Bali Democracy Forum adalah ajang tahunan yang digelar di Pulau Dewata, yang mempertemukan negara-negara di Asia yang berazas demokrasi. Meski di tengah pandemi, Indonesia siap menyelenggarakan acara internasional ini sesuai dengan protokol kesehatan, sehingga patut untuk diapresiasi.
Sejak tahun 2008, di Pulau Dewata diselenggarakan Bali Democracy Forum, dan diadakan per tahun. Tujuan acara ini untuk memperkuat kapasitas demokrasi dan institusi demokrasi dengan diskusi lintas negara (Asia). Perwakilan dari negara-negara lain (datang dengan senang hati, karena bisa beraudensi sekaligus menikmati keindahan alam Bali.
Tahun 2021 masih pandemi tetapi Indonesia tetap menggelar Bali Democracy Forum, pada tanggal 9 Desember di Nusa Dua. Topik pada pertemuan tahun ini adalah membahas dampak pandemi Corona terhadap kemanusiaan. Hal ini dijelaskan oleh Teuku Faizasyah, Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik.
Teuku melanjutkan, meski di tengah pandemi, Bali Democracy Forum tetap diselenggarakan karena memakai sistem hybird. Maksudnya adalah sebagian peserta datang langsung ke lokasi dan sebagian mengikutinya secara virtual. Hal ini bisa meminimalisir resiko karena ruang pertemuan tidak penuh, sehingga bisa jaga jarak. Apalagi saat ini marak Corona varian omicron sehingga harus makin waspada.
Selain itu, semua peserta dan panitia pakai masker dan mematuhi protokol kesehatan lain. Semua orang juga harus melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) sebelum mendatangi Bali Democracy Forum, sehingga meminimalisir resiko terbentuknya klaster Corona baru. Pengetatan protokol kesehatan sangat penting untuk keamanan bersama.
Indonesia menyelenggarakan Bali Democracy Forum karena acara ini sangat penting. Temanya memang hampir sama dengan tahun lalu, tetapi kali ini lebih fokus ke aspek kemanusiaan terhadap dampak pandemi, terhadap upaya untuk memajukan keadilan ekonomi dan keadilan sosial.
Bali Democracy Forum diciptakan untuk membantu mewujudkan terbentuknya tata bangun demokrasi yang kokoh di kawasan, melalui praktik berbagi pengalaman dan praktik terbaik dengan menganut prinsip-prinsip persamaan, saling pengertian, dan menghargai.
Teuku melanjutkan, tema Bali Democracy Forum penting karena pandemi menyebabkan keterpurukan ekonomi dan sosial yang besar pada masyarakat di seluruh dunia. Dengan demikian, hal itu berdampak pada sistem demokrasi untuk bisa menjadi salah satu sistem pemerintahan yang efektif menjalankan fungsi pemerintahan.
Intinya adalah di tengah berbagai tantangan yang muncul di tengah pandemi, demokrasi sebagai salah satu tata kelola pemerintahan atau pilihan sistem pemerintahan diharapkan tetap memberikan yang terbaik sesuai dengan pemenuhan dasar kebutuhan manusia di bidang ekonomi dan keadilan sosial.
Pandemi memang tak hanya berlaku di Indonesia tetapi juga di dunia. Apalagi di kawasan Asia, dampaknya juga terasa, terutama di bidang ekonomi. Dampak pandemi bisa mengerikan jika tidak ada kerja sama antar negara. Sehingga Bali Democracy Forum penting untuk mewujudkan kerja sama dan solidaritas antar negara Asia.
Jika ada kerja sama maka dampak pandemi, terutama di bidang kemanusiaan, akan tidak terlalu terasa.Misalnya negara yang sudah bisa memproduksi vaksin Corona akan memprioritaskan negara lain yang jadi anggota Bali Democracy Forum. Selain itu, negara lain yang butuh bantuan obat-obatan, APD, alat kesehatan, atau yang lain, akan segera mendapatkan paket bantuan.
Bali Democracy Forum adalah ajang yang sangat bagus untuk mempererat persahabatan antar negara di kawasan Asia. Meski masih pandemi tetapi acara ini tetap diselenggarakan karena manfaatnya banyak, dan mengusung tema mengatasi dampak pandemi di bidang kemanusiaan. Publik tak usah takut karena Bali Democracy Forum diadakan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat.
Putu Prawira, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews