Dulu ada anggapan kalau anak kecil atau bocah menceritakan sesuatu pasti dianggap benar, bukan berbohong. Apa yang diomongkan oleh anak kecil atau bocah dianggap benar atau jujur, bukan sesuatu yang mengada-ada atau karangan. Karena anak kecil atau bocah tidak bisa mengarang cerita atau berbohong. Anak kecil atau bocah ucapannya menjadi simbol kejujuran.
Akan tetapi kondisi sekarang sudah berubah, bocah dulu dan bocah sekarang sangat berbeda.
Bocah sekarang sudah pinter berbohong, tentu tidak semua bocah berbohong. Dan anak-anak sekarang pandai mengarang cerita. Kalau berbohong anak-anak atau bocah sekarang sudah menyiapkan alibi atau alasannya. Bahkan gesture atau mimik mukanya benar-benar meyakinkan. Kalau pun ketahuan berbohong, anak-anak atau bocah itu masih tetap tidak mengaku berbohong.
Baru-baru ini di media sosial marak berita penculikan kepada anak-anak. Sampai-sampai Mabes Polri harus turun tangan untuk menyelidiki maraknya pemberitaan penculikan anak. Dan ternyata "hoax" atau berita bohong. Akhirnya Mabes Polri menangkap penyebar berita bohong atau hoax untuk menghindari keresahan dari masyarakat.
Nah, di Mojokerto ada seorang anak SD kelas V usia 9 mengaku diculik oleh dua orang pria waktu pulang dari mengaji. Tempat kejadiannya di di Dusun Tegalsari, Desa Jabon, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto pada Minggu (4/11/2018) sore.
Anak itu mengaku dibawa pelaku ke rumah kosong di blok A 2 No 34, Perumahan Griya Permata Meri, Kelurahan Meri, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto.Rumah ini sebenarnya rumah kosong yang tidak ditempati.
Terus, anak itu mengadu ke ibunya. Bersama ibunya, ia melapor ke kantor polisi atas kasus penculikan tersebut. Dan anak itu menceritakan dengan urut peristiwa kejadian tersebut dihadapan polisi. Bahkan sampai ia bisa lolos dari sekapan penculik juga diceritakan kepada polisi. Menurut pengakuan anak itu, ia bisa melarikan diri karena sang penculik lengah.
Akan tetapi, setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan terkait penculikan tersebut menemukan fakta atau bukti-bukti adanya kejanggalan atau tidak kesesuaian antara fakta di lapangan dengan cerita sang anak tersebut.
Berdasarkan bukti CCTV, polisi menduga kejadian penculikan tersebut bohong atau tidak ada penculikan. Sekalipun polisi sudah menemukan bukti di lapangan, bahwa tidak ada penculikan, tetapi polisi masih berhati-hati untuk menentukan proses selanjutnya. Karena ini menyakut anak yang masih usia 9 tahun. Bahkan polisi meminta bantuan kepada psikolog untuk mengetahui kejiwaan anak tersebut.
Kalau pun terbukti anak itu berbohong dan mengarang cerita penculikan, tidak mungkin di proses hukum layaknya anak dewasa.
Kasus anak SD mengaku diculik dan ternyata itu hanya karangan atau bohong, bukan kali ini terjadi.
Beberapa tahun yang lalu anak SD (wanita) di Jakarta juga mengaku mau diculik oleh pengendara mobil. Dan ia bersama gurunya melaporkan ke polisi. Oleh polisi setelah dilakukan penyelidikan dan dari bukti CCTV ternyata tidak ada upaya penculikan seperti pengakuan anak tersebut. Sampai akhirnya pihak sekolah meminta maaf kepada pihak polisi.
Kalau anak kecil atau bocah sudah tidak bisa menjadi simbol kejujuran, masih ada satu lagi simbol kejujuran yang masih terisa, yaitu ocehan atau ucapan orang mabuk.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews