Satu faedah dari keharusan menjalankan PR ini adalah, untuk bisa mengajarkan, mak emak harus menguasai ilmunya.
Buat mak emak... kalau hari ini putrinya sudah berhijab ke sekolah, maka PR mak emak selanjutnya adalah mengajarkan tentang "syariat" hijab kepada si putri. Sehingga, hijabnya benar-benar tersampir untuk mencegah perbuatan keji dan munkar, sebagaimana tujuan syariatnya.
Ketika hijab dikenakan karena syariat, maka ia bukan lagi menjadi sekedar seragam wajib sekolah, pakaian kesopanan agar terlihat santun dalam lingkungan sosial, atau penunjuk status sosial. dst, dst.
Kalau pemandangan yang masih terlihat adalah, para putri selepas bel sekolah langsung lepas hijab, di dalam atau di luar lingkungan sekolah hijabnya tidak mencegahnya dari kenakalan remaja, dan hijabnya tidak dikenakan untuk melindungi diri dari fitnah non-mahram, i.e. sudah berhijab tapi masih pacaran, melakukan skinship hingga hubungan seksual. Artinya mak emak belum mengerjakan PR nya.
Dari ribuan remaja putri yang sudah tidak perawan lagi hingga punya anak di luar nikah, faktor penyebab utamanya adalah karena sang emak khilaf tidak mengajarkan syariat berhijab.
Dan satu faedah dari keharusan menjalankan PR ini adalah, untuk bisa mengajarkan, mak emak harus menguasai ilmunya.
Untuk bisa menguasai ilmunya mak emak mau tidak mau harus belajar dulu. Eh kalo sudah menguasai semua-muanya masih harus memberi teladan pula. Jangan harap anak mau mendengarkan ceramah orang tua tanpa membantah ketika tidak disertai teladan..
So, saat mamak mamak mengerjakan PR nya sebagai madrasah pertama bagi anak, ternyata ada proses panjang yang otomatis ikut terkerjakan. Dan seringkali serangkaian proses lebih bernilai untuk diri mak emak sendiri dari nilai outputnya.
Selamat mengerjakan PR.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews