Apa yang terjadi-suami atau laki-laki tersebut seolah tidak berdaya dan tidak punya tenaga untuk melerainya. Mirip harimau jantan tersebut "plonga-plongo".
"Witing tresno jalaran soko kulino-Ilange tresno jalaran ono wong liyo".
Ungkapan bahasa Jawa diatas mempunyai makna atau arti bahwa seseorang bisa jatuh cinta atau tumbuh rasa cinta karena sering ketemu dan rasa cinta dan sayang juga bisa hilang karena hadirnya orang lain atau sering disebut "pihak ketiga".
Jadi datangnya jatuh cinta bukan hanya berawal dari pandangan pertama semata tetapi juga bisa dari kebiasaan bercanda atau sering bertemu. Mulanya biasa saja. Akhirnya keterusan dan saling jatuh cinta.
Seperti dalam tembang atau kidung dengan judul "Lingsir Wengi" yang konon merupakan karya Sunan Kalijaga (Kalijogo). Kidung tersebut menceritakan orang yang sedang dimabuk asmara, juga berawal dari bercanda dan akhirnya tumbuh rasa cinta.
Inilah penggalan tembang Lingsir Wengi:
"Kawitane mung sembrono njur kulino". (awalnya-hanya bercanda terus terbiasa).
"Ra ngira yen bakal nuwuhke tresno". (tak menyangka kalau akan menumbuhkan rasa cinta).
"Nanging duh tibane aku dewe kang nemahi". (tetapi pada akhirnya-aku sendiri yang mengalaminya).
Jadi tembang "Lingsir Wengi" yang pernah menjadi soutrack lagu dalam film Kuntilanak bukan untuk mengundang setan gentayangan penunggu tempat keramat.
Dua isan yang berlainan jenis kalau sedang di mabuk asmara tentu akan menaikan libido karena didorong hormon testoteron dan estrogen. Dan tidak akan menimbulkan masalah kalau dua insan tersebut statusnya lajang dengan lajang atau belum mempunyai ikatan pernikahan.
Akan timbul masalah kalau salah satu punya ikatan pernikahan dengan lanjang atau dua-duanya sama-sama punya ikatan pernikahan, bukan hanya "banjir sperma" tetapi bisa banjir darah. Lihatnya tayangan berita-berita pembunuhan yang berawal dari kasus percintaan.
Janur kuning yang sudah melengkung pun tidak menghalangi sebagian orang untuk memasuki wilayah yang sakral ini. Bahkan janur kuning pun diacak-acak dan dirusak. Tentu ada pihak yang tersakiti.Ojo ngrusak pager ayu.
Hari-hari ini ada berita perselingkuhan yang jadi trending topik yang menghiasi media online. Warganet atau publik pun ramai-ramai merajam pihak wanitanya dengan sebutan pelakor. Stigma negatif tertuju padanya. Seolah-olah kesalahan hanya ada pada sang wanita. Dan laki-lakinya melenggang bebas. Padahal laki-lakinya juga termasuk "Garangan" yang menyukai atau menggerogoti jeroan-entah jeroan apa.
Pernahkah melihat dua betina harimau bertengkar hebat dan disaksikan oleh harimau jantan?Ternyata harimau jantan tersebut tidak berusaha melerai dengan naluri atau instingnya tetapi malah plonga-plongo seperti kebingungan harus berbuat apa.
Baca Juga: Nissa Sabyan yang Merebut Suami Orang, Nissa yang Tak Perlu Dibela
Dan kita sering menyaksikan dua wanita yang bertengkar hebat saling jambak dan pukul hanya karena ingin mempertahankan rumah tangganya dan satu pihak ingin merebut lelaki tersebut. Apa yang terjadi-suami atau laki-laki tersebut seolah tidak berdaya dan tidak punya tenaga untuk melerainya. Mirip harimau jantan tersebut plonga-plongo.
Kalau suamimu biasa memanggil dengan sebutan "mama" dan tiba-tiba berubah menjadi "umi" maka-waspadalah!
Begitu juga sebaliknya kalau istrimu biasa memanggil dengan sebutan "ayah atau papa" dan tiba-tiba berubah menjadi "dedy", maka-waspadah!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews