Si wanita yang berstatus sosial jauh lemah ya memendam rasa saja, sambil berupaya mencari pekerjaan lain yang cukup sulit di zaman sekarang ini.
Menurut saya, kasus pelecehan seksual ini sangat sulit. Sulit untuk dicari pembuktiannya. Nyaris mustahil si pelapor punya rekaman video pada saat si pelaku meremas-remas payudaranya, misalnya. Kecuali kalo kebetulan di situ ada CCTV yang merekamnya. Tapi si pelaku (yang nota bene adalah bos dari si pelapor) tentu tidak bodoh melakukan pelecehan seksual di bawah sorotan CCTV. Dia pasti melakukannya di ruangan tertutup yang bebas dari CCTV.
Banyakkah bos-bos yang punya hobi melecehkan seksual kepada karyawan wanitanya?
Menurut saya, cukup banyak, meskipun saya tidak punya bukti untuk itu. Karyawan wanita yang cuma "sekedar" diraba-raba anggota tubuhnya, mungkin hanya memendam rasa karena toh dia membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi dirinya atau keluarganya. Tidak pernah terpikir untuk melaporkan kapada polisi untuk perbuatan tak senonoh ini. Karena urusannya jadi panjang, harhs dipanggil bolak-balik ke kantor polisi, tuduhan dia memfitnah atau memeras bosnya, kemungkinan dipecat dari pekerjaannya dsb.
Masih ingatkah Anda kasus tuduhan pelecehan seksual kepada pengacara papan atas Hotman Paris oleh salah seorang aspri (asisten pribadi)-nya. Apa yang terjadi kemudian. Si aspri yang cantik dan seksi langsung mengkeret kena ancaman mantan bosnya. Istilahnya ini semut melawan raksasa. Apalagi setelah "ditelanjangi" latar belakang kehidupannya yang tidak suci-suci amat, misalnya kata HP dia itu janda beranak satu, pekerjaannya jadi pemandu karaoke, kira-kira seperti itu.
Anda mungkin juga pernah mendengar cerita pelecehan seksual yang dilakukan oleh konglomerat besar Donald Trump (sebelum dia jadi presiden). Dengan entengnya dia menggerayangi selangkangan karyawan wanitanya, kadang-kadang disaksikan oleh karyawan lainnya. Dengan entengnya dia menceritakan "dirty jokes" kepada teman-teman bisnisnya tentang cewek A, B atau C yang sudah dicicipinya sambil ketawa-ketawa.
Ini dua contoh tentang betapa powerful-nya mereka melakukan pelecehan seksual tanpa takut mendpt sanksi hukum, apalagi sanksi sosial. Si wanita yang berstatus sosial jauh lemah ya memendam rasa saja, sambil berupaya mencari pekerjaan lain yang cukup sulit di zaman sekarang ini. Artinya tidak mungkin dia resign begitu saja gara-gara pelecehan seksual.
Jadi, terhadap kasus pelecehan seksual Julianto Eka Putra yang sedang bergulir di pengadilan sekarang, saya katakan ini kasus yang sulit sekali bagi pelapor untuk menang.
Karena apa? Karena barang bukti sangat lemah. Saya mendengar waktu korban melapor kepada polisi, dia disuruh visum sebagai persyaratan hukum. Tapi apanya yang mau divisum kalo cuma diraba-raba payudaranya.
Andaikata pun ada "pemerkosaan" visum ini tidak bermakna kalo kejadiannya sudah 1-2 tahun yang lalu. Belum lagi, argumentasi pembela hukum "suka sama suka" (consensual sex) kalo si pelapor sudah bukan di bawah umur. Pokoknya sulit banget dibuktikan pelecehan seksual ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews