Tahun ini pemerintah menyarankan masyarakat untuk berlebaran di rumah saja. akan tetapi, masih ada yang bandel dan nekat untuk mudik. Padahal pergerakan massa seperti saat pulang kampung amat berbahaya karena bisa meningkatkan jumlah pasien corona. Dari pemudik yang dites massal, ketahuan sebagian dari mereka positif covid. Kita harus ekstra hati-hati agar tak tertular.
Kita sudah melewati 2 kali ramadhan dan lebaran di tengah pandemi, dan rasanya menyesakkan dada karena tidak bisa pulang ke kampung halaman. Akan tetapi, larangan pemerintah untuk tidak mudik harap dilihat sebagai sesuatu yang positif, karena serangan corona masih menggila. Daripada menularkan virus covid-19 ke orang tua di kampung, lebih baik sabar dan berlebaran di rumah saja.
Akan tetapi, ada sebagian masyarakat yang nekat untuk pulang kampung. Tim satgas covid-19 memperkirakan ada 7% warga sipil yang memilih untuk berlebaran di rumah orang tuanya. Ketika ada larangan mudik dan penyekatan jalan, mereka nekat beramai-ramai pergi dengan sepeda motor dan menerabas pembatas, dan tidak menghiraukan peringatan dari aparat yang berjaga.
Kenekatan para pemudik ini yang harus kita waspadai, karena pergerakan massa bisa menyebabkan klaster corona baru.
Apalagi jika mereka berasal dari wilayah zona merah, akan bisa membawa bibit virus covid-19 dan menularkannya di kampung. Jika ada banyak pasien corona baru, kapan pandemi akan berakhir?
Teori ini terbukti ketika ada pengetesan rapid massal kepada para pengendara yang nekat untuk mudik. Sebanyak 4.000 orang positif corona dan harus isolasi mandiri. Jika mereka marah saat dicegat petugas, maka sebenarnya malah diselamatkan. Karena ketahuan kena corona sejak awal dan bisa diobati agar lekas sembuh.
Para pemudik yang positif corona tidak merasakan gejala apa-apa alias jadi OTG. Bayangkan jika mereka tidak dites secara acak lalu menularkan corona pada orang tuanya. Maka penularan akan makin menghebat dan mereka yang sudah sepuh bisa dengan mudah drop, lalu kemungkinan terburuknya adalah meninggal dunia. Karena rata-rata orang tua sudah punya penyakit bawaan.
Untuk mencegah ledakan covid, selain taat untuk berlebaran di rumah saja, kita juga harus tegas dalam menolak kedatangan tamu. Walau tetangga sendiri, maka umumkan dengan ketulusan hati bahwa tahun ini tidak ada open house, karena takut menimbulkan kerumunan dan tak bisa menjaga jarak. Lebih baik mencegah penularan corona dari lingkungan terdekat daripada mengobatinya.
Untuk menggantikan silaturahmi, maka selain video call, kita juga bisa mengirim parcell atau hantaran makanan kepada tetangga, rekan kerja, atau saudara. Mereka akan sangat senang karena mendapatkan kejutan manis. Dengan cara ini, maka tali silaturahmi masih terjaga dan juga berpahala karena membuat orang lain bahagia.
Cara lain untuk mencegah penularan corona saat libur lebaran adalah dengan berdisiplin untuk di rumah saja. Meski ada restoran, Mall, dan tempat umum lain yang buka, tetapi kapan-kapan sajalah pergi ke sana atau menunggu pandemi selesai. Karena di tempat seramai itu, kita tidak bisa menjamin apakah ada OTG. Selain itu, hal ini termasuk protokol kesehatan 5M yakni menghindari keramaian.
Mencegah penularan corona dengan tidak makan bersama di restoran wajib ditaati. Karena saat mengkonsumsi nasi dan kawan-kawan, otomatis akan melepas masker. Jika ada 1 saja OTG di sana, apa mau tertular virus covid-19? Jadi lebih baik delivery order daripada dine in.
Ingatlah bahwa jumlah pasien corona di Indonesia masih 1,7 orang dan jangan sampai Anda jadi pasien berikutnya. Sayangilah nyawa satu-satunya dengan menaati aturan: tidak pulang kampung, tidak mengadakan open house, dan mengurangi bepergian keluar rumah. Taatilah protokol kesehatan dan semoga kita semua bebas corona.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews