Peribahasa ”waktu adalah uang” tak sepenuhnya tepat. Waktu, sebagai sumber daya yang paling jarang, jauh lebih berharga daripada uang.
Saudaraku, degup jantung kita ibarat detak waktu, yang setiap detiknya mengabarkan kehilangan dan penantian. Yang berlalu adalah kekinian yang lekas silam. Yang mendatang adalah kekinian yang lekas menjemput. Kemarin dan hari esok ditentukan hari ini.
Dengan angin keburukan yang kita tabur hari ini, masa lalu jadi hantu, masa depan menuai badai. Dengan biji kebaikan yang kita tanam hari ini, masa lalu jadi lumbung keagungan, masa depan menyongsong panen kebahagiaan.
Hadapilah tantangan masa depan dengan merebut hari ini. Jika pandangan kita ke depan digayuti kabut kerisauan dan pesimisme, sebab utamanya karena kita berhenti menanam benih harapan untuk masa depan.
Banyak orang menyia-nyiakan waktu, seolah waktu itu berlimpah, berputar melingkar.
Sesungguhnya, waktu itu ibarat aliran sungai. ”Tak ada seorang pun bisa melintasi sungai yang sama dua kali,” ujar Heraclitus. Sungai terus mengalir, manusia terus berubah.
Waktu adalah milik kita yang paling berharga. Dalam kaidah ekonomi, makin jarang sesuatu dan makin sering digunakan, maka akan semakin bernilai.
Emas, misalnya, cadangannya terbatas, tetapi banyak digunakan, maka nilainya sangat tinggi. Kebanyakan hal yang bisa dimiliki bisa diisi ulang. Cadangan berlian dan emas bisa ditemukan, uang bisa dicetak kembali, tetapi tidak dengan waktu. Waktu yang hilang tidak tergantikan.
Peribahasa ”waktu adalah uang” tak sepenuhnya tepat. Waktu, sebagai sumber daya yang paling jarang, jauh lebih berharga daripada uang.
Dalam penggunaan waktu juga berlaku prinsip ”opportunity costs”. Bahwa apa pun yang kita pilih untuk diperbuat berisiko hilangnya kesempatan melakukan hal lain.
Dengan uang, kita memiliki pilihan konservatif dengan menyimpannya di bank, tetapi tidak dengan waktu. Kita menghabiskan waktu setiap saat. Kita ”adalah jam yang setiap saat waktu berkata sendiri”, ujar Shakespeare.
Waktu bukanlah keabadian, sekadar labirin tanda tanya yang di setiap ujung jeda dan pintunya selalu sisakan misteri. Akan tetapi, setiap jejak tidaklah sia-sia.
Seperti samudra bermula dari tetes air. Setiap darma memberi harapan masa depan. Lukisan masa depan adalah pilihan kita menggoreskan warna pada kanvas masa kini.
(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews