Menyusun Langkah Aksi Sederhana Menyelamatkan Sesama

Sejalan dengan ini, program "home farming" dikembangkan sehingga setiap rumah tangga desa memiliki beragam tanaman untuk menambah gizi keluarga dan vitamin.

Jumat, 20 Agustus 2021 | 08:43 WIB
0
192
Menyusun Langkah Aksi Sederhana Menyelamatkan Sesama
Gerakan menanam tanaman (Foto: DOk. pribadi)

Pak Gubernur dan Bupati serta anggota Satuan Tugas Covid-19 atau siapa saja yang tertarik menjadi bagian gerakan ini. Beberapa hari lalu, saya dikirimi link berita oleh seorang virolog terkemuka dari Eijman Institute for Molecular Biology. Mohon baca selengkapnya.

Artikel singkat ini membuat dahi saya berkerut. Pada kalimat pembuka ada kalimat yang menghentak.

In other words, a disease that no longer has an end in sight. “It’s much more likely now that this virus is going to be endemic. And I think we’re going to be dealing with this for not another few months or maybe another few years it might just be forever” said Dr. Paul Cook, East Carolina University professor of Medicine and Chief of the Division of Infectious Diseases.

Artinya, saat ini telah dapat diperkirakan bahwa Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia (pandemik) akan berubah menjadi endemik. Artinya, jangkauan penularannya hanya akan berputar-putar di negara tertentu atau wilayah tertentu saja. Katanya, “Saat ini semakin terlihat bahwa virus ini akan menjadi endemik. Dan saya pikir kita tidak hanya akan menghadapi keadaan ini selama beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun lagi, (tapi) mungkin selamanya,” kata Dr. Paul Cook, profesor Kedokteran Universitas East Carolina dan Kepala Divisi Penyakit Menular.

Waduh, di negara mana itu episentrum endemiknya? Bisa diperkirakan, negara-negara yang lemah dalam perang melawan virus, akan menjadi sasaran empuk terus menerus. Virus itu akan menjadikan negara-negara lemah sebagai "rumah" penularan mereka. Sedangkan negara-negra yang tangguh, relatif terbebas. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah negara yang lemah itu akan dikucilkan dari pergaulan dunia.

Pelaku perjalanan dari negeri ini dilarang masuk ke negara lain karena dianggap berbahaya karena berpotensi sebagai penular virus. Apalagi kalau sebuah bangsa dilabel sebagai bangsa tak disiplin menjalani protokol kesehatan, anti vaksin, dan tubuhnya rentan menjadi sarang virus karena tak bergizi dan kurang vitamin. Berabe deh.. 

Keadaan ini nampaknya mulai terlihat. Sejak pada Juli 2021, banyak negara yang mulai melarang masuk penduduk Indonesia ke negara mereka walaupun saat ini bersifat sementara. Coba lihat ini.

Oleh karena itu, kita perlu melakukan aksi penyelamatan bersama dalam menghadapi virus agar kita terbebas dari wilayah endemi dan tak dikucilkan. Bangsa ini bisa jadi akan tergerus bila kita tak bebenah diri. Perlu diingat, eksistensi bangsa bukan sekedar tanggung jawab pemerintah saja, namun tanggung jawab kita semua. Rejim pemerintah akan berganti lima tahun sekali. Namun bangsa ini harus terus hidup dan berkembang.

Apa yang harus dilakukan? Dalam pikiran sederhana, untuk mengatasi Covid-19, setidaknya ada tiga pilar penting yang harus ditumbuhkan, yaitu 1) membangun disiplin protokol kesehatan, 2) vaksinasi massal yang harus dilakukan cepat, dan 3) memperkuat ketangguhan tubuh dengan meningkatkan asupan gizi dan vitamin keluarga agar antibody/imunitas lebih kuat.

Namun, melakukan pilar pertama (mendisiplinkan protokol kesehatan) ternyata tak mudah. Apalagi mencegah kerumunan pasar dan ibadah. Karena itu, seperti di Amerika, vaksinasi menjadi tulang punggung program. Hanya saja, di Amerika, ketersediaan vaksin banyak dan bahkan dijual di banyak tempat. Di Indonesia, vaksinasi tak mudah dilakukan karena selain vaksin terbatas, juga masih banyak orang tak percaya (dan sebagian takut) divaksin.

Namun pilar kedua ini yang nampaknya paling efektif untuk melindungi warga secara luas dalam waktu singkat bila gerakan vaksinasi berhasil dilakukan. Gerakan vaksinasi dengan melibatkan dokter, perawat, bidan, dan bahkan mahasiswa senior fakultas kedokteran harus dilakukan. Keterlibatan dokter militer dan polisi tentu sangat baik, namun tidak cukup.

Pilar ketiga (membangun ketangguhan tubuh) nampaknya kurang mendapat perhatian. Bagi keluarga kelas menengah, tentu kesadaran ini telah tumbuh. Menambah asupan makanan bergizi dan vitamin nampak meluas dan meningkat karena kelas menengah memiliki kesadaran lebih baik dan mampu membelinya. Namun bagi kelas bawah, menambah asupan makanan bergizi dan vitamin, perlu didorong dan difasilitasi dg program tersendiri.

Saya mencoba kecil kecilan dengan dibantu banyak teman melakukan program rintisan dengan membuat gerakan "community farming" dalam lingkup desa dengan mencoba membuat "kebun komunitas". Kebun komunitas ini dibuat selain untuk percontohan usaha pertanian, juga dijadikan sentra pembelajaran bersama berkebun.

Sejalan dengan ini, program "home farming" dikembangkan sehingga setiap rumah tangga desa memiliki beragam tanaman untuk menambah gizi keluarga dan vitamin. Kata kunci dalam melakukan program ini adalah "gerakan". Jadi bukan semata-mata dilakukan atas inisiatif pemerintah, namun harus melibatkan seluruh masyarakat, terutama kalangan bawah.

Saya berkeyakinan gerakan menanam di pekarangan rumah dengan karung dan pot seperti ini, akan sangat membantu.

Siapa tahu, di banyak tempat, gerakkan program ketahanan pangan/dapur dengan cara sederhana seperti ini dapat membantu mengurangi derita rakyat.

***