Hanya dengan kejernihan berfikir seseorang bisa adil sejak dalam pikiran tanpa ada kabut kebencian dan kecintaan.
"Kebencian dan Kecintaan".
Dua kosakata yang berlawanan diatas mempunyai satu pesan "jangan berlebihan". Maksudnya, kalau lagi benci atau cinta kepada seseorang jangan berlebihan, sewajarnya saja.
Karena bisa jadi kebencian bisa mengubah menjadi suka atau kecintaan bisa berubah menjadi benci.
Kebencian atau Kecintaan ini tidak terkait soal asmara atau percintaan. Namun lebih bersifat luas.
Setiap orang adakalanya mempunyai idola kepada tokoh, baik tokoh agama atau politik atau tokoh apapun dan sering kali dipujanya setinggi langit tanpa cela.
Orang bisa suka kepada tokoh agama atau politik atau tokoh apapun, banyak sebab. Bisa jadi karena ide atau pemikirannya. Atau bisa karena membaca buku dan terpengaruh oleh gagasan atau ide pemikirannya. Atau karena kesamaan keyakinan atau pandangan politik, atau bisa sebab lainnya.
Begitu juga sebaliknya, kebencian seseorang kepada tokoh agama, politik atau tokoh apapun juga banyak sebab.
Nah, supaya rasa kebencian dan kecintaan tidak menjadi racun dan virus dalam otak atau hati (abstrak), maka dibutuhkan kesadaran atau adil sejak dalam pikiran untuk menilai sesuatu.
Adil sejak dalam pikiran dibutuhkan untuk menilai secara jujur kepada seseorang yang disukai atau dibencinya.
Ucapan atau kata-kata yang keluar dari mulut baik ucapan yang punya makna suka atau pujian dan rasa benci, sebelumnya sudah tertanam atau diproses dalam otak.
Kalau dalam otak sudah ada rasa suka, mulut hanya menyuarakan saja. Begitu juga sebaliknya rasa benci.
Adil sejak dalam pikiran hanya bisa dilakukan kalau bisa jujur kepada diri sendiri dan tidak membohongi nurani.
Adil sejak dalam pikiran juga bisa dilakukan kalau bisa mengendapkan rasa benci dan cinta yang berlebihan. Semua ini dilakukan supaya otak atau nurani bisa menjadi jernih.
Hanya dengan kejernihan berfikir seseorang bisa adil sejak dalam pikiran tanpa ada kabut kebencian dan kecintaan.
Kabut kebencian dan kecintaan harus dinetralkan supaya adil sejak dalam pikiran.
Di dunia medsos ada kubu-kubu atau dukung-mendukung kepada tokoh politik atau agama.
Sebagai contoh, Rocky Gerung. Bagi pendukung Jokowi, Rocky Gerung tidak disukai atau tidak menjadi tokoh idola. Setiap ucapan atau kata-kata nya yang keluar dari Rocky Gerung dianggap negatif dan menyerang kebijakan pemerintah.
Tetapi apakah semua yang keluar dari mulut Rocky Gerung adalah salah semua dan tidak ada benarnya.
Nah, untuk menilai itu dibutuhkan adil sejak dalam pikiran.Rasa benci kepada Rocky Gerung harus dinetralkan lebih dulu. Supaya bisa jernih menilai ucapan atau kata-katanya.
Setiap orang punya potensi salah dan benar. Tokoh idola tidak selamanya benar. Pasti ada sisi kesalahannya. Tokoh yang dibenci tidak selamanya salah, tapi juga ada sisi kebenarannya.
Apakah kita berani jujur dan mengakui kebenaran yang keluar dari mulut orang yang kita benci?
Apakah kita berani jujur dan mengakui kesalahan yang keluar dari mulut orang yang kita cintai dan puja?
Cintai dan benci sewajarnya saja. Baik kepada yang dibenci atau dicintai. Ambil dan akui kebenaran sekalipun keluar dari mulut orang yang kita benci.
Dan buang suatu yang salah atau tidak benar, sekali pun keluar dari orang yang kita cintai dan puja.
Untuk melihat dasarnya kolam, ada syaratnya yaitu air harus jernih.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews