Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) bukan kegiatan literasi biasa. Sepuluh mentor berbagi sekaligus mendapatkan ribuan hal baru dari para peserta.
Tiba-tiba empat anak itu berlompatan ke arah Arbain Rambey. Matanya tertuju pada mesin mirip benda UFO yang mengeluarkan suara bak ribuan anak lebah yang terbang mendekat. Bergemuruh kecil. Sedikit melengking.
Salah satu anak melompat-lompat tiada henti. Hampir saja benda itu disundulnya ketika mulai terbang setinggi kepala orang dewasa.
"Jangan... Jangan..." teriak Arbain pelan. Kata-kata yang hanya jadi angin lalu buat anak itu. Dia terus melompat. Sesekali tangannya hendak meraih benda itu.
Arbain Rambey, sang fotografer begitu antusias merekam momen demi momen di desa Femilau dan Binuang kecamatan Krayan Tengah. Termasuk ketika mengabadikan Binuang dan bandara Samuel Tipa Padan menggunakan drone pagi itu. Yang ditemani oleh derai tawa dan lompatan gembira empat anak Dayak usia balita sampai kelas 2 SD.
Selama sepekan, fotografer top itu menjelajahi dua desa di perbatasan itu, mengabadikan landscape yang indah nan penuh dengan tumbuhan. Hijau sepanjang mata memandang. Tak salah jika wilayah ini masih menyandang status sebagai the heart of Borneo, paru-parunya dunia.
Selain memotret alam, Arbain juga mengabadikan kegiatan Batu Ruyud Writing Camp selama sepekan. Ribuan gambar dan video sudah tersimpan sebagai bukti literasi menyeruak dari wilayah pedalaman nan terpencil. Yang hanya bisa dijangkau oleh pesawat kecil seminggu dua kali. Arbain juga memberikan pelatihan kepada para siswa SMP, para kepala desa, camat, dan bahkan para petani. Kita boleh berharap, literasi gambar sebagai bagian dari dokumentasi terpenting, bisa lahir dari Krayan Tengah.
Ratusan kamera HP kini sudah terus menerus merekam momentum penting di sana. Suatu hari mungkin mereka tak perlu kehadiran Arbain, karena mereka sudah piawai melakukannya.
Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) bukan kegiatan literasi biasa.
Selain tempatnya yang unik, di jantung pulau Kalimantan, pusatnya Dayak Lundayeh bermukim dengan segala kearifan lokalnya, BRWC juga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan kebijaksanaan.
Sepuluh mentor berbagi sekaligus mendapatkan ribuan hal baru dari para peserta.
"Acara di Femilau kemarin luar biasa bagiku dan batinku....terima kasih Pak Yansen, Pepih, Dodi dan Pak Masri..." tulis Arbain setelah kami semua kembali ke Jakarta.
Kami akan kembali dan terus berliterasi.
Untuk masa depan anak-anak negeri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews