Masyarkat kita sudah tidak asing lagi dengan jual-beli online. Mereka mengikuti era digital dengan memanfaatkan kemudahan untuk membuka pluang bisnis jual-beli online. Segala macam barang bisa dijajakan secara online. Tranfer uang, barang akan nyampai sesuai alamat. Bahkan anak-anak muda atau generasi milenial sangat menggandrungi atau kranjingan dengan jual-beli online.
Rupanya kemudahan jual-beli online juga terjadi dalam dunia prostitusi atau dengan motto, "Anda puas,Kami senang". Prostitusi online juga bisa memangkas biaya fee atau potongan yang sering diterapkan oleh mucikari atau germo. Yang terkadang sering merugikan karena potongannya terlalu besar.
Dengan menjajakan tubuh secara online, perempuan yang menekuni profesi seperti itu bisa langsung kontak dengan pelanggan tanpa perantara. Biasanya hanya diawal saja pakai perantara, selanjut jalan sendiri, potong kompas.
Dunia artis dikejutkan dengan ditangkapnya Vannesa Angel yang diduga terlibat prostitusi online di hotel Surabaya. Di sini tidak akan membahas, apakah itu perbuatan dosa atau tidak. Tidak membahas moral. Urus sendiri-sendiri sajalah itu, Bro.
Dunia prostitusi memang selalu menarik, sekalipun ada yang membencinya. Ada yang bilang perempuan yang terjerumus "berlumur dosa" menandai tidak akan habisnya profesi paling purba ini. Selalu ada yang membutuhkan jasanya. Dari masyarakat bawah, sampai level pejabat negara. Seperti sebait lirik lagu Kupu-Kupu malam: "Ada yang benci dirinya, ada yang butuh dirinya".
Sebenarnya alasan hukum polisi menangkap artis yang menjalani profesi jual-beli sarang burung walet itu apa? Toh tidak ada yang dirugikan dan dilakukan bukan di tempat ditengah-tengah masyarakat seperti prostitusi di kalangan masyarakat bawah. Seperti dulu Dolly, Saritem atau Kalijodo.
Prostitusi artis atau mahasiswi ini termasuk prostitusi kalangan atas, yang transaksinya hanya di kalangan terbatas dan dilakukan di hotel mewah. Polisi biasanya berdalih melaksanakan undang-undang karena prostitusi itu dilarang.
Kalau dalam narkoba, pengguna bisa direhabilitasi. Tapi dalam prostitusi tidak ada aturan direhabilitasi. Hanya untuk prostitusi kelas bawah, memang ada pembinaan keterampilan.
Seringkali dalam prostitusi yang menjadi terhukum atau yang biasanya ditangkap dan diproses secara hukum oleh polisi hanya ditimpakan kepada wanitanya. Laki-laki hidung belang yang menggunakan jasanya tidak pernah diproses secara hukum, mereka bisa bebas tanpa menanggung malu atau sanksi sosial dari masyarakat.
Inilah sisi kelemahan penegakan hukum dalam dunia prostitusi. Yang dihukum hanya penjualnya. Pembelinya tidak dihukum. Bisa-bisa pembeli dianggap sebagai korban, seperti dalam narkoba.
Kalau di negara Europa ada yang sudah menerapkan sanksi kepada pelanggan atau pengguna jasa dari prostitusi diproses secara hukum, dan diumumkan kepada publik. Dan cara ini cukup ampuh membuat laki-laki hidung belang menanggung malu dan sanksi sosial. Terutama kepada pejabat negara atau elit politik yang suka membeli "sarang burung walet".
Belum pernah ada pihak laki-laki karena menggunakan jasa seorang wanita yang menjual sarang burungnya diproses secara hukum dan wajahnya diperlihatkan. Padahal ini juga bisa menjadi shock terapi bagi kaum laki-laki baik yang masih lajang atau yang sudah mempunyai istri.
Konon tarif artis Vannesa Angel 80 juta. Itu barang berlapis atau disepuh dengan emas, kok sampai mahal banget. Apa karena servis atau pelayanannya yang bikin lelaki hidung belang melek-merem berkali-kali?
Rasanya sama-bentuknya juga sama, tidak herizontal-pelayanannya juga kurang lebih sama-daya cengkramnya juga sama. Tapi kenapa kok mahal?
Yang menjadikan mahal tarifnya bukan karena barangnya berlapis emas 24 karat atau servisnya yang memuaskan, akan tetapi karena status artisnyalah yang bikin mahal. Dulu juga ada artis Anggita Sari yang ditangkap juga di Surabaya.
Dunia prostitusi bukan masalah ngangkang-mengangkang, tetapi juga terjadi persaingan yang ketat, layaknya dunia bisnis pada umumya. Kalau hanya ingin makan sate kambing, tidak harus membeli kambingnya atau memeliharanya, cukup beli satenya lebih praktis.
Begitulah kata orang-orang yang suka menggunakan jasa prostitusi.
"Anda puas, wahai Hidung Belang, kami pun senang".
Awas, kena gerebek polisi!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews