Malahan direkomendasikan bagi penyintas covid yang sudah mendapat imunitas alam untuk vaksinasi seperti mereka yang belum pernah kena covid.
Saya bukan ingin menggugat kebijakan pemerintahan tentang covid atau mbalelo sok-sokan paling tahu. Saya justru takut kalo ngutak ngatik soal covid ini bisa kena tulah. Mungkin ini takhayul, tapi tetap menakutkan.
Jadi yang mau saya tulis berikut ini bukan untuk "menantang" sang covid, tapi sekedar untuk mengeluarkan uneg-uneg belaka. Uneg-uneg yang saya sampaikan dengan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan pertama, berapa lama vaksin covid ini memberikan kekebalan (imunitas)? Seumur hidup, 10 tahun, 1 tahun, 6 bulan, 3 bulan, 1 bulan? No one can give an assured answer.
Fakta yang ada orang diharuskan vaksinasi minimal 2 kali, malahan sekarang harus vaksinasi ketiga kali dengan booster.
Fakta yang juga mengemuka, orang yang sudah 2 kali vaksinasi tertular oleh covid. Jadi, pertanyaan "berapa lama vaksin covid ini memberikan kekebalan" ini sangat relevan.
Pertanyaan kedua, bagi penyintas covid yang mendapat kekebalan alamiah (natural immunity) berapa lama kekebalan ini bertahan? Seumur hidup, 10 tahun, 5 tahun, 1 tahun, 6 bulan, 4 bulan, 1 bulan?
Tak seorang ilmuwan pun yang dapat memberikan jawaban yang tegas. Malahan direkomendasikan bagi penyintas covid yang sudah mendapat imunitas alam untuk vaksinasi seperti mereka yang belum pernah kena covid.
Sebenarnya, masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain seputar covid ini. Tapi untuk sementara cukup dua pertanyaan ini saja. Mudah-mudahan bisa dijawab oleh para peneliti virologi dengan lugas dan jujur.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews