitan dengan #MesinPolitik yang sedang berebutan istana. Bisa 01 bisa 02. Saya tidak mau menuding ke satu pihak.
Tapi yang pasti, secara legal formil, polisi sebagai aparat hukum berkewajiban menyimpan alat bukti itu rapat-rapat untuk kebutuhan penyidikan, penyelidikan dan persidangan. Bukan untuk disebarkan ke publik lewat media pers ataupun media sosial.
Kedua soal wanita cepu yang tasnya ada di foto tapi orangnya tidak ada. Semula disebutkan hanya ada Andi pada saat penangkapan. Tapi kemudian polisi bilang ada perempuan di sana.
Kehadiran sang wanita terkesan disembunyikan. Padahal, kalau dibanyak kasus penangkapan, wanita ini ibaratnya 'bumbu penyedap' buat pelaku narkoba dan korupsi. Akan lebih sedap buat mesin politik menggoreng kasus hukum kalau ada wanita di dalamnya. Tapi ini kok disembunyikan?
Menurut Ketua Indonesia Police Watch (IPW), dia itu cepu atau informan polisi? Kalau benar, berarti ada sesuatu yang dirancang sebelum polisi datang menyergap.
Nah, kalau disembunyikan begini, lantas bagaimana gelar perkaranya nanti? Siapa wanita itu, mengapa dia ada di situ, apa yang dia lakukan di TKP, sebagai mitra atau musuh pelaku dan seterusnya.
Kalau dugaan IPW benar, jangan-jangan sekarang ada banyak cepu wanita yang sedang ditugasi menempel pejabat politik jelang pemilu 2019. Serem kan?
Dan berhubung AA adalah politisi terkenal yang sempat bikin heboh publik lewat drama jenderal kardus dan 7 kontainer surat suara, status hukumnya bikin ribut. Ditahan salah, dibebaskan salah.
Ketiga, soal status Andi Arief. #MesinPolitik oposisi segera memposisikan AA sebagai korban. Agar muncul simpati dan serangan ke lawan politiknya.
Sejak kapan pengguna narkoba jadi korban? Dia pengguna loh. Orang yang menikmati barang haram. Dia bersalah karena menjebloskan dirinya ke dalam jurang narkoba. Jangan kemudian dikomunikasikan seolah dia korban dari lingkungan apalagi kebijakan.
Andi Arief adalah orang dewasa, politisi yang disebut pintar dan aktifis reformasi yang pemberani. Dia tahu narkoba itu barang haram dan merusak. Sebagai orang partai, mestinya dia menghancurkan barang itu, bukan malah menghisapnya.
Tidak ada sedikit pun keteladanan yang layak ditiru dari seorang pengguna narkoba. Dia bukan hanya merusak dirinya sendiri, tapi juga mempermalukan keluarganya. Karenanya dia lebih layak disebut pengguna, bukan korban.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews