Itu yang mungkin disebut doktor ilmu politik teranyar dari UGM, DR. Willy Purna Samadhi, sebagai disorientasi. Lebih dalam rangka konsolidasi elite. Bukan konsolidari masyarakat warga.
Kita terus akan sibuk dengan perdebatan demi perdebatan, yang pada dasarnya lebih karena suka dan tidak suka. Bukan karena sama-sama suka atau sama-sama tidak suka. Bayangkan kalau kita berdebat dengan asyik mengenai tongseng kambing yang sama-sama kita sukai karena lezatnya.
Tidak untuk pansos, apalagi untuk membranding diri, dengan menyuruh anak buah membelikan makanan apa yang disukai Remy Sylado yang lagi terbaring sakit. Dan kemudian "videokan itu semua, nanti aku lihatnya!"
Benar-benar sesuatu yang susah dipahami, yang dalam istilah Yunani disebut; esoteris, atau esoterik. Ditulis disebuah jurnal pula.
Bagi mereka yang dapat duit sebagai konsultan politik, pasti bisalah melakukan teori dan strategi marketing kek gitu. Hanya dibutuhkan ke-tega-an. Sebagaimana mereka bisa membuat yang nothing menjadi winner dalam kontestasi politik.
Tapi ada yang tak lebih dari dua bulan, sejak dilantik jadi pejabat pemerintah, ketangkep KPK. Itu mah bukan demokratisasi.
Jika pun berdalih mendidik kesadaran politik warga-negara, cara yang ditempuh penuh kelindan, yang dalam istilah Remy Sylado, tidak sangkil dan mangkus. Karena rakyat hanya diperbodoh dan dipermainkan.
Itu yang mungkin disebut doktor ilmu politik teranyar dari UGM, DR. Willy Purna Samadhi, sebagai disorientasi. Lebih dalam rangka konsolidasi elite. Bukan konsolidari masyarakat warga.
Tidak hanya dalam politik, melainkan juga dalam sastra pun, senirupa pun, komunitas minuman sachetan pun. Ahay, sakit!
Rhoma Irama, dalam lagu 'Misteri Cinta' seolah filsuf Indonesia Kuno bersabda; "Siksa derita dan seribu bahagia terpendam dalam misteri cinta, banyak manusia yang dibuai dan dilanda tanpa tahu hakikinya cinta." Ah, ah, ah, ndangdhut emang ndhutndang!
Sunardian Wirodono
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews