Jangan Sowan Rama Kiai Dulu di Saat Pandemi

Keadaan pandemi di negeri kita dalam minggu ini sedang dalam kondisi yang amat memburuk. Kita harus ikhtiar sebaik dan semampu mungkin untuk menghindarkan diri dari pandemi ini.

Selasa, 13 Oktober 2020 | 09:58 WIB
0
180
Jangan Sowan Rama Kiai Dulu di Saat Pandemi
Ilustrasi silaturahmi (Foto: NU Online)

Melihat kondisi Covid yang kian memburuk akhir-akhir ini dan beberapa masyayikh dan kiai kapundut karena Covid, saya menganjurkan beberapa hal berikut ini.

Pertama, hentikan sementara kegiatan sowan dan ziarah ke ndalem para rama kiai. Jika kita benar-benar mencintai dan menyayangi para kiai dan masyayikh, maka sudah seharusnya wujud kecintaan kita itu adalah dalam bentuk menghentikan untuk sementara kegiatan sowan kepada beliau. Tunda sowan kiai sampai keadaan normal.

Umumnya, para masyayikh dan kiai ini sudah sepuh, dan tentu saja sangat rentan untuk tertular virus ini. Sementara yang sowan para kiai ini sebagian besar adalah orang-orang yang masih cukup muda umurnya, sehingga bisa saja mereka ini adalah pembawa virus dengan tanpa gejala alias OTG.

Kedua, jika karena keadaan yang memaksa kita bertemu dengan rama kiai, sebaiknya jangan berjabat tangan, apalagi cium tangan. Saya tahu, keinginan para santri mencium tangan kiai sangat besar, tetapi jika kita benar-benar menyayangi kiai, hentikan kegiatan mencium tangan kiai untuk sementara waktu.

Ketiga, kita sebaiknya menghentikan atau mengurangi untuk sementara waktu acara-acara yang mengundang keramaian dan berkumpulnya para jamaah. Acara walimah pernikahan tetap bisa dilaksanakan, tetapi tolong jangan mengundang rama kiai dan bunyai, untuk sementara waktu. Untuk tabarrukan, cukup diberikan kabar saja kepada beliau seraya meminta doa dan pangestu.

Kebiasaan baru ini harus kita jalankan sampai beberapa bulan, mungkin bahkan setahun mendatang, hingga keadaan benar-benar normal dan kurva Covid-19 melandai di Indonesia.
Para santri yang kebetulan sudah balik ke pesantren, mereka harus dijaga dengan ketat, dengan menerapkan protokol kesehatan yang standar.

Sebaiknya, pesantren tidak mengisi ruangan yang tersedia secara penuh. Jika bisa, diusahakan, kapasitas dikurangi hingga separoh atau malah lebih rendah lagi, sehingga memungkinkan adanya penjarakan.

Para sedherek, keadaan pandemi di negeri kita dalam minggu-minggu ini sedang dalam kondisi yang amat memburuk. Kita harus ikhtiar sebaik dan semampu mungkin untuk menghindarkan diri dari pandemi ini. Selebihnya, kita serahkan kepada Allah.

***